Depoedu.com-Memasuki bulan kitab suci nasional tahun 2024, SMP Tarakanita 4 Jakarta mengajak segenap peserta didiknya untuk semakin mengenal Tuhan melalui pertemuan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) di hari Jumat, 13 September 2024.
Pertemuan Bulan Kitab Suci Nasional di SMP Tarakanita 4 Jakarta kali ini mengambil tempat di aula sekolah. Tepat pukul 06.50 bel berbunyi, semua peserta didik bergegas memasuki ruang kelas masing-masing.
Selang tak berapa lama, wali kelas memasuki kelas dan meminta peserta didik untuk berbaris rapi di luar kelas dan mengajak mereka menuju ke lantai 8 gedung sekolah.
Di aula tersebut, Suster Simforiana, CB telah bersiap untuk memandu peserta didik berhimpun dalam doa dan renungan bersama. Mengawali pertemuan itu, Suster Simforiana mencoba melontarkan sebuah pertanyaan terkait dengan tema bulan kitab suci nasional kali ini.
Beberapa peserta didik pun mengacungkan jari dan mencoba menjawab. “Allah Berkeadilan, Suster!” jawab salah satu peserta didik yang kebetulan diberi kesempatan untuk menjawab.
“Yeah, benar sekali. Itulah tema BKSN kita tahun ini. Maka, kalau kalian perhatikan, mulai awal bulan September ini setiap pagi kalian mengawali pembelajaran melalui doa secara sentral, di situ dibacakan firman Tuhan dan kita mencoba merefleksikannya,” jelas Suster.
“Ini dimaksudkan agar di bulan seperti ini kalian memiliki waktu untuk semakin mengenal Tuhan melalui firman-Nya,” lanjut Suster.
Baca juga : Murid Finlandia Mulai Tinggalkan Perangkat Digital dalam Proses Belajar Mengajar
Masih di sesi pembukanya, Suster pun mengajak peserta didik untuk melakukan sebuah permainan lagi. Permainan dimaksudkan untuk memicu peserta didik agar bisa mencari jawaban untuk sebuah pertanyaan tentang mengapa BKSN itu mesti diadakan.
Guna menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik kemudian diminta untuk berpasangan dan saling membelakangi. Dalam posisi seperti itu kemudian peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan pasangan masing-masing.
Pertanyaannya meliputi; tanggal lahir, tempat tinggal, ukuran sepatu, hingga perasaannya saat ini. Melalui permainan ini, Suster ingin menegaskan bahwa kita bisa dekat dan mengenal teman kita jika sering menjalin komunikasi.
Melalui permainan tersebut, Suster kemudian menegaskan bahwa untuk mengenal Tuhan kita pun perlu membangun komunikasi dan relasi dengan Tuhan. Bagaimana mungkin kita mengetahui bahwa Tuhan itu berkeadilan bila kita tidak berupaya berkenalan dengan Tuhan?
“Dalam konteks ini, salah satu cara terbaik yang dapat kita lakukan untuk mengenal Tuhan yaitu dengan mendalami Alkitab. Artinya bahwa relasi dengan Tuhan itu tidak terjadi secara sukarela. Namun, lewat Kitab Suci kita akan membangun relasi dengan Tuhan.
Untuk itu, selanjutnya Suster mengajak peserta didik belajar dari dua nabi kecil, yaitu Nahum dan Habakuk. Mereka disebut nabi kecil karena masing-masing memiliki 3 Bab saja dalam Kitab Suci. Meskipun kecil, kedua nabi tersebut dikatakan memiliki peran yang sangat besar.
Nabi Nahum dikenal sebagai Nabi yang selalu memberikan penghiburan kepada orang-orang Israel dalam masa penindasan oleh Bangsa Ashur kala itu. MenurutNya, “Allah bisa mengubah peristiwa buruk menjadi kesempatan untuk menikmati Rahmat-Nya.”
Begitupun dengan Habakuk, ia hadir dalam suasana perang dan senantiasa memberikan penghiburan. Salah satu naasnya berbunyi, ”Menanti dengan setia menjadi orang benar dan tidak jatuh pada berhala, Tuhan gak bisa dikasih deadline.” Menurutnya, Tuhan itu tidak bisa diatur-atur apalagi dibatasi dengan angka-angka.
Lantas, bagaimana memahami Allah yang berkeadilan itu? Menjawab pertanyaan ini, Suster mengatakan bahwa penggambaran kita tentang Tuhan akan sangat berkaitan dengan bagaimana perilaku orang-orang terdekat dengan kita juga keluarga kita.
Ketika kita berada di dalam keluarga yang suka menuntut dan menghukum, mungkin secara tidak langsung kita akan menggambarkan bahwa Tuhan itu juga suka menghukum.
Agar benar-benar memahami bagaimana sebenarnya Tuhan, peserta didik pun diajak untuk membuat visualisasi tentang Tuhan melalui gambar, lukisan, puisi, atau narasi singkat. Gabriel, salah satu peserta didik dari kelas 7 kemudian tampil ke depan dan memperlihatkan hasil penggambarannya dalam bentuk lukisan obor.
Menurut Gabe, obor menjadi perlambang bahwa Tuhan itu menjadi penerang bagi umat-Nya di saat mengalami kegelapan hidup.
Untuk semakin mendekatkan peserta didik dengan Tuhan, selanjutnya Suster menutup permenungan dengan sebuah meditasi yang dikenal dengan sebutan meditasi kursi kosong.
Baca juga : Desa Belajar : Lompatan Jauh Untuk Mendidik Mulai dari Desa
Peserta didik dalam posisi duduk tegak dengan kedua tangan di lutut, perlahan memejamkan mata dan berdoa, membiarkan diri dan teman-teman untuk menghayati dan membangun relasi dengan Tuhan dengan iringan musik meditasi kursi kosong.
Peserta didik diajak membayangkan bahwa di hadapan mereka ada sebuah kursi kosong, lalu melihat dan merasakan secara perlahan Tuhan hadir kemudian duduk di kursi itu sama persis seperti ketika mereka saling berdiskusi dengan teman.
Kemudian kepada Tuhan yang saat itu terbayang hadir di kursi, peserta didik diminta untuk menceritakan segala hal yang ia rasakan dan juga alami dan melihat bahwa Tuhan dengan begitu setia mendengarkan cerita peserta didik tersebut tanpa menghukum apalagi menghakimi.
Di akhir meditasi, Suster mengajak peserta didik untuk mengucap syukur dan berterima kasih bahwa Tuhan telah berkenan hadir dan mendengarkan segala keluh kesah dengan penuh kesabaran dan tanpa marah sedikitpun.
Peserta didik selayaknya bersyukur telah boleh berjumpa dengan Tuhan meski dalam cara yang cukup sederhana.
Sekitar satu jam berjalan, pertemuan BKSN pertama peserta didik SMP Tarakanita 4 pun berakhir, mereka kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran seperti biasanya.