Dua Menteri Pendidikan, Bicara Tentang Bahaya Pembelajaran Daring

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pandemi Covid-19 tidak hanya meluluhlantakkan dunia kesehatan dan ekonomi, namun juga meluluhlantakkan sistem pendidikan di seluruh dunia.

Sistem pendidikan formal melalui sekolah disepakati untuk dihentikan, diganti dengan pembelajaran daring. Namun, pembelajaran daring hingga kini terkendala secara serius. Mengapa terkendala? Karena infrastukrtur digital yang harusnya tersedia, tidak tersedia secara merata.

Ada masalah sinyal, ada masalah kuota internet, bahkan banyak pula peserta didik yang tidak memiliki perangkat teknologi belajar seperti smartphone dan personal computer. Di samping itu, di pihak guru juga ada masalah penguasaan teknologi dan platform aplikasi untuk belajar mengajar.

Baca Juga : Prioritas Pendidikan Tahun 2021, Menurut Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Nadiem Makarim

Oleh karena itu, yang terkena dampaknya adalah 68 juta anak usia sekolah hingga mahasiswa yang kini tengah belajar di sistem pendidikan formal kita.

Ini menjadi keprihatinan bagi Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dan mantan Menteri Pendidikan dua periode sebelumnya, Prof. Dr. Ir. K.H. Muhammad Nuh. Berikut ini pendapat mereka tentang pembelajaran daring tersebut.

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim

Dalam Webinar Sistem Pendidikan di Tengah Pandemi, Nadiem Makarim menyampaikan keprihatinannya perihal tidak idealnya pembelajaran daring.

Ada resiko krisis pembelajaran yang menurut Nadiem cukup menyeramkan, yakni anak akan ketinggalan belajar. Ini dialami bukan hanya oleh satu atau dua anak, namun dialami oleh satu generasi. Maka disebut Lost Generation.

“Tidak pernah ada yang membicarakan resiko satu generasi masyarakat Indonesia yang pembelajarannya ketinggalan.” tegas Nadiem Makarim dalam Webinar yang diselenggarakan oleh DPD Taruna Merah Putih, Jawa Tengah, 30/8/2020, seperti dikutip oleh Detik.com.

Baca Juga : Arah Baru Reformasi Pendidikan Kita; Catatan Pendidikan Pada Hari Pendidikan Nasional

Ia menegaskan bahwa dampak Lost Generation tidak dapat langsung dirasakan, namun baru terasa ketika generasi ini tumbuh dewasa, satu hingga dua dekade yang akan datang.

“Apa dampaknya akan kita ketahui setelah bertahun-tahun yang akan datang. Yang pasti ada resiko sangat besar, dan ini disebut oleh semua badan riset,” tegas Nadiem Makarim.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa prioritas Kemendikbud sekarang ini adalah memikirkan kebijakan bagaimana kembali ke pembelajaran tatap muka di sekolah seaman mungkin.

Prof.Dr.Ir.KH.Muhammad Nuh

Tokoh lain yang melihat bahaya ini adalah Prof. Muhammad Nuh. Ia setuju dengan pendapat bahwa pembelajaran daring adalah pilihan terbaik saat ini. Namun pilihan ini terkendala secara serius sebagaimana disampaikan di atas.

Maka sejak bulan Juni yang lalu, ia berpendapat bahwa tetap diperlukan kombinasi antara online dan offline. Pemerintah perlu memikirkan opsi ini.

“Begitu kita masuk pada pembelajaran daring, tentu ketersediaan dan keterjangkauan infrastuktur digital menjadi keharusan. Karena, kalau ini tidak ada, maka kebijakan belajar dari rumah pun tidak punya makna”, tutur Prof. Muhammad Nuh dalam acara forum Kamisan Transmedia Institut, melalui Zoom Meeting, seperti dilansir oleh HaiBunda.com

Menurut Muhammad Nuh, ketika tidak sambung antara pembelajaran dan sumber belajar maka nanti akan ada yang namanya Losses in Learning atau kehilangan dalam pembelajaran.

Baca Juga : Apa Isi Surat Keputusan Bersama 4 Menteri, Terkait Pembelajaran Pada Tahun Ajaran Baru 2020/2021

Kalau ini terjadi, akan terjadi yang namanya Dropout out rate (pseude), inequality dan learning poverty atau kemiskinan dalam belajar semakin besar.

“Yang pertama kali kena pasti kelompok kaum marginal atau orang miskin. Maka nanti akan muncul generasi baru yang tidak memiliki masa depan dan ujungnya akan bermuara pada ketidakadilan,” urainya.

Prof. Muhammad Nuh pun mengingatkan pemerintah untuk fokus pada masalah pembelajaran daring di jenjang pendidikan dasar. Mengapa? Karena pendidikan dasar adalah fondasinya.

Oleh karena itu Prof. Muhammad Nuh pun berharap agar pemerintah membentuk tim khusus untuk dampak losses in learning. Tim ini diharapkan merumuskan masalahnya dan memikirkan upaya untuk mencegah gap antar generasi tersebut.

Foto : pikiran-rakyat.com

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments