Depoedu.com – Dalam suatu kesempatan, seorang sahabat yang baru saja menyelesaikan pendidikan doktoralnya meminta saya untuk mengucapkan lima sila Pancasila secara berurutan. Saya tidak langsung mengiyakan permintaan teman tersebut.
Saya justru mengajukan pertanyaan padanya: apa pentingnya saya harus mengucapkan lima sila Pancasila di sini dan saat ini? Spontan ia menjawab. Tadinya saya itu hanya ingin menguji kamu bro.
Apakah masih ingat atau sudah lupah atau bahkan pura-pura lupah. Apalagi ini sudah menjadi pengetahuan umum dan wajib dipelajari sejak SD bahkan TK sekali pun.
Tidak sedikit dari antara kita saat ini yang cenderung mengukur kecakapan atau bahkan kebajikan dan kebijaksanaan hidup seseorang itu dari seberapa banyak kata yang mampu untuk dilafalkan.
Bahkan dalam konteks pendidikan, tak sedikit guru yang mengacungkan jempol bahkan memberikan nilai plus untuk siswanya yang begitu cekat dan cepat dalam melafal hingga titik koma sekali pun.
Baca Juga: Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri Dan Gerakan Radikalisme Di Sekolah
Tentu ini menjadi salah satu kredit poin bagi para siswa yang begitu kuat dalam menghafal. =Pemakhluman menjadi hal penting di sini, karena setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam memahami sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan materi bacaan.
Kenyataan tentang menghafal menjadi sesuatu yang luar biasa oleh sebagian kalangan. Teringat pengalaman saya sewaktu duduk di bangku SD kelas 3. Pada saat itu, kepala sekolah memberikan tantangan kepada seluruh siswa SD untuk membaca Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dan Janji Siswa tanpa menggunakan teks.
Terlihat jelas efek yang terjadi pasca diumumkan oleh kepala sekolah. Pada setiap sudut sekolah, nampak para siswa berlomba-lomba untuk melafalkan teks tersebut dengan gayanya masing. Yang paling banyak adalah melafal dengan cara menyanyi.
Hari ini, tepat tanggal 1 Juni, seluruh rakyat Indonesia merayakan Hari Kelahiran Pancasila. Peringatan khusus mengenai Hari Lahir Pancasila, tidak terlepas dari peran dan kedudukan Pancasila yang sangat fundamental, bukan hanya sebagai dasar Negara melainkan juga sebagai falsafah pandangan bangsa, pedoman dalam berkehidupan, serta berbagai julukan lain yang melekat padanya.
Julukan-julukan tersebut tentu sudah selayak dan sepantasnya disematkan pada tubuh Pancasila, mengingat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (baca: lima sila Pancasila) merepresentasikan karakteristik bangsa Indonesia.
Baca Juga: Politik Pendidikan Moral Pancasila Sejak Zaman Orde Baru Hingga Zaman Reformasi
Merayakan Hari Kelahiran Pancasila tentu tak bisa hanya pada tataran normatif, tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana memaknai nilai-nilai Pancasila dalam sikap dan perilaku sosial kita sehari-hari.
Merayakan dan memaknai Pancasila tak cukup hanya pada kemampuan melafalkan lima sila Pancasila, membingkai foto dengan lambang Pancasila dan lain sebagainya, tetapi bagaimana kita menempatkan diri, bertindak dan berlangkah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Saat ini kita tengah ditengarai oleh banyak persoalan bangsa yang kesemuanya itu adalah bentuk penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila. Kasus intoleransi, korupsi, penyelewengan kekuasaan, ketidakadilan, terorisme dan berbagai litani persoalan kebangsaan lainnya.
Ini menjadi bahan permenungan sekaligus refleksi bersama bahwa ujian kehidupan yang sesungguhnya itu ketika ucapan dan perbuatan itu berjalan serasi dan seimbang. Oleh karena itu, memaknai Hari Kelahiran Pancasila yang paling pertama dan utama adalah sikap dan perbuatan yang Pancasilais.
Mari menjadi manusia yang Berketuhanan, berempati, bersatu, demokrasi dan mewujudkan sikap dan perbuat adil pada sesama di sekitar kita.
Penulis adalah Penulis Buku Dialektika Ruang Publik: Pertarungan Gagasan
Foto: inet.detik.com