Depoedu.com – Live in atau tinggal/hidup bersama warga setempat merupakan salah satu program tahunan di Sekolah SMA Bunda Hati Kudus Grogol, Jakarta Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan para peserta didik dengan situasi atau suasana yang baru dalam konteks kehidupan di desa. Dalam beberapa kegiatan live in sebelumnya, pihak sekolah lebih memilih untuk berlive in di desa atau tempat yang sedikit jauh dari keramaian dan hiruk pikuk suasana kota metropolitan (Jakarta). Untuk live in tahun 2019, kami memilih daerah Sumber yang terletak di Muntilan, Jawa Tengah.
Menikmati Hidup “Berdesa”
Situasi desa yang terkenal dengan kealamiahannya menjadi sesuatu yang baru bagi para peserta didik SMA Bunda Hati Kudus (BHK). Kami dipertemukan dengan berbagai macam bentuk kesederhanaan sebagai karakteristik yang melekat kuat pada masyarakat pedesaan. Di mana seluruh aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur malam, ikut kami rasakan secara bersama-sama. Dalam sebuah momentum perjumpaan dengan situasi atau kondisi yang (mungkin) sangat asing bagi sebagian peserta didik, kami semakin mampu untuk keluar dari pola pikir yang membelenggu kami dengan situasi dan suasana di perkotaan yang serba praktis, mudah dan instan.
Kegiatan live in bagi kami merupakan suatu bentuk penghayatan akan kehidupan “berdesa”. Kami berusaha untuk menikmati dan merasakan bagaimana masyarakat pedesaan menjalankan aktivitas atau kegiatan yang berlandaskan asas gotong royong. Selain itu, kami juga ikut berdecak kagum dengan kerja masyarakat yang bekerja dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan terbatas. Kami menikmati ketika harus bersama-sama ke sawah, ikut menanam padi. Bersama-sama ke kebun, ikut merawat sekaligus memetik hasil di perkebunan warga. Kami merasakan bagaimana belajar bersama masyarakat mempraktekkan musik dan seni tradisional. Kami juga turut merasakan langsung pola makanan pada masyarakat pedesaan, kami ikut berproses dalam mengolah makanan tradisional serta kami menikmati saat harus menyusuri kali.
Keluar dari Zona Nyaman
Bagi kami, live in menjadi sebuah momentum untuk sedikit keluar dari zona nyaman yang mungkin selama ini menyelimuti kehidupan kami. Kami sedikit keluar dari hiruk pikuk perkotaan, dari kemacetan, dari rutinitas di dalam sekolah yang mengusik dan menguras tenaga dan otak, keluar dari cara-cara instan seperti memesan makan harus menggunakan aplikasi online, keluar dari cara-cara instan, dan yang penuh dengan artifisial lainnya.
Kami menyelami kehidupan masyarakat pedesaan yang diselimuti dengan ikatan solidaritas yang kuat, gotong royong yang tinggi, serta toleransi yang sangat besar. Bagi kami ini merupakan sebuah perjumpaan yang istimewa dan sangat hakiki. Kami mengenal dan memahami akan arti penting dari sebuah perbedaan. Sungguh live in menjadi momentum untuk menyatukan kepingan-kepingan rasa pesimisme kami selama ini. Kehadiran kami di tengah sebuah kelompok masyarakat yang berbeda agama tidak membuat kami menjadi minder, tetapi justru semakin menambah keistimewaan hidup kami. Bagi kami, Indonesia yang termanifestasi dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika nyata dan ada di sini, di tempat kami live in. Di akhir tulisan ini, izinkan kami menyematkan ucapan terima kasih yang tak pernah usai untuk sebuah momentum perjumpaan dengan masyarakat di Desa Sumber, Muntilan, Jawa Tengah.
*(Penulis adalah Guru Sosiologi di SMA BHK Grogol, Jakarta Barat)