Belajar dari Kasus Nikita dan Putrinya untuk Mengembangkan Relasi yang Lebih Sehat dengan Anak

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Nikita Mirzani dan putrinya Lolly kembali menjadi sorotan di media sosial, setelah Lolly dijemput paksa dari apartemennya oleh Nikita Mirzani yang melibatkan polisi dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia.

Penjemputan paksa tersebut dilakukan terkait laporan Nikita Mirzani kepada pihak kepolisian tentang dugaan Lolly yang kini masih berusia 17 tahun, menjadi korban hubungan seks di luar nikah dengan anak di bawah umur, yang dilakukan oleh Vadel. 

Sebagai akibatnya, diduga menyebabkan anak sulung Nikita Mirzani ini hamil, bahkan hingga diduga Lolly melakukan aborsi sebanyak dua kali, kabarnya atas permintaan Vadel pacarnya.  Kabar ini semakin memperburuk hubungan yang belakangan memang sudah tidak baik. 

Hubungan antara ibu dan anak tersebut mulai memburuk sejak perceraian antara Nikita dengan Antonio Dedola, lantaran saat itu, Lolly lebih memilih membela mantan ayah tirinya daripada membela ibunya. Selain itu, Lolly yang saat itu sedang bersekolah di Inggris secara sepihak mengambil beberapa keputusan yang tidak disetujui oleh ibunya. 

Di antaranya keputusan untuk open endorsement lantaran Lolly ingin hidup mandiri tanpa bergantung pada ibunya. Padahal selama bersekolah di Inggris, semua kebutuhan Lolly dipenuhi oleh Nikita Mirzani. Nikita lalu meminta Lolly untuk menghentikan open endorsement yang ditolak Lolly. Ini menimbulkan opini publik yang menyudutkan Nikita.  

Keputusan sepihak Lolly lainnya adalah mengganti nama belakangnya menggunakan nama Toni. Hal itu terlihat dari profil instagram Lolly setahun lalu. Di sana tertera nama Laura Berenguel Dedola.  Ini adalah buntut lain dari konflik Nikita-Toni di mana Nikita meminta Lolly mengunggah hal-hal buruk Toni di media sosial. 

Kabarnya, karena Lolly menolak, Nikita marah dan mengancam tak akan membiayai sekolah Lolly di Inggris. Karena itu, seperti dilansir pada laman Radar, Toni mengambil sikap untuk mengadopsi Lolly dan membiayainya. Akibat dari perseteruan semakin menjadi, dan Nikita menghentikan pembiayaan untuk Lolly termasuk biaya sekolahnya. 

Karena pembayaran uang sekolah hanya boleh dilakukan melalui akun yang ada pada Nikita, maka Toni yang sudah mencoba mengambil tanggung jawab pun tidak dapat mengambil alih pembayaran. Akhirnya Lolly berhenti dari sekolah dan keluar dari asrama namun tidak mau kembali ke Indonesia.

Setelah berhenti sekolah, hidup Lolly di Inggris terlunta-lunta. Ia sempat ditampung oleh seorang pengusaha asal Timor Leste, Mami Eda yang anaknya berteman dengan Lolly di media sosial. Dan Lolly pun sempat melanjutkan sekolah ke sekolah yang lebih dekat dengan rumah Mami Eda. 

Setelah sekian lama ditampung di rumah ini dan tidak ada tanda-tanda akan berpindah, Mami Eda mulai menunjukkan keberatan misalnya dengan mendadak mematikan lampu pada saat Lolly sedang live dan mengomel soal mahalnya biaya untuk membayar listrik dan air di Inggris. 

Baca juga : Bangga Berbatik Di Hari Batik Nasional

Selain itu, ada momen lain di mana Lolly tidak bisa masuk rumah saat pulang sekolah. Lolly berusaha memanggil dari luar tapi tidak ada orang yang membukakan pintu. Dari peristiwa-peristiwa itu, Lolly memutuskan untuk pindah ke kos-kosan tanpa memberi tahu. 

Karena tidak pulang beberapa hari, dan ditambah Lolly pun tidak mengangkat telpon Mami Eda, maka Mami Eda memutuskan untuk melapor polisi kehilangan Lolly. Gara-gara laporan tersebut, Lolly pun sempat ditahan oleh polisi. Mendengar kabar Lolly ditahan polisi, Nikita menyatakan tidak peduli. 

Setelah lepas dari tahanan, terjadi lagi kontroversi ketika Lolly mabuk miras dalam sebuah acara pernikahan. Pada peristiwa ini, Lolly berciuman dengan pacarnya di tempat umum. Ini menjadi perbincangan di media sosial, mengingat umurnya baru 16 tahun. 

Lolly akhirnya memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia. Katanya kepulangan tersebut untuk minta maaf langsung pada Ibunya, Nikita Mirzani. Namun menurut versi Nikita, Lolly kembali ke Indonesia lantaran ia dideportasi dari Inggris.

Namun di salah satu unggahan instagramnya Lolly menyampaikan permohonan maafnya kepada Ibunya. “Saya Laura, kali ini memohon maaf sebesar-besarnya kepada Mami, atas yang terjadi selama ini,” tulis Lolly pada bulan April yang lalu. 

