Depoedu.com – Belakangan ini kita berkali-kali dikejutkan oleh peristiwa ledakan bom di sejumlah lokasi. Ancaman serius sampai taraf kehilangan nyawa seperti itu, sekarang ada di hadapan mata. Padahal sebelumnya, itu ada di belahan dunia sana, kita hanya melihat dan membacanya di media massa.
Lalu berbagai upaya untuk menyikapi jadi beralasan sekali. Mulai dari pengamanan langsung di lokasi hingga urusan birokrasi seperti percepatan proses eksekusi undang-undang yang mesti direvisi. Mulai dari bersiaganya para penjaga keamanan hingga perjuangan para penentu kebijakan menghalau paham radikalisme di area peribadatan maupun persekolahan.
Untuk ancaman yang begitu nyata, saat kebutuhan bertindak jadi semakin mendesak, upaya penanganan kemudian dilakukan oleh berbagai kalangan.
Namun bagaimana bila ancaman itu tidak kasat mata? Faktanya itu ada, dan tak kalah ngeri dibandingkan ancaman terorisme ataupun penyalahgunaan narkoba. Siapapun yang terpapar olehnya tidak bisa penuh dikenali, selain oleh dirinya sendiri.
Dampak yang ditimbulkan pun tak langsung bisa dideteksi. Baru saat ada kejadian, pelecehan seksual, perkosaan, yang bisa menyertakan kekerasan, bahkan hingga menghilangkan nyawa, banyak kali ditemukan, bahwa akarnya memang ada di sana.
Ancaman ini bernama pornografi. Apa yang ia lakukan pada kita sehingga ia layak diwaspadai? Bukankah pornografi tidak berwujud zat atau cairan yang memasuki tubuh kita? Bukankah pornografi bukan todongan senjata, bahkan tak pernah berkontak fisik dengan kita? Lalu mengapa ia menjadi sedemikian berbahaya?
Kontak fisik kita dengan pornografi terjadi saat alat indra mengakses tampilannya, baik itu mata, telinga, atau keduanya. Karena pada kenyatannya, semua peristiwa penginderaan melibatkan otak sebagai penentu pemaknaan, maka dalam setiap kejadian, otak adalah organ sasaran yang paling menjadi korban.
Familyblesscommunity.wordpress.com pernah melaporkan ulasan Dr. Randall F. Hyde, Ph.D., dalam Seminar Sehari yang diselenggarakan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, mengenai topik ini. Menurutnya, pornografi menancapkan pengaruhnya melalui dampak yang ditimbulkannya terhadap kerja sejumlah hormon dalam tubuh kita. Hormon, yang keberadaannya menentukan kelancaran kinerja tubuh, justru berpeluang memainkan peran sebaliknya, saat pornografi mengambil alih kendalinya.
Setidaknya ada empat jenis hormon yang diangkat oleh Psikolog senior di Departemen Psikologi pada Utah Valley Regional Medical Centre ini, yakni hormone dopamine, hormon norepinefrin, hormon serotonin, dan hormon oksitoksin.
Dopamine
Dopamine merupakan neurotransmitter, yakni senyawa yang menghantarkan sinyal atau rangsangan antar sel saraf atau antara sel pada sistem syaraf dengan sel lainnya. Dalam tubuh, dopamine berperan mengatur aliran dalam pembuluh darah, memicu kontraksi pembuluh darah untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Efek yang ditimbulkan dari kerja dopamine digambarkan sebagai sebagai sensasi rasa yang dialami seorang siswa dalam keputusan-asaan mengerjakan soal ujian Matematika yang sulit, –saat ia juga merasa lapar karena belum sempat sarapan, dan terganggu oleh fakta bahwa ia terlambat datang, sehingga cemas akan kekurangan waktu kerja– ternyata bisa menemukan cara menyelesaikan soal tersebut.
Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya? Lebih dari sekedar senang, ia bahagia, juga lega, juga puas, dalam kadar yang istimewa. Demikianlah gambarannya. Akan tetapi, efek dopamine mempunyai nuansa adiktif. Sensasi yang dialami saat berhasil mengatasi ujian Matematika dalam kondisi tersebut tak akan dialami lagi untuk tingkat kesulitan yang sama. Untuk meraih sensasi yang sama kuatnya, dibutuhkan tantangan peristiwa dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Jadi saat tampilan pornografi tertentu menimbulkan sensasi “wow” pada seseorang, segera akan dirasakan kebutuhan untuk mengalaminya kembali. Dan karena tampilan yang sama tidak akan bisa memunculkan sensasi “wow” serupa, ia akan mencari tampilan dengan level lebih tinggi, lalu ia akan perlu yang lebih tinggi lagi, lebih tinggi lagi, dan seterusnya.
