Depoedu.com – Revolusi Industri 4.0, isilah yang belakangan ini sangat populer. Banyak orang menyebutnya, namun banyak dari mereka tidak memahami maknanya dengan baik. Padahal, memahami dengan baik akan membantu kita menentukan aksi dalam menghadapi implikasi dari revolusi industri ini.
Oleh karena itu, depoedu.com edisi Hari Pendidikan Nasional, secara khusus membahas topik ini. Harapannya, Eduers dapat memahami lebih baik. Dengan memahami, Eduers dapat mengambil langkah yang tepat, ketika gelombang perubahan tersebut menghampiri kita.
Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Ekonom asal Jerman, Prof. Klaus Schwab, dalam bukunya “The Fourth Revolution”. Dalam buku tersebut ia mengungkap empat tahap revolusi industri, yang setiap tahapnya mengubah hidup dan cara kerja manusia.
Revolusi Industri 4.0 adalah tahap terakhir dari tiga revolusi sebelumnya yakni revolusi 1.0 pada abad 18, revolusi 2.0 abad 20, dan revolusi industri 3.0 terjadi awal tahun 1970.
Setelah melalui tiga tahap revolusi industri tersebut, tahun 2018 disebut sebagai awal zaman Revolusi Industri 4.0. Revolusi ini ditandai oleh otomatisasi sistem produksi, dengan memanfaatkan beberapa teknologi sekaligus, yang diformat dalam satu sistem bernama Cyber Physical, melalui proses algoritma pemrograman.
Cyber Physical System ini dapat beroperasi ketika sistem ini terkoneksi dengan jaringan internet secara real time. Sistem ini menjadi dasar pengembangan berbagai kemampuan produk, mulai dari desain produk, pembuatan prototype, pembuatan diagnosis, monitoring, predictive, maintenance, tracking information, hingga pembuatan perencanaan dan inovasi.
Lazimnya sistem ini dapat melakukan kontrol dan respon kepada mesin berbentuk fisik, melalui actuator dan sensor. Actuator adalah alat kendali.
Cyber Physical System bukan saja melahirkan nilai kebaharuan pada produk yang lama, melainkan sekaligus dapat melahirkan produk baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kehadiran produk-produk ini mengubah peradaban dan hidup kita pada banyak aspek. Gojek dan toko online adalah dua dari antara produk-produk Cyber Physical System tersebut.
Tahun-tahun ke depan, hidup kita akan sangat dipengaruhi oleh teknologi ini, karena banyak perusahaan akan berinvestasi di bidang ini. Kevin Beon, mengutip PWC, misalnya, melaporkan tiga hal.
Pertama, pada tahun 2020, industri di Eropa akan menginvestasikan 140 miliar euro setiap tahun dalam industri solusi internet, seperti Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelligence (AI). Maka akan ada banyak pekerjaan yang diambil alih oleh robot pintar.
Kedua, pada tahun 2020, 80% perusahaan di Eropa dan Amerika, akan men-digital-kan seluruh bisnis prosesnya. Banyak pekerja yang sebelumnya menangani bisnis proses tersebut akan menganggur. Ketiga, Revolusi Industri 4.0 meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi hingga 18% dalam lima tahun.
Sektor industri diharuskan memproduksi bahan mentah yang lebih sedikit, dan menggunakan energi yang lebih sedikit. penjualan bahan baku akan menurun, biaya produksi akan turun. Harga barang akan lebih murah.
Pendidikan era Revolusi Industri 4.0
Pada revolusi-revolusi sebelumnya, pendidikan menjadi lembaga yang berperan menyiapkan generasi muda untuk menghadapi revolusi industri tersebut. Format pendidikan yang sekarang berlaku adalah format yang didisain untuk menyiapkan generasi muda menghadapi perubahan yang dipicu oleh Revolusi Industri 3.0.
Oleh karena itu, disain sistem yang dibutuhkan untuk kondisi sekarang, pasti berbeda. Ketika itu generasi muda disiapkan untuk menangani mesin ; mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki mesin. Sedangkan pada Revolusi Industri 4.0, proses itu digantikan oleh sistem Cyber Physical.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa salah satu hal yang harus mengalami perubahan secara mendasar adalah sistem pendidikan kita. Apa yang perlu diubah?
Karena manusia yang bertahan dalam Cyber Physical System adalah inovator, maka, pertama, sistem pendidikan kita harus mendidik orang untuk berpikir kritis, memiliki kemampuan serta kepekaan untuk menyadari masalah. Oleh karena itu, harus dilatihkan kemampuan untuk mengobservasi.
Kedua, seorang akan sangat kontributif jika setelah menyadari masalah, ia pun memiliki kemampuan memecahkan masalah. Inovator adalah pemecah masalah yang sangat solutif dan produktif. Itu hanya mungkin terjadi jika sistem pendidikan kita mendidik orang menjadi kreatif.
Ketiga, inovator pada umumnya bukan orang-orang individual yang bekerja sendiri. Teknologi canggih yang mereka ciptakan selalu merupakan hasil dari sebuah kerja tim besar, yang terdiri dari orang-orang dari berbagai keahlian. Oleh karena itu, pendidikan kita harus mendidik orang-orang untuk dapat bekerja sama/berkolaborasi.
Keempat, tim inovasi untuk sebuah produk teknologi canggih hanya mungkin menghasilkan produk akhir jika terjadi sinergi dalam tim. Sinergi hanya mungkin terjadi jika ada kemampuan komunikasi yang baik di satu pihak dan rasa percaya diri di pihak lain.
Kelima, agar teknologi ciptaan para inovator bernilai kompetitif dan manfaatnya menembus zaman, maka para inovator perlu memiliki kemampuan membaca, menganalisis informasi, termasuk informasi digital. Maka sekolah perlu mengubah orientasi pengajarannya, tidak semata-mata pengembangan kemampuan skolastik.
Inilah lima agenda perubahan yang perlu didorong agar pendidikan kita kompatibel dan adaptif dengan Revolusi Industri 4.0. Agenda paling sulit yang akan dikerjakan adalah menumbuhkan minat baca guru.
Format pengajaran yang cocok untuk mendorong agenda ini adalah pembelajaran dengan pendekatan proyek . Dirgahayu Hari Pendidikan Nasional 2019! (Foto: medium.com)
[…] Baca Juga : Pendidikan Nasional dan Revolusi Industri 4.0 […]