Bukan hanya itu, Lolly pun datang ke rumah Nikita,  namun pada saat itu rumah Nikita terkunci. Kata Nikita, pintunya terkunci karena menurutnya Lolly tidak serius minta maaf, karena pada saat datang membawa kamera. 

Hubungan Lolly dengan Nikita malah tak kunjung membaik setelah Lolly pacaran dengan Vadel Badjideh yang sehari-hari dikenal sebagai seleb Tik Tok. Disusul saling serang antara Vadel dan Nikita di media sosial. Ini membuat hubungan antara ibu dan anak ini semakin memburuk. 

Kelanjutan dari perseteruan tersebut, Nikita melaporkan Vadel ke Polres Metro Jakarta Selatan karena dugaan persetubuhan di bawah umur hingga menyebabkan kehamilan dan melakukan aborsi atas permintaan Vadel. Kasus Lolly semakin heboh setelah Nikita memutuskan menjemput Lolly ke apartemennya dan menitipkannya di rumah aman. 

Memahami Sikap Nikita

Mengikuti perseteruan antara Nikita dan Lolly anaknya, saya teringat Amy Chua, seorang Ibu Amerika keturunan China yang menulis buku berjudul Battle Hymn of the Tiger Mother. Buku tersebut berisi pengalaman Amy Chua bersama suaminya, yang keturunan Yahudi, dalam mendidik dua anaknya. 

Dalam mendidik kedua anaknya, Amy menerapkan banyak aturan dengan keras. Tujuannya membentuk anak-anaknya berdasarkan nilai-nilai yang ia warisi demi pertumbuhan anak-anaknya. Dalam pelaksanaannya meskipun keras, tetapi dengan pengenalan yang baik terhadap watak anak-anaknya, ia bisa menjadi sangat fleksibel. 

Baca juga : Bill Gates Baru Mengizinkan Anaknya Menggunakan Smartphone Di Usia 14 Tahun?

Fleksibilitasnya tergantung pada pengenalan terhadap watak, dan respon anak-anaknya terhadap aturan yang ia terapkan. Tujuannya cuma satu, menyelamatkan pertumbuhan anak dan mencegah mereka  larut dalam masalah yang lebih besar. Fleksibilitas tersebut membutuhkan kecerdasan dan kemampuan komunikasi yang asertif dari sang ibu. 

Inilah yang membuat Amy dapat terus menerapkan aturan yang ia sepakati dengan anaknya dan menyelamatkan pertumbuhan anaknya, tanpa harus berlarut dalam konflik antara ibu dan anak yang berkepanjangan, yang menyebabkan anak-anak terluka secara mental. 

Dalam hubungan antara Amy dan kedua anaknya, konflik juga sering terjadi. Namun dengan komunikasi antara ibu dan anak, termasuk saling mendengarkan, yang menghasilkan pemahaman di antara mereka. Selain itu, masing-masing berusaha terus belajar, terus beradaptasi, untuk tujuan pertumbuhan masing-masing.  

Mengamati kasus antara Nikita dan Lolly, ada kemiripan antara dua ibu ini dalam mendidik anak mereka. Masing-masing berpegang pada nilai tertentu. Namun yang berbeda adalah sikap keras Nikita yang kurang fleksibel, tidak mau mengalah, dengan banyak syarat, yang bertujuan untuk  melindungi Lolly. 

Selain itu, dari hampir semua konflik yang mencuat ke media, muncul kesan bahwa ibu dan anak ini tidak saling mendengarkan. Mereka saling melontarkan respon, tanpa saling memahami terlebih dahulu duduk persoalan. Dengan demikian, komunikasi mereka lebih sering tidak menyelesaikan masalah, bahkan memperluas konflik, menimbulkan masalah baru, dan saling melukai.

Nikita memang mengakui bahwa ia memberikan penjagaan ketat kepada Lolly oleh karena itu Lolly merasa dikekang selama berada di rumah. “Kalau dia bilang aku dikekang, aku nggak boleh pergi sama teman-temanku, itu memang betul,” kata Nikita. 

Meskipun begitu, Nikita mengaku ia tidak bermaksud membatasi pertemanan Lolly. Ia mengungkapkan, pembatasan itu baru muncul karena pernah memberikan izin pada Lolly untuk berteman namun Lolly justru menyalahgunakan kepercayaannya. Berkaca pada pengalaman tersebut, Nikita akhirnya membatasi ruang gerak Lolly untuk menjaganya. 

Maksud baik seperti ini, tidak ditangkap oleh Lolly karena tampaknya tidak diikuti dengan komunikasi yang baik, termasuk kesediaan saling mendengarkan untuk memahami duduk perkara, dan memahami pilihan sikap satu sama lain, antara ibu dan anak ini. 

Kita berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Masing-masing belajar dari kasus ini untuk hubungan yang lebih baik dan menumbuhkan di masa yang akan datang. Kita berharap ibu dan anak ini dapat mengembangkan pola komunikasi yang lebih sehat, termasuk  saling mendengarkan.  

Kita juga berharap publik juga belajar dari kasus ini untuk membangun relasi yang menumbuhkan dalam hubungan antara orang tua dengan anak. 

Foto: KapanLagi.com

5 3 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments