Depoedu.com – Sastrawan Taufik Ismail dalam sebuah kesempatan menyebutkan, siswa Indonesia rabun membaca dan lumpuh menulis. Sastrawan besar Indonesia ini mengomentari rendahnya minat membaca dan menulis di kalangan siswa SMA. Padahal menurutnya, harusnya mereka meminati kedua kebiasaan penting ini. Karena jika tidak, mereka akan mengalami hambatan serius di perguruan tinggi.
Murid SMA Candle Tree agak berbeda. Kegiatan menulis sangat didorong di sekolah ini. Sebagai buah dari proses tersebut, tanggal 20 Agustus 2019, murid kelas XII IPS telah me-launching buku kumpulan cerpen berjudul Amante, dan buku novel berjudul Orbis. Sebelumnya, pada bulan Juli yang lalu, kelas XII IPA telah lebih dahulu, me-launching dua buku dalam Bahasa Inggris karya mereka, berjudul What Lies Beneath dan Disable.
Buku-buku tersebut adalah hasil dari kerja proyek yang adalah bagian dari permanent program sekolah ini. Proyek penulisan seperti ini dimulai jauh sebelum pemerintah mendorong gerakan literasi. Oleh karena itu, hingga kini murid SMA Candle Tree telah menerbitkan 18 judul buku, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris.
Manfaat Proyek Penulisan Novel
Edi Dwani Widianti, Kepala SMA Candle Tree, dalam sambutannya pada kesempatan launching buku belum lama ini (20/8/2019) menegaskan bahwa, kerja proyek penulisan dan launching novel serta kumpulan cerpen ini adalah sarana bagi murid-murid SMA Candle Tree, untuk melatih soft skills mereka. Selain itu, proyek ini juga menjadi sarana bagi murid untuk mengembangkan kreativitas mereka.
Dalam wawancara dengan para penulis, pembentukan soft skills tersebut diakui oleh para penulis, yang di proyek ini bekerja dalam tim. Meliana Surjati, misalnya, mengatakan bahwa ada banyak tantangan yang tidak mudah dihadapi dalam proyek ini. “Tantangan yang paling sulit dalam proyek ini adalah bagaimana menggambarkan fantasi ke dalam kata-kata, dengan penulisan yang benar dan enak dibaca. Apalagi menyatukan fantasi dan pikiran empat orang yang berbeda”, jelas Meliana Surjati.
Hal ini diamini oleh tiga penulis lain, Catharina Septiani, Priscilla Tiana, dan Valentina Puspita. “Oleh karena itu proyek ini benar-benar mengasah kreativitas, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi kami. Kami pun belajar bekerja sama, belajar menghargai pendapat satu sama lain, dan belajar mengendalikan diri”, kata Catharina Septiani.
Tantangan proyek lainnya disampaikan oleh Priscilla Tiana dan Valentina Puspita. “Dari segi kewajiban sebagai murid, kami yang terlibat di proyek ini harus melakukan semua kewajiban terkait tugas sekolah seperti murid yang lain. Oleh karena itu, kami ditantang untuk mengatur waktu kami, baik untuk mengerjakan tugas sekolah maupun untuk menyelesaikan proyek ini”, jelas Priscilla Tiana. “Menghadapi tantangan ini kami jadi belajar mengatur waktu, belajar menentukan prioritas penggunaan waktu, antara mengerjakan proyek dan mengerjakan tugas sekolah. Kami jadi belajar dalam hal disiplin waktu”, kata Valentina Puspita.
Mewakili penulis cerpen, Valeri Gabriella juga menyampaikan beberapa hal. Menurutnya, hal yang paling menonjol diperoleh dari proyek penulisan cerpen ini hampir sama. “Kami menambah keterampilan menulis kami. Di samping itu, jelas menambah wawasan dan mengembangkan kreativitas”, kata Valeri Gabriella. “Di samping itu, latihan menentukan prioritas dalam penggunaan waktu juga kami alami”, lanjutnya.
Bagi SMA Candle Tree, proyek penulisan buku ini bukan semata-mata upaya menanggapi keprihatinan sastrawan besar Taufik Ismail. Sebagai sekolah dengan diferensiasi School Leadership, proyek penulisan buku ini juga menjadi salah satu sarana yang bagus untuk menyiapkan murid menjadi pemimpin.
[…] Baca Juga : Murid Kelas XII SMA Candle Tree Kembali Me-launching Dua Judul Buku […]
[…] Baca Juga : Murid Kelas XII SMA Candle Tree Kembali Me-Launching Dua Judul Buku […]