TeaTalk #1: Kelewat Milenial, Semoga Saya Segera Insyaf

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Belakangan saya merasa diri sudah terlalu kelewat millenials. Setiap kali bertemu dengan orang lain, tidak sedikit dari mereka yang nampak sangat sibuk dengan handphone nya. Sekali dua kali, saya merasa biasa saja. Tetapi lama kelamaan, saya merasa ada yang mengganggu juga. Topik pembicaraan tidak mengalir. Selalu ada jeda, yang diisi oleh gerakan jemari yang lincah mengetik di ponsel pintar. Sekali dua kali saya berusaha merasa biasa saja. Tetapi lama kelamaan kesal juga. Pertemuan menjadi kurang bermakna. Durasi pertemuan yang sebenarnya cukup panjang tetapi terasa membosankan tanpa membawa pulang hal yang ada manfaatnya. Berkali-kali saya bertanya-tanya mengapa. Alamak! Saya justru tersadar setelah mengingat-ingat. Ternyata karena saya pun begitu dengan lawan bicara saya.

Saya selalu begitu terpaku dengan ponsel pintar saya, dan menggantungkan banyak sekali hal dalam hidup saya pada benda itu. Pekerjaan, hubungan jarak jauh dengan teman-teman dekat, proses kreatif, koordinasi even anak muda, update kegiatan-kegiatan komunitas yang menarik minat saya, semuanya sudah bergantung pada benda itu. Ketika di tempat kerja, saya menghabiskan sebagian besar waktu kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas menggunakan ponsel saya. Semua terasa lebih efektif. Semua terasa lebih cepat. Hanya dengan gerakan jemari, rasa rindu terungkapkan, narasi panjang berhasil ditulis, informasi kegiatan tersebar, poster kegiatan jadi dibuat, janjian-janjian ketemuan dibuat; semuanya selesai. Tetapi saya tidak sadar bahwa kemudahan-kemudahan itu juga merampas privasi, waktu, dan banyak hal lain dalam hidup saya.

Saking mudahnya, jam kerja saya jadi kabur. Cenderung saya berkompromi tentang jam kerja saya sendiri. Pekerjaan yang belum terselesaikan di kantor, saya bawa pulang. Saya selesaikan ketika saya sempat; di ruang makan, di ruang keluarga, di kamar tidur, di dapur, di mana saja. Karena kan hanya butuh jari. Tetapi di saat yang sama, saking mudahnya semua proses itu dilakukan menggunakan ponsel pintar, saya jadi kehilangan batasan waktu, juga batas kesabaran. Sebelumnya, saya seperti tahu betul jadwal saya sendiri dari waktu ke waktu, tugas-tugas apa saja yang harus saya selesaikan pada waktu tertentu; kapan saya perlu olahraga, kapan saya perlu meluangkan waktu dengan Ibu di dapur; kapan saya seharusnya menemani Bapak minum kopi. Sebelumnya, saya juga seperti tahu betul di mana batas kesabaran saya. Saking mudahnya segala sesuatu lewat ponsel pintar, saya merasa batas sabar saya pun sudah kabur. Pesan yang tidak segera di baca dalam 2 menit mempengaruhi emosi saya. Menimbulkan banyak pertanyaan, “mengapa belum dibaca”, “mengapa tidak lekas ditanggapi. Tidak tahukah bahwa urusan ini harus segera selesai,”, dan sebagainya, dan sebagainya.

Belakangan saya merasa diri sudah terlalu kelewat milenial. Hal yang diagung-agungkan karena pekerjaanya yang memudahkan hidup manusia ternyata sudah merenggut sisi manusia itu sendiri. Tetapi baik, bahwa saya menyadari bahwa masalah nya terletak pada diri saya sendiri, justru ketika saya tidak nyaman dengan perlakuan orang lain. Ternyata justru saya bisa jadi ‘lebih menyebalkan’ bagi orang lain.

Jadi semoga saya segera insyaf. (Foto: idntimes.com)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments