Depoedu.com-Setiap imam dipilih dari antara manusia, tetapi dikhususkan dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Yang menjadi imam, pertama-tama adalah Bapak dan Mama di rumah-rumah. Itu yang dinamakan imamat umum. Menjadi imamat karena dikuduskan oleh sakramen-sakramen gereja.
Nanti dari imamat umum ini, melalui pelayanan gereja, lahirlah imamat khusus. Melalui proses ini, Bapak Ibu, ikut menghantar ke-13 orang diakon ini, menjadi imam hari ini. Itulah yang disampaikan oleh Uskup Atambua Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr dalam khotbah pentahbisan 13 imam Societas Verbi Divini (SVD) di Nenuk Atambua, Selasa (1/10/2024).
Ketiga belas diakon yang ditahbiskan pada kesempatan tersebut adalah Adrianus Kefi SVD, Damianus Hale, SVD, Eduardus Mau Buti, SVD, Emanuel Kristoforus Banusu SVD, Emanuel Natalio Un Mau SVD, Emanuel Rodja, SVD, Eusabius Puwarta Manehat, SVD, Kornelis Tilis, SVD, Mathias Banusu, SVD, Maximiliano Mesquita da Costa Correia, SVD, Servus Agustinus Mere, SVD, Wilfridus Tali Talan, SVD, dan Yohanes Paulus Lamanepa, SVD.
Tahun ini, selain 13 diakon yang ditahbiskan di Nenuk Atambua, Kongregasi SVD seluruhnya menthabiskan 49 imam baru di tiga lokasi lainnya yakni di Paroki Onekore Ende, di biara SVD Kuwu Manggarai, dan di Seminari Tinggi Ledalero di Kabupaten Sikka.
Dalam sambutannya, Uskup Atambua Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr menyampaikan terimakasih dan penghargaan untuk keluarga-keluarga, karena sebagian dari umat Allah selalu bermurah hati untuk memberi tenaga-tenaga imam baru. Kita berbangga karena Imamat masih memenuhi harapan kita.
Baca juga : KB-TK Tarakanita 4 Jakarta Berkeliling Kota Jakarta Naik Transjakarta
“Setiap tahun, kita masih selalu diberi Imam-imam baru. Tugas kita di keluarga-keluarga kita adalah terus menerus memelihara keturunan yang dipercayakan Tuhan, termasuk tetap memelihara para Imam kita. Mari kita terus menerus menyalakan lilin harapan,” ucap Bapak Uskup.
Bapak Uskup juga menyampaikan terimakasih kepada Pater Provinsial SVD karena membina anak-anak yang dipercayakan pada gereja melalui sistem pembinaan di SVD. Ia mengatakan, kini mereka telah siap untuk pergi.
“Mereka sudah siap untuk pergi. Mereka adalah aset berharga gereja yang Tuhan beri untuk menjadi manusia-manusia yang lebih berguna untuk orang lain. Silahkan pergi ke dunia misi. Mereka akan membawa iman kita, harapan kita, cinta kita, yang kita hidupi sejak kita menjadi orang Katolik,” kata Ketua Delegatus Karya Kesehatan KWI ini.
“Kita doakan agar mereka sukses di tanah misi. Kita juga dimohon berdoa agar mereka setia menjadi imam-imam Tuhan sampai akhir,” kata Bapak Uskup mengakhiri sambutannya.
Pendidikan Menjadi Imam
Imam di gereja Katolik adalah jabatan pelayan kerohanian yang ditahbiskan dengan Sakramen Imamat Kudus Gereja Katolik. Menurut Michael Taneo SVD, hidup imamat bukan hanya soal seputar altar, melainkan sang imam harus terjun ke tengah-tengah masyarakat, untuk melayani umat di antaranya melalui pekerjaan.
Oleh karena itu kata Pater Michael, diperlukan berbagai proses untuk mematangkan berbagai aspek kepribadian sang calon, mulai dari aspek rohani, aspek emosi, aspek intelektual, aspek hidup komunitas, dan aspek kerja.
