Depoedu.com – Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), mulai dipelajari anak kelas VII Sekolah Menegah Pertama (SMP). Tidak jarang kita mendengar bahwa pelajaran yang satu ini merupakan pelajaran momok atau yang menakutkan bagi siswa – siswi karena berhadapan dengan hitungan – hitungan angka yang berhubungan dengan peristiwa alam.
Ketakutan yang dirasakan peserta didik karena kurang (tidak) memahami tentang materi Fisika itu dengan baik. Selain materi juga faktor guru yang mengajarkan materi itu menggunakan metode kurang tepat sehingga peserta didik tidak bisa memahami dan menggunakan rumus-rumus yang terdapat dalam materi Fisika tersebut.
Lantas apa yang yang dialkukan Germanus Berahi, sebagai seorang guru Fisika di SMP Penerus Bangsa – Tangerang? Saat ditemui, Rabu (29 November 2017) mengatakan, peran seorang guru sangat diperlukan untuk menciptakan situasi kondusif agar siswa memiliki minat tinggi dan menyukai Fisika.
Menurutnya jika dalam materi Fisika yang ada kaitan dengan hitungan yang berhubungan dengan Matematika ia tidak biasa mengikuti cara atau contoh yang tertulis dalam buku paket yang digunakan peserta didik. Ia biasa mencari jalan dengan penyelesaian yang lebih singkat yang mudah dipahami anak.
‘’Sering soal ditemukan dalam buku pegangan anak, bentuk penyelesaiannya terlalu panjang dan bisa saja kalau terlalu panjang anak kurang memahaminya,’’ katanya.
Maka siswa – siswi kelas VII SMP misalnya, yang masih menikmati masa peralihan dari sekolah dasar ke jenjang sekolah menengah, kata Germanus harus ditanamkan kembali konsep-konsep Matematika yang mungkin ia kadang lupa misalnya konsep desimal 0,1 sama dengan 1/10 , juga 0,01 sama dengan 1/100 dan seterusnya. Konsep dasar seperti ni harus dipahami kembali sehingga ketika ada soal yang berhubungan dengan angka desimal dan pecahan biasa siswa bisa menyelesaikannya.
Dikatakan, Fisika itu selain belajar tentang alam juga berhubungan dengan rumus, untuk itu bagi seorang guru perlu berkomunikasi dan selalu menciptakan kondisi yang penuh dengan kegembiraan. “Kalau saya dari dua jam pelajaran antara 10- 20 menit penjelasan soal kemudian dilanjutkan dengan latihan yang dikerjakan anak,’’ katanya.
Dikatakan, pada saat memberikan contoh soal kepada anak harus memastikan anak-anak dalam keadaan mengerti apa yang dijelaskan. “Jikalau penjelasan itu terlalu cepat harus lebih pelan sehingga peserta didik yang belum mengerti bisa memahami dengan baik,’’ jelas guru asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
Suatu kenyataan yang dihadapi, bagi segelinitir siswa-siswi justru menghindari Fisika, justru keadaan ini sangat miris mengingat ilmu Fisika adalah salah satu cabang mata pelajaran IPA yang perlu dikuasai bagi yang ingin kuliah di perguruan tinggi bidang eksakta (MIPA, Kedokteran, Teknik, Komputer).
Suatu hal yang lebih menarik ketika sejak dini peserta didik dikenalkan ilmu Fisika secara baik dan benar langsung mengena dan menuju implikasi serta aplikasi dalam kehidupoan sehari-hari. Padangan Fisika sejak dini menjadi pengaruh sangat penting untuk memperlajari Fisika pada masa yang akan datang.
Hal ini senada dengan Xaverius Kurdi, Pengajar Fisika di SMP Setia Bhakti Tangerang. Sebelum ia mengajar di Setia Bahkti ia menjadi pengajar di SMP Kanaan – Tangerang, tempat ia mengajar peserta didik menyenangi Fisika, oleh karena metode yang dipakai bervariasi. Bahkan dalam pelajaran Fisika ia mengaitkan dengan pendidikan moral yang perlu diketahui dan ditanamkan kepada anak.
Dikatakan, seandainya materi yang sedang dipelajari memerlukan siswa siswi berdemonstrasi ia lebih cenderung anak-anak sendiri yang melakukannya. “Saya lebih menggunakan kemampuan anak untuk mencari dan menemukan setelah melewati proses bersama teman-temannya,’’ jelas Kurdi.
Solusi lain yang ditawarkan, membuat simulasi kejadian kehidupan sehari-hari dalam bentuk animasi yang dapat diterima dengan mudah peserta didik. Cara tersebut yakni mengaplikasikan pembelajaran online, mengenai pelajaran dalam bentuk animasi seperti ketika berangkat ke sekolah, dengan kecepatan sekian jarak yang ditempuh serta waktu yang diperlukan.
Rancangan metode yan tepat bisa mengubah pandangan Fisika yang semula momok alias menakutkan menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi anak atau justru yang dirindukan.
Pertanyaannya mampukah guru merancang pembelajaran yang menyenangkan?Bisakah guru menciptakan kondisi gembira, senang yang memungkinkan peserta didik tertarik Fisika? Semoga.