Dari gambar setengah terbuka, menjadi lebih terbuka, menjadi sepenuhnya terbuka, lalu gambar meningkat jadi tayangan gerakan, dan suara, dengan durasi lebih lama, dan seterusnya. Tak heran pada suatu saat, ini akan berujung pada kebutuhan melakukan aksi nyata, dengan sosok manusia sebenarnya, yang tidak hanya bisa ia lihat sosoknya dan dengar suaranya, tetapi juga bisa ia sentuh dan bisa memberi respon padanya. Bahkan meskipun mereka ketahui bahwa tindakan tersebut salah, mereka kesulitan melawannya. Itulah hebatnya hormone dopamine yang dibuat bekerja terus menerus oleh pornografi.
Norepinefrin
Norepinefrin adalah suatu neurotransmitter dalam sistem limbik di otak yang mengontrol emosi-emosi seperti depresi atau euforia. Norepinefrin membantu mengalihkan aliran darah pada tempat yang tak terlalu membutuhkan untuk bagian tubuh lain yang lebih penting, seperti otot atau otak, yang membuat seseorang bisa menghadapi bahaya dengan baik.
Fungsi hormon Norepinefrin adalah untuk membuat seseorang tetap fokus dan terjaga selama mengalami stress, menjadi lebih waspada, dan fokus pada masalah. Namun pada situasi di mana kontak dengan pornografi terjadi, kendalinya terhadap hormon norepinefrin berdampak merusak.
Seorang pebisnis sejati yang selalu memenuhi benaknya dengan peluang dan keuntungan, dapat melihat sesuatu sebagai potensial menghasilkan, saat orang lain tidak melihat apa-apa dari hal yang sama.
Demikian halnya dengan seorang pecandu pornografi. Saat melihat seorang perempuan berpakaian ketat, misalnya, atau bahkan sekedar mendengar ungkapan “perempuan itu seksi”, pikirannya bergerak jauh melampaui orang lain yang berada pada situasi serupa.
Daftar gambar dan kosa kata seputar pornografi yang telah memenuhi otaknya, berpeluang memenjarakannya. Kondisi apapun mengarahkannya ke tempat yang sama. Berpikir jernih, apalagi memberdayakan pikirannya untuk hal-hal besar dan kreatif, menjadi sangat sulit baginya.
Serotonin
Serotonin adalah neurotransmitter yang bertanggung jawab untuk berbagai fungsi dalam tubuh. Fungsi serotonin di dalam otak rumit terhubung ke suasana hati, kinerja mental, dan kemampuan kita untuk menangani stres.
Sebagai hormon dalam tubuh, serotonin juga berfungsi membantu proses pencernaan dalam usus. Hal lain tentang serotonin adalah, terproduksinya hormon ini dalam tubuh seseorang, berkaitan dengan rasa nyaman yang dialaminya.
Pada seorang perokok, kondisi menekan tertentu dengan mudah membawanya pada rokok. Mengapa demikian? Merokok memberinya rasa nyaman, tenang dan damai yang ia butuhkan. Maka untuk seorang pecandu pornografi, bisa diduga ke mana ia akan pergi saat tekanan dialami. Kontak kembali pada pornografi, serotonin yang terproduksi, dan rasa nyaman yang dialami.
Berulangnya koneksi ini pada serangkaian pengalaman, membangun keyakinan bahwa pornografi-lah sumber kenyamanan saat itu dibutuhkan, bukan evaluasi dan refleksi diri, bukan kesempatan konsultasi, bukan pula doa atau meditasi.
Oksitosin
Secara ringkas, fungsi oksitosin dirumuskan sebagai hormon yang membantu kontraksi otot uterus, merangsang sekresi susu dari kelenjar susu, meredam stress dan perasaan cemas, serta menimbulkan perasaan senang, bahagia, empati. Oksitosin muncul pada moment yang melibatkan relasi, seperti saat seorang ibu melahirkan bayinya, atau saat pasangan suami istri melakukan hubungan intim. Hal khusus lain dari oksitoksin adalah dampak keterikatan yang ditimbulkan, sebagaimana terjadi pada ikatan batin ibu dan anak ataupun suami dan istri.
Fakta bahwa oksitosin berperan meningkatkan libido seksual, dapat menjelaskan bagaimana hormon ini muncul saat para pecandu mengakses pornografi, kemudian mengalami keterikatan terhadapnya. Pornografi menjadi kebutuhan yang terus dirasakan bahkan mengikatnya.
Menjadi tampak kiranya mengapa dan bagaimana pornografi dapat mengancam hidup kita. Sifatnya yang tidak kasat mata meningkatkan kadar ancaman ini karena membatasi kemungkinan kita mengenali korban dan membantu mencegah dampaknya.
Pada saat yang sama kita bisa melihatnya sebagai alasan untuk membangun kemandirian dalam melakukan kebaikan. Maka kemenangan atas pornografi, sepenuhnya terjadi atas upaya pribadi.
Foto: bintang.com