Mengelola Lima Aspek Manajemen Sekolah, Untuk Mengupayakan Perkembangan Sekolah Secara Berkelanjutan

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Jika dihitung, karier saya sebagai guru cukup panjang, dimulai tahun 1993 hingga tahun 2024, sehingga mencapai 31 tahun. Pada rentang waktu tersebut, hanya lima tahun saya menjadi konselor dan mengajar beberapa bidang studi di antaranya mengajar Agama Katolik dan Sosiologi. 

Waktu sisanya, kurang lebih 27 tahun, saya ikut menangani manajemen sekolah di antaranya pada posisi kepala sekolah dan posisi koordinator pendidikan, semacam direktur pendidikan. Di posisi ini, sehari-hari saya terlibat dalam urusan manajemen sekolah termasuk urusan pengembangan sekolah. 

Artikel yang akan Eduers baca ini merupakan hasil refleksi saya terhadap apa yang saya kerjakan dalam waktu panjang karier saya tersebut, terutama terkait bagaimana mengupayakan manajemen efektif sekolah untuk mengusahakan perkembangan sekolah secara berkelanjutan. 

Sebagai hasil refleksi tentu saja tulisan ini tidak hanya berisi pengalaman, apa yang dikerjakan tetapi juga gagasan dan apa yang seharusnya terjadi. Oleh karena itu, pada akhirnya saya lebih menuliskan hal yang ideal yang seharusnya terjadi pada sebuah sekolah, jika sekolah tersebut hendak berkembang secara berkelanjutan. 

Menurut hemat saya, sekolah dapat berkembang secara berkelanjutan akan sangat bergantung pada kemampuan para pengelola me-manage lima aspek penting manajemen secara terintegrasi dan efektif. 

Lima aspek tersebut adalah manajemen akademik yang kuat, manajemen sumber daya manusia yang efektif, manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel, manajemen hubungan dengan stakeholder, serta manajemen teknologi dan informasi. Berikut uraiannya. 

Manajemen akademik yang kuat

Menurut hemat saya aspek ini mencakup tiga hal penting yakni real kurikulum yang relevan, pengembangan kompetensi guru yang berkelanjutan, dan penilaian pendidikan yang komprehensif. 

  • Real kurikulum yang relevan

Pengelolaan pendidikan dan pengajaran di sekolah berpatokan pada kurikulum nasional. Paling tidak ada dua tataran kurikulum di sekolah yakni kurikulum tertulis dan real kurikulum. Kurikulum tertulis adalah kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sedangkan real kurikulum adalah semua pengalaman belajar peserta didik yang dialami dalam interaksi antar peserta didik dan guru di sekolah. Real kurikulum adalah kemampuan guru dan kepala sekolah menafsirkan kurikulum tertulis dan mengimplementasikannya dalam proses pendidikan dan pengajaran. 

Di dalamnya mencakup pemahaman terhadap kurikulum tertulis, ada pemahaman terhadap kondisi peserta didik, pilihan pendekatan pendidikan, metodologi pengajaran, integrasi teknologi pengajaran termasuk inovasi pendidikan dalam proses belajar mengajar. Di sini peserta didik menjadi fokus dan tujuan dari semua proses pendidikan dan pengajaran.    

Mutu real kurikulum sangat bergantung pada kompetensi guru dan kepala sekolahnya. Semakin kepala sekolah dan guru bermutu, mereka semakin mampu menghadirkan real kurikulum yang semakin positif membentuk pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan. 

Baca juga : Kebebasan dan Nilai Kultural di Sekolah

  • Pengembangan guru dan kepala sekolah yang berkelanjutan

Dalam rangkah manajemen akademik, pimpinan sekolah perlu investasi pada pelatihan pengembangan profesi guru dan kepala sekolah secara berkelanjutan, sesuai dengan kebutuhan perkembangan. Proses ini menghasilkan guru yang kompeten, yang diharapkan mampu menciptakan pengalaman belajar yang dinamis dan efektif. 

  • Sistem penilaian yang holistik dan komprehensif 

Dalam rangka manajemen akademik, perlu juga diupayakan sistem penilaian yang holistik yang tidak hanya memotret capaian belajar peserta didik tetapi juga memotret proses belajar peserta didik secara holistik, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 

Di samping itu, sistem penilaian yang komprehensif juga terkait proses umpan baliknya dan tindak lanjut dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar, untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangan  peserta didik ke arah yang lebih baik.  

