Stunting, Sorgum, Kelor dan Kedaulatan Pangan.

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Anak-anak adalah tumpuan dan harapan masa depan bangsa. Anak-anaklah yang nantinya membawa bangsa ini menjadi lebih sejahtera dan lebih maju di masa yang akan datang. Maka sudah sepatutnya arah startegis pembangunan bangsa ini menempatkan perhatian pada  anak-anak dengan porsi yang lebih besar.

Kenyataannya tempo[dot]co, pada 13 Juli 2018 menulis bahwa Indonesia saat ini menempati posisi 4 besar angka stunting di dunia. “9 juta anak atau 37 % balita Indonesia mengalami stunting. Sumber lain tidak kalah mengejutkan. KataData[dot]co[dot]id, 08 April 2018 menulis “Berdasarkan hasil Pantauan Status Gizi (PSG) 2017 prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (Balita) Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40,3%”. Artinya, empat dari 10 anak NTT mengalami stunting. Dari angka tersebut 22,3 % terdiri dari bayi dengan kategori pendek sedangkan 18 % sisanya berada pada kategori sangat pendek. Padahal angka rata-rata nasional stunting hanya sebesar 29,6%.

Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya. Stunting bukan sekedar soal gangguan tinggi badan seorang anak, lebih dari itu, ini menyangkut hambatan kecerdasan anak, kerentanan terhadap penyakit menular bahkan tidak menular, serta penurunan produktivitas pada usia dewasa. Dengan demikian stunting berdampak langsung pada keluarga dan lebih jauh berdampak menyeluruh pada pembangunan bangsa.

Sebagai suatu kondisi yang kronis maka stunting hanyalah puncak dari sebuah gunung es deficit gizi yang dialami oleh seorang anak. Defisit gizi yang sudah dialami sedemikian lama bahkan bisa jadi akibat deficit gizi bawaan orang tuanya terutama pada masa kehamilan.

Zat Besi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk perumbuhan janin terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Kekurangan zat besi pada perempuan hamil berresiko menyebabkan keguguran. Kalaupun melahirkan, bayi berisiko cacat lahir, prematur, atau berat lahir rendah. Selain zat Besi, bersama kalsium, fosfor berperan penting sebagai pembentuk tulang, memperkuat jaringan otot dan persendian. Hal lainnya, seperti diungkapkan oleh peneliti dari Victor Change University – Sydney, Australia bahwa asupan vitamin B3 ibu hamil selama masa kehamilan membuat bayi tetap aman dalam kandungan, mencegah keguguran dan cacat lahir. Vitamin B1, B2 dan B3 sangat berperan mengatur energi dan pernapasan bagi janin dan ibu dalam proses melahirkan. Bersama zat besi, vitamin B3 berperan besar dalam menjaga kelembapan dan elastisitas kulit, juga membantu janin menyesuaikan suhu tubuhnya di dalam kandungan, memberinya rasa nyaman ketika lingkungan di dalam kadungan ibunya mulai sempit seiring pertumbuhannya.

Nimas Mita Etika M menulis di hellosehat[dot]com pada 29 Maret 2018, bahwa ada 6 zat gizi minimal penting agar anak dapat bertumbuh normal dan dapat mencapai pertumbuhan maksimum diantaranya: 1. Kalsium: Untuk pertumbuhan dan kepadatan tulang, mengoptimalkan fungsi otot jantung, membantu pembekuan darah. 2. Vitamin D, untuk membantu penyerapan maksimal Kalsium. 3. Protein sebagai bahan baku pembentukan  sel dan regenerasi jaringan tubuh. 4. Serat yang membantu metabolisme. 5.Antioksidan – betakaroten, vitamin A, vitamin C, vitamin E, lutein, likopen, dan selenium-, penangkal sakit. Dan terakhir: Zat Besi pembentuk hemoglobin.

Mengutip Brian dan Roberta Morgan dalam Brain Food “Pertumbuhan pada janin, bayi dan balita sangat tergantung pada waktu. Jika tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan pada waktu-waktu tersebut, kerusakan atau pembentukan yang salah pada sel otak dapat terjadi  – ini tidak dapat diperbaiki lagi. Seorang bayi yang tidak diberi makanan dengan baik selama masa pertumbuhan otaknya mungkin akan mengalami ketidakmampuan belajar yang berlangsung seumur hidupnya tidak peduli apapun yang dilakukan kemudian untuk memperbaiki kekurangan nutrisi tersebut” Revolusi Cara Belajar; hal:215.

