Judi Online Marak, Banyak Anak SD di Indonesia Mulai Terdeteksi Kecanduan

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Orang tua kini, siap atau tidak siap, harus menghadapi tantangan baru. Jika pada saat yang lalu tantangannya adalah bagaimana mendampingi anak agar mau menggunakan waktunya untuk belajar dan tidak menghabiskan banyak waktunya untuk bermain game.

Kini orang tua harus berhadapan dengan tantangan baru. Banyak pihak, kini sudah mulai mendeteksi anak usia sekolah, SD, SMP, dan SMA, mulai kecanduan judi online. Klinik spesialis anak KiDi, di Pejaten Jakarta Selatan misalnya, tengah menangani 50 anak yang kecanduan judi online.

Pada awalnya klinik ini menangani anak SMA dan SMP yang kecanduan judi online, namun tiga bulan terakhir, klinik ini  mulai menangani anak-anak SD kelas 5 dan kelas 6 yang kecanduan judi online. Kebanyakan anak-anak ini berasal dari keluarga kelas menengah. 

Menurut Dokter Kurniawan Satria Denta, dokter spesialis yang menangani anak-anak ini, orang tua mereka menangkap indikasi anak-anak ini lebih boros, sering uring-uringan, susah tidur, susah makan, menyendiri, performa belajar terganggu, baik di rumah maupun di sekolah. 

Pada awalnya, orang tua mengira ini adalah gejala kecanduan game yang lebih berat, Namun setelah ditelusuri, ternyata anak-anak ini kecanduan bermain judi online. Ternyata uang yang diminta dari orang tua untuk membeli fitur game,  digunakan untuk taruhan judi slot. 

Baca juga : Penduduk Indonesia Berpendidikan S2 Dan S3 Kalah Jauh Dari Malaysia Dan Vietnam?

Menurut pengakuan anak-anak ini, seperti dilansir dari laman BBC News, perkenalan mereka dengan judi slot selain dari teman sebaya, mereka semua juga mengenal judi slot melalui streaming game di youtube karena hampir sepanjang hari mereka terkoneksi dengan internet. 

Dari perkenalan tersebut, mereka memulai kebiasaan baru menghabiskan uang saku mereka dengan menggunakan uang elektronik. Kata mereka, saat ini pasang taruhan atau deposit slot tidak perlu uang besar dan tidak lagi menggunakan rekening bank. 

Kini ada cara yang lebih gampang, gunakan pulsa atau uang elektronik dengan nominal yang mereka jangkau, 10.000 rupiah. Mereka bisa main sewaktu-waktu, pada malam hari, pada hari libur, pada jam istirahat di sekolah, bahkan di tengah pelajaran berlangsung. 

Jika uang mereka habis karena kalah judi, mereka bisa ngamuk, banting-banting barang. Jadi sangat sensitif, lebih gampang salah paham, gampang marah, bawaan mereka stres. Perilaku mereka berubah baik di rumah maupun di sekolah. 

Uang saku yang biasanya diberikan mingguan, mereka bisa minta lebih sering dengan berbagai alasan. Bayar kas kelas lah, dipalak teman lah, atau hilang dari dompet. Kata dokter Denta, mulai ada banyak masalah yang sebelumnya tidak ada. 

“Dengan begitu, dalam jangka panjang kualitas hidup anak-anak ini akan menurun, mulai dari tidak gairah dalam hidup, tidak fokus dalam belajar, bisa terlilit utang dengan teman atau bahkan bisa memalak teman agar bisa punya uang untuk bermain judi,” kata dokter Denta. 

Baca juga : Ini Hasil Riset Tentang Pekerjaan Rumah Bagi Murid Di Sekolah, Perlu Atau Tidak?

Oleh karena itu, dokter Denta berpesan agar, anak-anak didampingi oleh orang tua dengan lebih baik, agar mereka tidak terperosok lebih dalam ke dalam perangkap judi online dan tidak menjadi sasaran empuk promosi judi online.  

Apalagi saat ini ada indikasi kuat, operator judi online bekerja sama dengan streamer game online mempromosikan judi online padahal para streamer game online banyak diidolakan oleh anak anak.

Ini semua menunjukkan bahwa gejala ini perlu disikapi dengan lebih serius oleh berbagai pihak. Pemerintah perlu mengawasi lebih baik peredaran judi online, bahkan memutus IP address aplikasi judi online agar tidak tersambung ke komputer atau handphone, agar judi online tidak semakin marak. 

Yang juga sangat penting adalah penanganan pengembangan literasi digital lebih baik bagi orang tua dan guru agar mereka siap mendampingi anak menggunakan internet secara positif.

Di samping itu, juga sangat diperlukan pengembangan literasi di sekolah-sekolah untuk memandu anak-anak agar lebih siap menggunakan sisi positif dari internet,  untuk pertumbuhan dan perkembangan diri. 

Foto: BBC News

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments