Depoedu.com – Hingga pertengahan minggu yang lalu (19/3/2020) terkait proses home learning, KPAI menerima 51 pengaduan dari berbagai daerah. Di antaranya dari DKI Jakarta, Bekasi, Cirebon, Kuningan, Purwokerto, Tegal, Kediri, Kota Surabaya, Pontianak, Pangkal Pinang, Tangerang, dan Tangerang Selatan.
Mereka antara lain mengeluhkan beratnya tugas dari guru, sementara waktu yang tersedia untuk mengerjakannya tidak banyak. Di samping itu, ada tugas dari guru mata pelajaran lain, yang juga harus diselesaikan.
Ini pengaduan dari Jakarta. Seorang murid mengeluh lantaran gurunya menugaskan untuk membuat film pendek. Film tersebut harus di-upload, dan minimal mendapat respon sejumlah 200 like. Waktu pembuatannya hanya 2 hari. Menurutnya, waktu 2 hari terlalu singkat, karena masih ada tugas dari guru bidang studi lain.
Menurut orang tua, keadaan ini menyebabkan para murid tertekan. Bahkan di antara pengaduan itu, ada murid yang mengeluhkan tensinya naik menjadi 180/100, karena menghadap ke telpon genggam berjam-jam untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Ada murid lain mengadu karena ia terpaksa belajar berkelompok bersama teman-temannya lantaran kuota internet yang dimiliki temannya tidak memadai untuk belajar daring dari rumah. Menurutnya, ini bertentangan dengan maksud Home Learning, yakni agar para murid tidak kontak dengan banyak orang.
Orang tua lainnya menyampaikan, sejak pk 06.00 pagi anaknya sudah berada di depan laptop, karena ada guru yang memberi tugas pada waktu tersebut. Setelah itu, tugas dari guru lain pun berdatangan dengan deadline yang berdekatan.
Akibatnya, anaknya bahkan tidak sempat sarapan dan baru makan siang pk 13.00 wib. Ibu tersebut menguatirkan imunitas tubuh anaknya menurun lantaran terlambat makan, dan jadi mudah terserang virus.
Beberapa orang tua lain mengeluhkan tidak proporsionalnya jumlah tugas yang diberikan, dibandingkan usia anak. Murid kelas III SD setiap hari mengerjakan soal hingga 40-50 soal.
Atau murid kelas VII mengerjakan soal dari pk. 07.00 hingga pk. 17.00. Jumlah soal yang dikerjakan mencapai 255 soal. Ini tidak memperhitungkan kapasitas belajar anak, dan bertentangan dengan psikologi belajar anak.
Rekomendasi KPAI
Bertolak dari pengaduan pengaduan tersebut, KPAI mengeluarkan empat butir rekomendasi, seperti dilansir pada laman JPNN.com, untuk menjadi perhatian Kementrian Pendidikan dan jajarannya, termasuk sekolah-sekolah.
1. KPAI mendorong para pemangku kepentingan di pendidikan membangun rambu-rambu untuk para guru sehingga proses home learning ini bisa berjalan dengan menyenangkan dan bermakna buat semua.
Bukan jadi beban yang justru tidak berpihak pada anak, bahkan bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya. Hal ini harus diwaspadai karena bisa menurunkan imun anak-anak.
Selama para siswa di rumah, jangan terlalu bebani dengan tumpukan tugas yang sangat banyak. Hal demikian hanya membuat mereka cemas dan terbebani, yang berpengaruh pada melemahnya sistem imun (kekebalan tubuh), mudahnya serangan virus.
2. Sebaiknya jadikan pembelajaran daring sebagai sarana untuk saling memotivasi, menumbuhkan rasa ingin tahu anak, mempererat hubungan dan saling membahagiakan. Ketika kondisi bahagia, mak asistem imun akan menguat.
Dalam kondisi seperti ini, kompetensi akademik bukan merupakan prioritas tapi yang jadi prioritas adalah kompetensi survive (bertahan hidup) dan saling mengingatkan untuk hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
3. Home Learning dan online learning yang diharapkan itu adalah, para guru dan siswa berinteraksi secara virtual. Adanya interaksi seperti hari-hari biasa normal. Bedanya, interaksinya sekarang ini secara virtual. Itu saja. Bukan sekedar memberi tugas-tugas online.
Bukan itu yang diharapkan siswa dan orang tua. Para guru harus keluar dari kebiasaan bahwa tugas ke siswa sama dengan memberi soal. Banyak kreativitas lain yang justru menimbulkan semangat dan mengasah rasa ingin tahu anak-anak.
Para guru disarankan memberikan tugas tidak melulu dalam bentuk soal. Namun bisa penugasan yang menyenangkan, misalnya membaca novel tertentu atau buku cerita apa saja selama 3 hari, kemudian menuliskan resumenya. Atau penugasan praktik berupa percobaan membuat handsanitizer dengan guru terlebih dahulu memberikan cara dan bahan-bahan yang dibutuhkan, lalu proses dan hasilnya di foto.
Bisa juga anak-anak SD diminta untuk mengurus satu tanaman dan menceritakan nama tanamannya, bentuk dan warna daun, spesiesnya, dan lainnya (bisa dicari di Google), penugasan tersebut dapat mengasah rasa ingin tahu anak-anak untuk mencari jawabannya. Guru harus kreatif dalam memberikan penugasan.
4. Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah tidak perlu menuntut setiap hari para guru wajib melaporkan proses pembelajarannya dan hasil dari bekerja dari rumah, karena para guru jadi “menekan” para siswanya juga untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Atasan para guru dan para birokrat pendidikan harus memberikan kepercayaan kepada para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kepada para siswa dan laporan proses tersebut diserahkan pada saat masuk kembali di hari ke-15 nanti.
Kalau guru tidak ditekan maka sang guru juga tidak akan menekan muridnya juga. Guru dan murid harus tetap dijaga agar terus bahagia dan sehat. (Foto: nasional.republika.co.id)
[…] Baca Juga: Apa Isi Rekomendasi KPAI terkait Aduan Home Learning Yang Diterima Oleh KPAI? […]
[…] Baca Juga: Apa Isi Rekomendasi KPAI terkait Aduan Home Learning Yang Diterima Oleh KPAI? […]
[…] Baca Juga: Apa Isi Rekomendasi KPAI terkait Aduan Home Learning Yang Diterima Oleh KPAI? […]
[…] Download Plan More @ https://www.depoedu.com […]
[…] Baca Juga : Apa Isi Rekomendasi KPAI Terkait Aduan Home Learning Yang Diterima Oleh KPAI? […]