Lee Kuan Yew, Pemimpin yang Tegas dan Ayah yang Demokratis

Tokoh
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Publik, baik di Singapura maupun di luar Singapura, mengenal Lee Kuan Yew sebagai sosok yang keras dan penuntut. Ia menuntut agar orang tua di Singapura disiplin dan tegas dalam mendidik anak-anak mereka. Ia tahu benar bahwa pendidikan yang pertama adalah orang tua. Ia berharap, anak-anak Singapura dididik dengan disiplin tinggi. Mereka didorong untuk tekun dalam belajar dan dasar ketekunan itu ditanamkan oleh orang tua dari rumah.

Oleh karena itu, terbersit kesan di benak orang tua di Singapura bahwa Lee Kuan Yew menuntut anak-anak Singapura selalu berprestasi, padahal tidak demikian maksudnya. Yang ia maksud adalah agar anak-anak melakukan yang terbaik yang mereka bisa lakukan agar mereka dapat berkembang dengan baik, sehingga kelak mereka tidak menyulitkan orang lain. Ia yakin dengan proses yang baik, menjadi juara bukan hal yang mustahil.

Itu jugalah yang dilakukannya dalam mendidik ketiga anaknya. Hal ini diungkapkan oleh putra sulung Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long. “Saya bukan juara kelas, apalagi juara sekolah. Tetapi selama kami melakukan yang terbaik dalam belajar, mengelola tugas dan menangani semua dengan baik, mereka (Ayah dan Ibu) ok”, kata Lee Hsien Long, berusaha menggambarkan hal penting dari bagaimana ia dan kedua adiknya dididik, sebagaimana dikutip oleh Straitstime.com.

Lee Kuan Yew juga tidak menuntut anak-anaknya mencapai sesuatu menurut keinginannya. Ia bahkan mendorong anak-anaknya menekuni apa yang mereka sukai. Jika anak-anak Lee Kuan Yew memiliki minat pada sesuatu, Lee dan istri membantu anak-anak untuk mengejarnya. Ini adalah pengalaman Hsien Long sendiri. Ia memutuskan untuk belajar musik dengan mulai belajar membaca musik. Dari sana ia memutuskan untuk memainkan clarinet di band dan kemudian bermain tuba. Ia dan adik-adiknya tidak mengalami tekanan dari kedua orang tua untuk mengambil kursus tambahan demi meningkatkan keterampilan. Dalam hal ini Lee Kuan Yew adalah orang tua yang demokratis. Kondisi ini terbawa sehingga mereka dewasa dan ketiganya berkeluarga. Lee Kuan Yew dan istri tidak mencampuri urusan keluarga ketiga anaknya. Namun ketika kedua putranya menikah, Lee Kuan Yew menyempatkan diri memberi nasehat. Nasehatnya adalah tentang bagaimana memiliki pernikahan yang bahagia menurut pengalaman Lee Kuan Yew.

“Namun sebagai anak Perdana Menteri, kami diharapkan untuk berperilaku baik, mandiri, sehingga tidak membebani orang-orang di sekitar. Maka mereka mengharuskan kami menggunakan bahasa yang benar, menghindari bahasa yang buruk, mereka sangat ketat dalam hal ini”, kata Lee Hsien Long. Karena kesibukannya mengurus pemerintahan, urusan keluarga dan pengasuhan anak diserahkan kepada Ibu. Namun Lee Kuan Yew selalu tahu apa yang terjadi dalam keluarga. Jika ada kesulitan dalam keluarga, ia selalu ada dan tahu menyelesaikannya. Dia bukan orang yang demonstratif, tetapi dengan caranya anak-anak tahu apa yang ia pikirkan dan apa yang ia harapkan. Ia adalah orang yang sangat serius. Jika ia tidak menyetujui sesuatu, ia tidak terlalu banyak bicara, tapi anak-anaknya tahu apa yang ia maksud. Maka kami menempatkannya dalam respek yang tinggi. Semua situasi ini membuat Hsien Long menggambarkan keluarga mereka sebagai keluarga Asia yang tradisional, di mana hirarki sangat dihormati.

Ketika anaknya sudah mulai berkeluarga, Lee Kuan Yew merasa kesulitan berkomunikasi dengan ketiga anaknya, apalagi mereka berada jauh. Lee Hsien Long, anak tertua Lee Kuan Yew menuturkan bahwa komunikasi melalui surat ia alami ketika ia melanjutkan studi di luar negeri. Ia rutin menerima surat seminggu sekali dari kedua orang tuanya. Surat ayahnya diketik sedangkan surat ibunya ditulis tangan, lima sampai enam halaman. Ia pun rutin membalas surat-surat tersebut lima sampai enam halaman pula. Sampai sekarang surat-surat tersebut masih ia simpan.

Sebagai penerus dinasti politik keluarga Lee, Lee Hsien Long tampaknya disiapkan secara khusus oleh Lee Kuan Yew. Lee Hsien Long mendapat kesempatan bicara intens empat mata dengan sang ayah. Lantaran ia bertahun-tahun memperoleh kesempatan bertukar pikiran tentang berbagai masalah, berbagai topik, baik sosial politik, ekonomi, domestik maupun internasional, dalam sesi bermain golf bersama sang ayah. Lee Hsien Long kemudian menjadi Perdana Menteri Singapura, sepuluh tahun setelah Lee Kuan Yew pensiun.

Itulah Lee Kuan Yew. Selama 31 tahun menjadi Perdana Menteri Singapura, ia adalah pemimpin yang tegas. Tetapi ketika di rumah, ia menjadi ayah yang dapat diandalkan, namun demokratis dalam mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu ia sangat dihormati, juga oleh anak-anaknya. Ia wafat tahun 2015 dalam usia 91 tahun. Mudah-mudahan warisannya mengsinspirasi kita menjadi pendidik yang pertama dan utama, di rumah-rumah kita. (Oleh: Sipri Peren / Foto: so.natty.sg)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Lee Kuan Yew, Pemimpin Yang Tegas Dan Ayah Yang Demokratis […]