Depoedu.com – Tahun 2018 dianggap sebagai awal dari era Revolusi Industri 4.0. Industri 4.0 adalah suatu era yang ditandai dengan otomatisasi system produksi, dengan memanfaatkan beberapa teknologi sekaligus, yang diformat dalam suatu system bernama Cyber Physical, melalui proses algoritma pemrograman. (www.depoedu.com, 02/05/2019)
Konsep yang diperkenalkan oleh Ekonom Jerman, Prof. Klaus Schwab ini, merupakan tahapan berikut dari Era Industri 3.0 yang terjadi awal tahun 1970. Sistem Cyber Physical beroprasi secara real time ketika terkoneksi dengan jaringan internet. Era industry 4.0 ditandai dengan: 1. Digitalisasi dan integrasi rantai nilai horizontal dan vertical dalam bisnis. 2. Digitalisasi penawaran barang dan jasa. 3. Digitalisasi model bisnis dan akses dari dan ke pelanggan. (www.mobnasesemka.com, 16/04/2018)
Secara lebih sederhana Cyber Physical memungkinkan semua mata rantai produksi barang maupun jasa berjalan secara otomatis. Rantai bahan baku, desain dan pembuatan prototype produk, proses produksi, uji quality, diagnose cacat produk, bahkan hingga kemampuan untuk memperbaiki ketidak sesuaian instalasi secara otomatis. Begitu juga dengan integrasi ke setiap konsumen akhir. Dampaknya, pekerja manusia menjadi semakin sedikit dibutuhkan dalam sebuah proses produksi. Dalam industry jasa, Cyber Physical dapat jelas diamati dengan menjamurnya berbagai aplikasi on line.
Tidak hanya mata rantai produksi saja yang dirubah oleh Cyber Physical Sistem. Pola konsumsi hingga gaya hidup konsumenpun ikut berubah. Semua serba on line. Teruma dalam industry jasa. Keuangan, transportasi, makanan, pendidikan, hotel bahkah jasa pijatpun bisa dipesan secara on line.
Www.Depoedu.com, pada pada hari yang sama, juga menulis bahwa di masa depan ada pengaruh yang sangat besar dari Cyber Physical sistem ini. Hal ini sebagai akaibat dari, pertama; ada investasi besar-besaran di tahun-tahun mendatang pada industry solusi internet. Solusi internet adalah otomatisasi system internet untuk mendiagnosa sekaligus mengatasi setiap kemungkinan yang menyebabkan cacat produk suatu barang maupun jasa. System ini dapat ‘mendiagnosa sekaligus dapat menyembuhkan diri’ dari potensi sakit –“cacat produk”. Industri-Industri di Eropa mulai menginvestasikan miliaran dollar untuk Internet of Things (IoT), could computing, big data analytics and advanced algorithms, cognitive computing, Artificial Intelligence (AI), mobile divices, advanced human-machine interface, location detection technologies, authentication & fraud dectetion, smart sensors dan lain sebagainya.
Kedua, Perusahaan -perusahaan di Amerika dan Eropa mulai men-digital-kan seluruh proses bisnisnya. Semakin sedikit bahkan akan segera hilang proses-proses manual. Kedua hal ini adalah mimpi buruk bagi para pekerja. Ada banyak spesifikasi pekerjaan yang diambil alih oleh ‘robot’ pintar.
Namun kabar baiknya adalah ketiga, ada peningkatan efisiensi dan produktifitas dari proses solusi internet dan digitalisasi ini. Pemakaian sumber daya dan bahan baku menjadi lebih efisien. Penggunaan energy lebih optimal. Pada gilirannya akan menurunkan biaya produksi. Akan berdampak langsung pada penurunan harga barang maupun jasa.
Apakah mahasiswa-mahasiswa kita hari ini siap menyongsong Era Industri 4.0?
Depoedu dihari yang sama masih menulis bahwa kurikulum pendidikan kita hari ini lebih pada mempersiapkan lulusannya untuk mengisi era industry 3.0. Pendidikan kita dari tingkat kejuruan hingga dibangku kuliah lebih menyiapkan para operator. Mereka yang mengoprasikan mesin produksi, merawat agar dapat tetap berjalan dengan baik. Memperbaiki ketika ada kerusakan.
Jika demikian maka angkatan kuliah yang lulus tahun-tahun ini langsung akan ketinggalan zaman. Sebab mereka belajar untuk mengisi era Industri 3.0, sementara saat lulus era Industri 3.0 sudah tertinggal. Era hari ini adalah Era Industri 4.0
Maka persoalan berikutnya adalah kompetensi seperti apa yang harus dimiliki seorang mahasiswa agar siap memasuki rimbaraya Industry 4.0?
Pertama: Kemampuan Berpikir. Kemampuan ini berkaitan dengan kepekaan mengenali perubahan. Mampu menganalisa sumber masalah dan mencari solusi atas masalah tersebut. Berpikir sistematis dan kreatif. Berpikir “out of the box”, mengembangkan kreatifitas dan melahirkan inovasi-inovasi baru.
Tidak hanya sebatas kompetensi sesuai bidang studi yang diambil saat kuliah, pelajari juga banyak hal lain dan pastikan untuk menguasai setiap yang dipelajari. Dan pastikan menjadi paling unggul dalam setiap hal yang dapat diukur. Tidak ada tempat bagi nomor dua. Maka jadilah yang terbaik.
Kedua; Kemampuan untuk semakin manusiawi. Laman mobnasesemka.com dihari yang sama menulis bahwa salah satu prinsip desain Industri 4.0 adalah Interoprabilitas. Kolaborasi antara objek, mesin, dan orang-orang yang terhubung melalui Internet of Things dan Internet of People. Secanggih apapun mesin, atau robot, ia tetap harus terhubung dengan robot atau system operasi lain dalam suatu system internet.
Sehebat apapun kemampuan berpikir seseorang, ia tetap harus berhubungan dengan orang lain. Sebab dalam diri individunya, selama ia adalah manusia maka padanya melekat makluk social. Kemampuan menjadi semakin manusiawi melekat cirri mampu berkomunikasi, membangun team, berkolaborasi dan bersinergi. Mampu memberi empati dan menghargai perbedaan. Bertanggung jawab atas pilihan pribadi yang dibuat.
Menjadi semakin manusiawi juga berarti tahan terhadap tekanan dan situasi yang tidak mengenakan. Mampu mengelolah stress dan emosi negative. Gigih berusaha dan pantang menyerah.
Ketiga: Pelajari dan ciptakan peluang kerja bagi diri sendiri. Apapun usaha Anda, mulailah dari hobi. Apapun jenis bidang industry yang akan dimasuki pastikan bahwa itu adalah passion Anda. Ketika orang membayar Anda atas hobi yang membahagiakan. Hobi Anda adalah salah satu produk, barang maupun jasa yang unik. Yang khas sesuai diri Anda. Jalankan hobi Anda dan pelajari semua hal untuk meningkatkan kompetensi terkait hobi tersebut. Dari passion Anda, orientasikan bisnis anda untuk kebahagiaan pelanggan. Lalukan bisnis anda untuk missi social tidak semata-mata berorietasi keuntungan. (Foto:beritajowo.com)