Pendidikan Bermutu Dapat Menghantar Masyarakat Melakukan Mobilitas Sosial

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam konferensi persnya menegaskan bahwa hingga kini, tingkat kemiskinan di dunia masih tinggi. Dari data yang dibeberkan, terlihat bahwa sekitar 1,2 miliar anak di seluruh dunia, tentu saja dengan orang tua mereka, masih berada di bawah garis kemiskinan.

Kenyataan tersebut tidak hanya ditemui di negara-negara miskin. Menurut data yang dilansir PBB tersebut, 1 dari 5 anak di 40 negara terkaya di dunia, kini hidup di dalam kemiskinan. Lalu instrumen apakan yang dapat diandalkan oleh pemerintah untuk memerangi kemiskinan?

Banyak penelitian menyimpulkan bahwa pendidikan warga negara jika digarap dengan baik oleh negara, akan memutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan, menurut penelitian-penelitian tersebut, dapat memberdayakan individu bahkan dari masyarakat yang paling terpinggirkan secara ekonomi.

Hal tersebut terjadi karena, setelah menamatkan pendidikan, mereka memiliki skill yang dipersyaratkan oleh pekerjaan mereka, untuk memperoleh pekerjaan yang dapat mengangkat martabat mereka dan mengerek mobilitas sosial mereka, menuju kelas sosial yang setingkat lebih baik dari sebelumnya.

Sebuah studi yang dikutip oleh detikedu yang diterbitkan tahun 2021 oleh Stanford University dan Ludwig Maximilian University menyimpulkan bahwa pendidikan Sains dan Matematika kurun tahun 1960 dan 2000, menyumbang pertumbuhan produk domestik bruto di seluruh dunia.   

Baca juga : “Membangun Karakter dengan Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan”

Sementara itu, peneliti UNESCO seperti dilansir pada laman situs UNDP, menyebutkan bahwa kemiskinan di dunia akan berkurang lebih dari separuh jika semua orang dewasa, menyelesaikan pendidikan hingga sekolah menengah atas. 

Bahkan para peneliti tersebut mengatakan, jika pendidikan hanya membekali para murid dengan keterampilan membaca dasar saja, dapat menyebabkan 171 juta orang di negara berpenghasilan rendah dapat keluar dari kemiskinan ekstrim.

Data ini seharusnya dapat memotivasi dan menjadi trigger bagi pemerintah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia untuk memacu tingkat partisipasi warga negara dalam menempuh pendidikan formal. Terutama karena pendidikan formal dapat memperbesar peluang bagi warga negara untuk melakukan mobilitas sosial.

Namun hingga kini pemerintah, juga pemerintah Indonesia, belum sungguh-sungguh menggarap partisipasi warga negara dalam menempuh pendidikan formal. Ini terbukti dari tingkat putus sekolah di berbagai jenjang pendidikan masih relatif tinggi, juga di provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi. 

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur misalnya, angka putus sekolah di berbagai jenjang pendidikan masih tinggi yakni mencapai angka 200 ribu anak. Nampaknya pemerintah Provinsi NTT belum melihat peluang untuk menggunakan jalur pendidikan formal dalam  upaya memutus mata rantai kemiskinan di provinsi ini. 

Baca juga : Meningkatkan Minat Belajar Melalui Inovasi Pembelajaran di Luar kelas: Prespektif dan Penerapan Nilai Cc5+

Selain tingkat partisipasi, yang diwarnai oleh tingkat putus sekolah yang tinggi, jika hendak menggunakan pendidikan menjadi instrumen untuk memutus mata rantai kemiskinan dan mendorong mobilitas sosial warga, pengembangan mutu pendidikan menjadi tuntutan yang mendesak menjadi perhatian pemerintah. 

Tentu saja tidak hanya mutu hasil pendidikan, tetapi terlebih mutu proses pendidikan, karena peningkatan mutu hasil, sangat bergantung pada mutu proses pengajaran termasuk mutu pendampingan. 

Dalam rangka itu, perbaikan pendekatan pengajaran guru menjadi salah satu hal yang sangat penting diupayakan. Pengajaran harus menjadi sarana bagi murid untuk latihan mengenali dan merumuskan masalah, latihan mencari informasi, latihan menyimpulkan, latihan untuk memecahkan masalah, dan latihan untuk mengkomunikasikan. 

Melalui latihan-latihan itu, terjadi pembentukan proses berpikir para murid, keterampilan sosial dan kematangan emosi murid dilatih. Proses ini membentuk berbagai skill yang diperlukan oleh murid untuk menghadapi tantangannya di masa depan. Inilah yang menjadi bekal mereka dalam melakukan mobilitas sosial.      

Foto: Kompas.com       

5 3 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments