Depoedu – Barrack Obama adalah tokoh politik Amerika yang paling gemilang. Karena ia menjadi presiden Amerika Serikat dua periode. Padahal ia adalah politisi kullit hitam keturunan Afrika – Amerika. Kemenangannya pada periode pertama, melalui sebuah pemilihan yang bebas, namun melalui pertarungan yang sangat panas. Ia adalah tokoh politik yang merintis karir politiknya dari bawah. Kemenangannya membuktikan bahwa karakter baik, dapat menghantar seseorang menjadi apapun, meski berbeda ras dengan mayoritas pemilih. Karena latar belakangnya, pemerintahnya tidak dijalani dengan mudah. Untuk menggolkan kebijakannya, ia selalu membutuhkan waktu banyak dan kerja keras luar biasa.
Oleh karena itu, banyak orang berpikir, keluarganya pasti diterlantarkan. Michelle mengakui sulitnya ia dan Obama membagi waktu untuk keluarga, terutama untuk berada bersama anak di tengah kesibukan. Beberapa hal yang mereka lakukan dalam pendidikan anak mungkin dapat menginspirasi Eduers.
Sebagai orang tua, Obama dan Michelle bertekad menjadi orang tua yang baik. Bagi mereka, pasangan hanya bisa menjadi orang tua yang baik jika melakukan dua hal. Pertama : mendidik anak hingga memiliki “akar” yang kokoh. Kedua, mendidik anak hingga memiliki “sayap” yang tangguh.
Memiliki “Akar” yang Kokoh
Bagi Obama, mengupayakan “akar” yang kokoh bagi anak, hanya apabila anak memiliki rasa aman dan nyaman, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dalam rangka mengupayakan rasa aman ini, Obama selalu menyempatkan makan malam bersama anak-anak. Setelah itu, ia menemani anak-anak mencuci piring. Rutinitas ini kemudian dilanjutkan dengan menemani anak-anak tidur. Biasanya sebelum tidur Obama membacakan buku untuk anak-anaknya. Rutinitas itu Obama lakukan hingga tujuh seri buku Harry Potter pun ia tamatkan. Ini adalah rutinitas bed time yang diusahakan oleh Michelle dalam kepadatan jadwal Obama, bagian dari kenormalan keluarga mereka.
Untuk menciptakan rasa aman pula, Obama berusaha menunjukkan rasa cinta pada kedua anaknya dengan berbagai cara. Misalnya bermain sepatu roda bersama, tidak ragu mencium anaknya di depan orang lain, mengantar anaknya ke sekolah saat pertama kali masuk sekolah. Obama pun selalu meluangkan waktu untuk hadir pada hari-hari istimewa anaknya. Di antaranya, hadir dalam acara – acara sekolah anaknya, atau undangan pertemuan dengan guru. Di samping itu, sangat melindungi anaknya dari sorotan media, karena mereka ingin anak tumbuh normal seperti anak pada umumnya.
Memiliki “Sayap” yang Tangguh
Di samping “akar” yang kokoh, anak harus memiliki “sayap” yang tangguh, yang membuatnya mandiri dan tahu apa yang baik bagi hidupnya. Bagi Obama, seorang anak memiliki “sayap” yang tangguh jika karakter tanggung jawab dan disiplin ditanamkan dengan baik oleh orang tua. Untuk menanamkan karakter tersebut, pendidikan tanggung jawab harus dilakukan sedini mungkin, dengan memberi ruang untuk mandiri bagi anak-anak mereka. Maka Obama, misalnya, melarang staf rumah tangga kepresidenan untuk membantu merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar anak-anaknya. Selain merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar sendiri, Malia dan Sasha mencuci piring bekas makan mereka sendiri. Kedua anak Obama pun harus menyiapkan segala keperluan sekolah sendiri. Di samping itu, mereka pun bertugas mengurusi anjing peliharaan keluarga dengan membersihkan kotorannya dan mengajak anjing jalan-jalan.
Untuk memiliki “sayap” yang tangguh, selain tanggung jawab dan kemandirian, orang tua harus dapat memastikan latihan untuk membentuk karakter disiplin di antaranya dengan membatasi kesenangan anak-anaknya. Misalnya jumlah jam akses nonton internet dan TV yang dibatasi. Anak-anak tidak boleh tersambung terus menerus dengan teknologi. Malia dan Sasha pun dilarang Obama untuk membawa ponsel ke sekolah. Mereka pun diwajibkan memberi tahu ke mana mereka pergi, meski hanya di seputar gedung putih. Namun demikian, aturan disiplin perlu tetap fleksibel dalam penerapannya. Obama mau anak-anaknya tidak dimanja, tetapi tidak mau terlalu cepat dewasa. Mereka harus tetap hidup dalam budaya modern seperti remaja pada umumnya, dengan segala impiannya.
Di samping disiplin, pembentukan budi pekerti sangat menjadi perhatian Obama dan Michelle. Meski Malia dan Sasha tumbuh dalam keluarga modern, tetapi peduli dan menghargai orang lain tetap ditanamkan dengan berbagai cara. Misalnya, Obama mendorong Malia dan Sasha meluangkan waktu untuk menemani Nenek yang hidup bersama mereka. Selain itu, Obama pun mendorong Malia dan Sasha menjadi sukarelawan dalam berbagai kerja sosial, misalnya dalam program berbagi dengan kelompok masyarakat miskin.
Menjadi Tangguh dan Mandiri
Pola pendidikan inilah yang membantu Malia dan Sasha tumbuh menjadi anak yang tangguh dan mandiri sehingga seorang Justin Trudeau, perdana Menteri Kanada, memuji Malia dan Sasha. “Saya sangat kagum pada kalian berdua.Kalian memiliki kekuatan dan kemandirian yang luar biasa karena dididik dengan baik oleh orang tua kalian”. Musim gugur tahun 2017 ini Malia Obama, putri sulung Obama, mengikuti jejak kedua orang tuanya kuliah di Harvard University, salah satu universitas terbaik di dunia.
Mudah-mudahan kisah ini menginspirasi Eduers untuk tidak alpa menyayangi anak-anak dengan cara yang mendidik, sesibuk apapun kita. (Sipri Peren)
[…] Baca juga: Barrack Obama, Politisi Sukses Yang Sayang Keluarga […]