Roadmap dan x Langkah untuk Berubah
Depoedu.com-Assessment untuk Menyusun Baseline Data Melakukan assessment sebagai mapping strategy untuk memetakan posisi awal (posisi saat ini) gambaran kinerja setiap guru pada satu satuan pendidikan adalah syarat pertama untuk memperoleh data awal. Data yang dihasilkan dari kegiatan assessmen awal ini memberi kita gambaran tentang potret realitas kita saat ini.
Potret tersebut harus obyektif agar dapat menjadi titik tolak yang valid dalam merancang program untuk perubahan, untuk mengukur hasil perubahan, dan untuk mengevaluasi kinerja proses perubahan. Data awal, dalam sistem perencanaan untuk perubahan, kita sebut baseline data.
Kegiatan assessment mendiagosis sistem dan kinerja sistem penyelenggaraan pendidikan dengan fokus pada efektivitas kegiatan pembelajaran oleh guru mata pelajaran di ruang kelas. Faktor-faktor lain di luar kegiatan pembelajaran di ruang kelas berfungsi sebagai penjelas mengapa kinerja pembelajaan bagus atau rendah.
Untuk itu, kegiatan assessment harus bisa memastikan (baca: membuat definisi operasional yang rigid) tentang (a) apa yang dimaksudkan dengan kinerja (performance), baik itu kinerja masing-masing guru mata pelajaran, maupun kinerja sistem pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan;
Baca juga: Guru Penggerak Dan Kinerja Perubahan; Sebuah Roadmap
(b) apa saja yang perlu dimasukkan sebagai parameter kinerja agar kita dapat menyusun tingkat kinerja (key performace index–KPI) guru kelas/mata pelajaran dan sistem pengawasan pelaksanaan kurikulum pada satu satuan pendidikan.
Parameter mengukur kinerja guru mata pelajaran, misalnya, dapat merujuk pada komponen-komponen PETACK sebagai rujukan dasar. Secara teori, komponen-komponen PETACK adalah indikator dan parameter dasar kompetensi tenaga kependidikan (guru) – yang untuk selanjutnya dapat disebut sebagai portofolio mengajar seorang guru.
Merumuskan visi bersama
Perumusan visi perubahan diperlukan untuk memastikan ke arah mana tindakan perubahan hendak digerakkan, dan bayangan wujud perubahan seperti apa yang hendak kita hasilkan dari gerakan untuk berubah itu.
Tanpa visi sebagai kompas penuntun arah, para pendayung perahu hanya menghabiskan energi dengan sibuk-sibuk di tengah laut tanpa tahu tujuan pelayaran. Guru penggerak pun akan kehabisan energi karena semua upaya hanya melahirkan kerja keras (sekali) dan sibuk-sibuk (luar biasa) tetapi tidak kunjung mendekati perubahan yang dikehendaki.
Rumusan visi juga bukan jargon gagah-gagagahan untuk dicetak dan/atau ditulis pada papan sekolah tetapi tidak pernah bisa dijabarkan menjadi program aksi transformasi untuk mencapai visi perubahan agar kualitas penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan menjadi lebih baik.
Rumusan visi perubahan memperoleh inspirasi setidaknya dari tiga sumber primer: pertama, refleksi atas hasil assessment awal;
kedua, dari pengalaman empiris setiap stakeholders pendidikan karena mengalami sendiri sebuah model praksis tata kelola pendidikan yang lebih smart dan/atau mengetahui ada contoh lain yang lebih baik, dan kita tidak/belum bisa seperti itu, padahal seharusnya kita bisa!;
ketiga, dari pengetahuan teoretis kita tentang tata kelola manajemen penjaminan mutu pendidikan pada satu satuan pendidikan.
Visi perubahan harus realistis dan feasible. Untuk itu diperlukan analisis, misalnya dengan SWOT-analysis, yang tuntas dalam perumusan program untuk perubahan.
Baca juga: Guru Penggerak Dan Kinerja Perubahan; Sebuah Roadmap (Bagian Kedua Dari 7 Tulisan)
Visi perubahan juga harus visible: kita masih bisa melihat diri kita ada/hadir di dalam imaginasi perubahan (visi) itu sebagai aktor perubahan yang sama-sama kita gerakkan. Kita tidak bisa merumuskan mimpi perubahan revolusioner dan ideal lalu kita bebankan kepada orang lain untuk melaksanakannya.
Visi perubahan juga hendaknya menawarkan kerangka pikir sistem transformasi yang dapat dijabarkan menjadi program kerja terukur dan bertahap sesuai kompetensi dan kewenangan masing-masing stakeholders.
Agar visi perubahan itu realistis dan feasilble, buatlah rumusan visi perubahan untuk jangka waktu yang pendek, misalnya, dalam 5 tahun ke depan sekolah kita harus bisa jadi seperti apa.
Dalam era disrupsi (penuh perubahan dan ketidak-pastian) ini, rumusan visi harus bisa membuka ruang gerak ‘bermain’ yang fleksibel bagi proses transformasi dan adaptasi kebijakan dan strategi serta rencana tindak tanpa kehilangan arah perubahan.
Sumber foto: trenasia.com