Oleh karena itu, diperlukan proses pendidikan yang panjang, mulai dari 4 tahun di seminari menengah, dilanjutkan 2 tahun di novisiat, dilanjutkan dengan studi Filsafat selama 4 tahun hingga menamatkan studi strata 1 Filsafat. Setelah itu menjalani tahun orientasi pastoral selama 1 tahun.
Selama tahun orientasi pastoral, sang calon hidup di tengah masyarakat dan belajar melayani umat. Setelah itu, sang calon melanjutkan studi Teologi selama 2 tahun dan menyelesaikan studi strata 2 Teologi. Setelah studi Teologi, sang calon menjalani Tahbisan Diakon dan berproses selama 5-6 bulan sebelum memilih ditahbiskan menjadi imam.
Melalui proses pendidikan yang panjang ini, kata Pater Michael, seorang calon imam dibentuk, diuji, dimatangkan, sebelum calon imam sungguh-sungguh memilih ditahbiskan menjadi imam Katolik. Secara intelektual, seorang Imam SVD harus telah menyelesaikan pendidikan hingga S2.
Tantangan Seminari Saat ini
Salah satu hal yang menjadi tantangan seminari saat ini menurut Pater Michael adalah motivasi. Menurut Pastor, yang bertugas selama 12 tahun di Kongo setelah ditahbiskan ini, banyak orang tua mendorong anaknya masuk seminari karena seminari menurut mereka jauh lebih bermutu.
“Biar tidak jadi imam yang penting curi ilmunya. Ini membuat kita capek percuma. Untuk saya lebih baik mendidik anak nakal yang kemudian jadi imam, ketimbang mendidik anak sopan, yang kemudian tidak jadi imam. Kita buang tenaga percuma, mendidik anak dengan motivasi seperti ini,” jelas rektor Novisiat SVD St. Yosef Nenuk ini.
Baca juga : KB-TK Tarakanita Surabaya Gelar Field Trip Edukasi Lalu Lintas di Taman Taman Lalu Lintas Joyoboyo
Pada akhirnya, panggilan tidak dapat dipaksakan. Tidak didenda juga. Sebaliknya, banyak juga orang tua mendorong anaknya untuk menjadi imam, tanpa anaknya mau menjadi imam. Maka menurutnya tantangan terberat itu motivasi. Meskipun demikian hingga kini, sebagai panggilan, tetap saja ada anak muda yang terpanggil jadi imam.
Mutu seminari saat ini
Pada saat yang lalu, banyak seminaris, yang kemudian memutuskan untuk keluar dari seminari karena beberapa alasan. Namun berkat mengenyam pendidikan di seminari, orang-orang ini kemudian menjadi tokoh hebat di bidang mereka masing-masing. Sebut saja, Frans Seda, Jan Riberu, Ignas Kleden, Daniel Dhakidae.
Setelah tokoh-tokoh ini wafat, belum ada tokoh baru sekaliber mereka, jebolan seminari, kemudian menjadi tokoh awam. Banyak pihak mengaitkan ini sebagai kemunduran pendidikan di seminari.
Menurut Imam SVD yang ditahbiskan tahun 2007 ini, malah terbalik. Kata dia, justru sekarang mereka yang hebat-hebat itu memilih menjadi imam. Ia mencontohkan Dr. Paul Budi Kleden. Kalau tokoh sehebat dia, jadi awam, pasti jadi awam yang hebat. Oleh karena itu menurutnya, justru ini adalah kemajuan pendidikan di seminari.
“Saya tidak melihat ada kemunduran pendidikan di seminari. Justru orang-orang hebat memilih untuk menjadi imam. Ini menyebabkan gereja menjadi tangguh, karena orang hebat justru memilih menjadi imam dan tetap berada dalam Gereja Katolik.” kata Imam SVD yang ditahbiskan di Kupang tahun 2007 ini.