Manajemen sumber daya manusia yang efektif 

Aspek manajemen sumber daya manusia mencakup tiga hal penting yakni rekrutmen dan seleksi yang objektif dan teliti, motivasi dan kesejahteraan guru dan karyawan, serta kerjasama tim yang solid.

  • Rekrutmen yang objektif dan teliti 

Dalam rangka manajemen sumber daya manusia perlu diupayakan rekrutmen yang objektif dan teliti. Ini menyangkut pemilihan tools yang digunakan dalam rekrutmen, yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memperoleh data yang akurat.

Ini menjadi landasan untuk memilih guru dan staf secara obyektif,  berkualitas, dan berkomitmen, sesuai dengan visi dan misi sekolah, dan bukan berdasarkan pertimbangan yang subjektif karena kolusi dan nepotisme. 

  • Motivasi dan kesejahteraan guru dan karyawan

Dalam rangka manajemen sumber daya manusia perlu diciptakan lingkungan kerja yang positif dan suportif, dengan memberikan apresiasi berdasarkan kinerja obyektif dan memperhatikan kesejahteraan guru dan karyawan. 

Upaya motivasi dan perhatian terhadap kesejahteraan diharapkan meningkatkan produktivitas guru dan karyawan dan peningkatan loyalitas pada proses mencapai tujuan sekolah.

  • Kerjasama tim yang solid

Manajemen sumber daya manusia yang solid juga menyangkut upaya membangun budaya kerja tim yang kuat, di mana setiap anggota saling mendukung dalam berkolaborasi untuk mencapai tujuan sekolah secara bersama. 

Hal ini terjadi karena pada saat ini, perkembangan teknologi dan masalah yang muncul dalam dunia pendidikan sangat kompleks. Dengan demikian, untuk menyelesaikan satu masalah diperlukan keterlibatan banyak keahlian, banyak kompetensi.

Mengingat hal itu, kerjasama tim yang solid harus diupayakan untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan sekolah secara berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan tim kerja, diikuti dengan rapat rutin tim tersebut. 

Baca juga : Finlandia Jadi Negara Paling Bahagia di dunia. Ini Yang dilakukan Pemerintah Finlandia

Jika muncul friksi yang sering kali terjadi karena salah paham dalam proses komunikasi dan interaksi, kepala sekolah diharapkan cepat mengelola friksi tersebut secara obyektif. Ia harus menjadi orang tengah yang tidak masuk ke dalam friksi yang ada. 

Ia harus berusaha mendengarkan semua pihak, untuk menemukan akar masalah, sebelum melakukan tindakan yang diperlukan. Semua hal yang ia temukan, termasuk keberatannya terhadap pribadi atau kelompok, harus ia komunikasikan langsung pada pribadi atau pihak-pihak tersebut. 

Inilah yang menyelesaikan friksi dan pertentangan dalam interaksi antar pribadi dan kelompok di sekolah. Cara sebaliknya seperti keberatan terhadap pribadi atau kelompok, dikomunikasikan pada pribadi atau kelompok lain. Praktik ini seringkali hanya memperlebar friksi dan memunculkan masalah baru.    

Manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel

Aspek manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel mencakup perencanaan anggaran, pengelolaan keuangan dan disiplin penggunaan anggaran, pengawasan penggunaan anggaran. Semua aspek ini harus  melibatkan staf yang kompeten. 

  • Perencanaan anggaran   

Pimpinan sekolah bersama staf terkait perlu menyusun rencana anggaran yang realistis setiap awal tahun ajaran, dengan mempertimbangkan sumber daya keuangan yang dimiliki sekolah di satu pihak dan program prioritas sekolah di pihak lain, dan berorientasi pada perkembangan peserta didik.

  • Pengelolaan keuangan dan disiplin penggunaan  anggaran

Setelah rencana anggaran disusun, pemegang kuasa anggaran menerapkan disiplin dalam pengelolaan anggaran sesuai dengan rencana anggaran yang disusun. Proses ini diikuti dengan disiplin pencatatan  pengeluaran, pencatatan penggunaan anggaran, dan pelaporan pertanggungjawaban dari pengguna anggaran. 

  • Pengawasan penggunaan anggaran 

Untuk mencegah  penyelewengan dalam pengelolaan keuangan dan pelaksanaan program sekolah, sekolah perlu memiliki tim untuk mengawasi penggunaan anggaran dan pengelolaan program sekolah, berdasarkan dokumen rencana anggaran dan program kerja sekolah yang telah disepakati. 

Tim ini melakukan pemantauan dan evaluasi secara rutin,untuk memastikan pengelolaan keuangan dan pelaksanaan program kerja sesuai dengan rencana anggaran, program kerja,  dan tujuan sekolah yang telah disepakati. 

Selain itu, dalam rangka mengupayakan akuntabilitas, sekolah perlu juga menyediakan mekanisme pengaduan untuk memungkinkan stakeholder melaporkan ketidakpuasan atau kecurangan dalam pengelolaan keuangan yang mungkin terjadi. 

Manajemen hubungan dengan stakeholder

Aspek manajemen hubungan dengan stakeholder mencakup bagaimana mengupayakan komunikasi yang efektif dengan stakeholder? Bagaimana melibatkan stakeholder? Juga bagaimana memberikan pelayanan yang baik?  

Yang dimaksudkan dengan stakeholder sekolah adalah semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan sekolah; individu atau kelompok yang memiliki kepentingan atau hubungan dengan sekolah, baik langsung maupun tidak langsung. 

Baca juga : Riset Harvard; Kebiasaan Konsumsi Makanan Sejak Muda, Menentukan Status Kesehatan di Usia Tua

Ini berarti, bagi kepala sekolah, yang menjadi stakeholder sekolah yang utama adalah peserta didik, orang tua, guru, staf. Ini adalah stakeholder internal. Masih ada stakeholder eksternal seperti masyarakat, perusahaan dan industri, organisasi masyarakat sipil.    

Agar upaya me-manage tiga aspek tersebut dapat dilakukan dan berhasil, kepala sekolah perlu merumuskan  keinginan, harapan dan kebutuhan stakeholder tersebut, terutama stakeholder internal. Ini adalah hal mendasar dari aspek manajemen stakeholder. Lazim dilakukan melalui survei atau wawancara. 

Berikut, ketiga aspek manajemen stakeholder (internal,) akan kami uraikan satu persatu. 

  • Mengupayakan komunikasi efektif

Komunikasi yang efektif dengan semua stakeholder diupayakan dengan membangun komunikasi yang efektif dengan pihak-pihak tersebut. Jika sebuah pekerjaan akan dilakukan bersama-sama, pihak yang terlibat harus mengetahui semua hal ihwal tentang pekerjaan tersebut. 

Misalnya agar tata tertib sekolah dapat dijalankan dengan baik, semua pihak yang terlibat dalam proses, baik sebagai pelaksana, sebagai pendamping, sebagai pengawas, harus mengetahui tata tertib tersebut sebelum tata tertib tersebut dilaksanakan. Maka tata tertib tersebut harus disosialisasikan pada pihak-pihak tersebut.      

Dengan demikian pertemuan rutin seperti di awal tahun ajaran, semua pihak, misalnya dengan orang tua,  perlu dilakukan. Jangan sampai mengharapkan orang tua mendampingi anak dalam implementasi tata tertib sekolah tetapi orang tua tidak memperoleh penjelasan mengenai tata tertib sekolah tersebut.  

Juga jika dalam pendampingan orang tua menemukan hal yang harus diperbaiki, dan memberi masukan pada sekolah, kepala sekolah dan guru harus bersedia mendengarkan masukan tersebut, dan menindaklanjuti  sampai tuntas.

  • Keterlibatan orang tua

Orang tua adalah mitra sekolah. Sebagai mitra, mereka harus dilibatkan secara aktif dalam proses pendidikan anak. Agar dapat terlibat secara aktif, kepala sekolah harus membuka akses komunikasi dengan orang tua. Bentuknya misalnya libatkan orang tua dalam perumusan kebijakan, program kerja sekolah, atau pelaksanaan kegiatan sekolah. 

Pada saat pelaksanaan kegiatan, orang tua dibolehkan hadir tidak hanya sebagai penonton, melainkan sebagai peninjau, yang kemudian memberikan masukan tentang pelaksanaan kegiatan. Jika kegiatan dikelola dengan baik, dan berdampak positif pada pertumbuhan anak, maka mereka otomatis akan menjadi corong sekolah di luar.

  • Kerjasama dengan komunitas

Proses belajar mengajar akan menjadi sangat menarik jika tidak hanya dibatasi di ruangan kelas, tetapi dibawa ke luar kelas, di mana peserta didik berinteraksi secara langsung dengan objek belajar mereka. 

Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menjalin kerjasama dengan komunitas di luar sekolah, untuk memungkinkan sinergi antara sekolah dengan modalitas belajar di luar sekolah. Proses belajar akan menjadi lebih kaya dan sangat menarik. 

Baca juga : Pura-Pura Ambil Darah, Seorang Dokter Peserta Pendidikan Dokter Spesialis, Perkosa Anak Pasien

Manajemen teknologi dan informasi 

Aspek manajemen teknologi informasi mencakup tiga hal yakni: bagaimana mengupayakan integrasi teknologi informasi dalam pembelajaran? Bagaimana membangun sistem informasi yang terintegrasi? Dan bagaimana mengupayakan keamanan data. Berikut uraiannya.

  • Integrasi teknologi informasi dalam pembelajaran

Integrasi teknologi dalam pembelajaran adalah upaya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sekaligus membuka akses bagi peserta didik dan guru untuk secara leluasa mengakses informasi, untuk memperkaya proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik. 

Selain itu, integrasi teknologi informasi dalam pembelajaran juga merupakan upaya menyiapkan peserta didik dan guru untuk menghadapi era digital. Dalam proses ini mereka akan terbiasa untuk menggunakan teknologi informasi, dan memanfaatkan banjir informasi, sesuatu yang telah menjadi keniscayaan di era teknologi dan informasi. 

Maka integrasi teknologi informasi dalam pembelajaran menjadi keharusan yang diupayakan kepala sekolah. Oleh karena itu infrastruktur seperti internet dan komputer wajib disediakan sekolah, dan guru harus menggunakan teknologi dan informasi dalam proses belajar mengajar. 

  • Sistem informasi yang terintegrasi   

Selain integrasi teknologi dalam pembelajaran, di zaman teknologi informasi, sekolah harus menggunakan sistem informasi untuk menyimpan data peserta didik, guru, dan administrasi sekolah secara efisien. 

Dengan keahlian dan kompetensi guru dan staf, sistem informasi yang terintegrasi akan sangat memudahkan pekerjaan guru dan staf, termasuk interaksi dengan orang tua. Apalagi jika sistem tersebut terintegrasi dengan sistem terkait di luar sekolah seperti perguruan tinggi dan dinas pendidikan. Hal ini akan sangat memudahkan pekerjaan administrasi. 

  • Keamanan data   

Meskipun sistem informasi yang terintegrasi dan terkoneksi dengan sistem yang lain itu sangat diperlukan, namun pada saat yang sama kondisi ini juga rawan kebocoran data. Oleh karena itu proses ini harus diikuti dengan mengupayakan keamanan data tersebut, untuk melindungi privasi dan menjaga kerahasiaan informasi. 

Dengan demikian upaya membangun keamanan sistem sangat diperlukan. Selain itu, diperlukan standar prosedur yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang berurusan dengan penyimpanan informasi dan sharing informasi, dan secara rutin diaudit. 

Itulah kelima aspek penting manajemen sekolah yang harus dikelola, jika menghendaki sekolah berkembang secara berkelanjutan. Keberhasilannya akan terlihat dari terciptanya lingkungan belajar yang berkualitas, menghasilkan lulusan yang kompeten. 

Sekolah juga akan terus berkembang menjadi lembaga pendidikan yang unggul dan berdampak positif bagi masyarakat, bukan hanya secara akademis melainkan secara holistik. Yang bertumbuh tidak hanya peserta didiknya, tetapi semuanya, kepala sekolahnya, gurunya, bahkan orang tuanya. 

Foto: Liputan6.com

4.8 6 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments