Depoedu.com – Dalam rilisnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno mengatakan rata-rata nilai UN untuk semua mata pelajaran mengalami peningkatan. Padahal kualitas soal meningkat dua tahun belakangan, diantaranya dengan hadirnya soal-soal kategori High Order Thinking Skills.
Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional. Di samping itu, pada Ujian Nasional SMA tahun ini, tiga orang peserta memperoleh nilai sempurna untuk empat mata pelajaran yang diujikan. Tiga orang tersebut masing-masing berasal dari Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Tengah. Media online banyak membahas peraih nilai sempurna dari Jawa Tengah, sedangkan dua lainnya masih minim pemberitaan. Mari kita berkenalan dengan mereka.
Dari Propinsi DKI Jakarta
Foto: hai-online.com
Namanya Muhammad Dzul Fakhri. Ia adalah murid kelas XII IPA dari SMAN 68 Jakarta Pusat. Ia meraih nilai sempurna untuk mata pelajaran wajib Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan bidang studi peminatan pilihan Kimia. Fakhri adalah pembaca tekun, yang sejak kanak-kanak hingga usia SMP gemar membaca karena orang tuanya memberikan komik untuk dibacanya.
Bukan cuma kegemaran membaca yang memberi andil pada prestasi yang diraihnya. Ibunya mengatakan, faktor lainnya adalah karena Fakhri anak yang bertanggung jawab. “Meskipun kami tidak menuntutnya untuk memiliki prestasi tinggi, namun ia selalu mencicil belajarnya dengan kemauannya sendiri. Dengan sisa waktunya, ia diberi kesempatan untuk bermain, seperti layaknya anak seusianya”. jelas Rosita Devi, Ibu dari Fakhri, seperti dilansir pada laman Hai online.com
Atas raihan prestasi ini, saat ini Fakhri telah diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung.
Dari Propinsi Jawa Barat
Foto: bpkpenaburjakarta.or.id
Peraih nilai tertinggi dari Propinsi Jawa Barat adalah Dipasuka Edbert. Ia adalah murid kelas XII IPA SMAK Penabur Harapan Indah Bekasi. Ia meraih nilai sempurna untuk mata pelajaran wajib Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran peminatan pilihan Kimia.
Ketika menghadapi UN, Edbert mengakui tidak ada kesulitan yang dihadapi karena memang telah menyiapkan diri secara maksimal. Namun ada salah satu mata pelajaran yang menurutnya paling sulit yaitu Bahasa Indonesia, karena jawabannya cenderung subjektif. Hal ini ia antisipasi dengan banyak latihan soal dan diskusi dengan teman-temannya. Menurut Edbert, upaya itu terbilang efektif karena bisa memperoleh masukan dari teman-teman untuk menentukan jawaban yang tepat.
Seperti Fakhri, orang tua Edbert pun tidak memberinya tekanan untuk memperoleh nilai bagus. Hal yang selalu ditekankan oleh orang tuanya adalah melakukan yang terbaik dan maksimal, maka hasilnya akan baik. Oleh karena itu, ia lebih merasa dipercayai oleh orangtuanya. Ia lantas mengatur waktunya sendiri untuk belajar.
Dalam belajar, Edbert yang gemar Matematika ini menekankan perlu memiliki komitmen dengan diri sendiri. Komitmen dibutuhkan dalam membagi waktu, memanfaatkan kesempatan, dan menanggapi peluang yang ada. Jika tidak ada komitmen, waktu kita bisa jadi banyak digunakan untuk bermain. Ia selalu menggunakan waktunya untuk segera mengerjakan tugas sekolah. Karena komitmen yang kuat, maka ia pun tidak mengulur waktu untuk memperlajari materi persiapan ujian dengan mencicil sejak awal. Ia tidak mau sistem kebut semalam dalam menyiapkan ujian, sehingga ia tetap memiliki waktu untuk bergaul dengan teman-temannya, dapat berolah raga, bahkan terlibat dalam kegiatan sosial.
Saat ini Edbert telah diterima melanjutkan studi di National University of Singapore (NUS), pada jurusan Sains. NUS merupakan universitas nomor satu terbaik di Asia. ia bercita-cita menjadi ahli di bidang Administrasi Aktuaris dan Perencana Finansial Profesional.
Dari Propinsi Jawa Tengah
Foto: liputan6.com
Peraih nilai sempurna dari Propinsi Jawa Tengah adalah Anand Hafid Rifai, murid kelas XII IPA 6 SMAN 4 Solo. Ia tidak mengira meraih nilai sempurna untuk bidang studi wajib Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan bidang peminatan pilihan Fisika, meskipun ia merasa telah bekerja keras menyiapkan diri menghadapi ujian.
Dibandingkan dengan dua peraih nilai sempurna sebelumnya, Hafid Rifai yang paling sederhana hidupnya. Anak yatim, sulung dari empat bersaudara ini sehari-hari hidup di sebuah rumah dengan satu kamar. Semua hal dari belajar hingga tidur dilakukan di kamar sempit tersebut. Hidup keluarga ditopang oleh Ibunya, yang sehari-hari menjual mainan, dengan penghasilan Rp 30.000 hingga Rp 50.000 perhari.
Kondisi ini jugalah yang membuat Hafid Rifai tidak mengikuti bimbingan belajar dalam persiapan UN dan UMPTN. Ia menyiapkan ujian dengan belajar sendiri di sela-sela membantu Ibunya berjualan mainan dan mendampingi adik-adiknya belajar. Saat ini, Hafid Rifai telah lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada jurusan Teknik Elektro.
Tampaknya, pada ketiga murid berprestasi ini ada persamaan. Pada ketiga-tiganya, ada rasa tanggung jawab, tidak hanya sebagai anak tetapi sebagai murid. Rasa tanggung jawab ini berpengaruh pada cara ketiganya belajar. Mereka tidak menunda mengerjakan tugas sekolah dan menyiapkan diri untuk menghadapi ujian secara bertahap. Mereka bertiga bukan tipe murid yang belajar dengan sistem kebut selamam dalam rangka menyiapkan ujian.
Jadi, untuk mencapai hasil ujian yang sempurna bukan tergantung pada mudah atau sukar soal ujiannya tetapi terletak pada rasa tanggung jawab murid terkait belajar sehari – hari. (Foto: youtube.com)