Mengingat hal itu maka menjadi sebuah langkah sangat diapresiasi, kabupaten Flores Timur pada tanggal 16 November 2018 mendeklarasikan Flores Timur Gempur Stunting. Sasarannya yaitu pada tahun 2023 Flores Timur bebas stunting.

Pada kesempatan deklarasi ini, Bupati Flores Timur, Anton Hadjon, menyampaikan permintaan kepada Dirjen Gizi Kemenkes RI, Ir. Doddy Izwardy, MA yang berkesempatan hadir untuk tidak perlu lagi mengirimkan biskuit, melainkan bantuan dana agar dapat digunakan untuk membeli bahan pangan local. Langkah berani Bupati Anton Hadjon menolak biscuit dari pusat adalah pintu masuk bagi Sorgum dan Kelor untuk menjadi bagian dari program yang dideklarasikan ini.

Tabel Perbandingan Komposisi Gizi Sorgum dan Beras  

dalam tiap 100 gram yang dikonsumsi.

Zat Gizi Sorgum Beras
Kalori (kal) 332 360
Protein (g) 11,0 6,8
Lemak (g) 3,3 0,7
Karbohidrat (g) 73 78,9
Kalsium (mg) 28 6
Fosfor – P2O5 (mg) 287 140
Zat Besi (mg) 4,4 0,8
Vitamin B1 (mg) 0,28 0,12
Vitamin B2 (mg) 0,38 0,41
Vitamin B3 (mg) 4,30 4,30
Serat Kasar (g) 2 1

Sumber : Puslitbangtan ( 2010) dan FAO ( 1995)

Komposisi Nutrisi daun Kelor

DAUN KELOR SEGAR DAUN KELOR KERING
7 kali Vitamin C Jeruk ½ kali Vitamin C Jeruk
3 kali Kalium Pisang 15 kali Kalium Pisang
4 kali Vitamin A Wortel 10 kali Vitamin A Wortel
4 kali Kalsium Susu 17 kali Kalsium Susu
25 kali Zat Besi Bayam 25 kali Zat Besi Bayam
2 kali Protein Yougurt 9 kali Protein Yougurt
Kandungan Daun Kelor : 20 Jenis Asam Amino, 46 Anti Oksidan, 36 senyawa Anti-Inflamasi

Diolah dari berbagai sumber.

Kedua table di atas memberi gambaran bahwa Sorgum dan Kelor adalah dua sumber nutrisi terbaik bagi ibu hamil dan anak usia emas. Penelitian-penelitian terkait ini dapat dengan mudah diakses dan tersediah di banyak sumber.

Kedua tanaman ini tumbuh dengan mudah dan berhasil baik di Flores Timur. Sehingga tepat jika Bupati Anton Hadjon menolak biscuit dari pusat agar pangan local dapat lebih optimal dimanfaatkan. Mendorong konsumsi harian sorgum untuk mengganti beras padi, adalah salah satu cara menuju kedaulatan pangan.

Orang Flores Timur pasti tahu sorgum dan kelor. Bahkan sering mengkonsumsinya. Tapi apakah semua orang secara sadar mengkonsumsinya karena alasan kesehatan, mengingat nutrisi terbaik yang dikandungnya? Sudut pandang ini belum tentu dimiliki semua orang. Melalui ibu hamil dan bayi – balita, sorgum dan kelor bisa dipromosikan sebagai nutrisi super. Puskesmas-puskesmas, posyandu-posyandu, sekolah, gereja, masjid, komunitas-komunitas guru harus turut berperan aktif mengkampanyekan sisi kesehatan sorgum dan kelor.

Program Flores Timur Menggembur Stunting bisa sekaligus untuk mendorong kedua komoditas ini, baik sorgum maupun kelor menjadi pilihan panganan pokok masyarakatnya. Ketika sorgum dan kelor hadir pada piring-piring setiap orang Flores Timur setiap kali makan itu berarti kita sudah menggempur stunting, mensejahterakan petani dan berdaulat di bidang pangan.(Oleh: Senuken / Foto: republika.co.id)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments