Depoedu.com – Senin 12 Agustus 2019 jagat Twitter Indonesia diramaikan oleh berita razia skincare di salah satu sekolah menengah atas Indonesia. Razia skincare tersebut dilakukan oleh pengurus OSIS atas dasar aturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah tersebut. Tentu aturan sekolah yang dibuat sekumpulan orang dewasa.
Ada beragam tanggapan karena kejadian razia skincare tersebut. Bahkan ada yang mengatakan bahwa, remaja memang tidak boleh pake make up. Jadi menurut pernyataan tersebut make up sama dengan skincare. Sehingga jika Anda menggunakan lipstick sebagai bahan dasar lulur wajah itu sah-sah saja. Toh, make up sama dengan skincare. Selain itu ada pernyataan bahwa, remaja belum cukup umur untuk menggunakan produk perawatan kulit.
Nah, di Indonesia, logika “belum cukup umur” ini sering jadi problem dalam relasi anak-anak dan remaja dengan orang dewasa. Orang dewasa pada dasarnya merasa sudah khatam soal kehidupan dengan segala lika-likunya. Termasuk jalan-jalan tikusnya. Termasuk tidak bisa membedakan make up dengan skincare. Termasuk tidak mau tau (atau tidak tau apa-apa) terkait perkembangan fisiologis remaja dan kenapa dari konteks ilmu kesehatan remaja disarankan untuk menggunakan produk perawatan kulit.
Kesehatan kulit adalah salah satu aspek kesehatan tubuh yang sangat penting. Kulit merupakan organ tubuh terluar manusia yang tingkat resistensinya paling tinggi. Kulit langsung berhubungan dengan segala masalah lingkungan seperti, polusi, sinar UV (balon pijar dan lampu halogen), terik matahari, perubahan iklim hingga air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari.
Masalah-masalah lingkungan tersebut bisa memicu degradasi kulit hingga menimbulkan penyakit. Akumulasi penyakit yang ditimbun di kulit pada tingkat ekstrim bisa memicu kanker kulit. Kanker sejatinya bukan penyakit tunggal melainkan akumulasi atau timbunan penyakit yang memicu pertumbuhan sel yang tidak normal. Salah satu jenis kanker kulit yang paling sering terjadi adalah Karsinoma Sel Basal. Dan paling sering terjadi di kulit wajah dan leher.
Kanker kulit umumnya memang tumbuh di area kulit tubuh yang paling sering terpapar sinar matahari, debu, polusi dan sinar UV. Di antara kulit leher, tangan, kaki dan wajah, kulit wajah merupakan area kulit yang paling rentan terkena penyakit seperti acne (jerawat), dermatitis seboroik, panu, rosacea, escema, melasema, skin tags, kanker kulit dan beberapa penyakit kulit lainnya.
Jika Anda cukup rajin menelusuri jurnal-jurnal ilmiah dan atau artikel ilmiah bidang kesehatan, maka penelitian-penelitian terbaru menunjukan bahwa penggunaan skincare oleh remaja makin penting dan dianjurkan. Usia remaja adalah rentang usia paling aktif dari fase perkembangan manusia sekaligus usia dimana secara fisiologis manusia sedang bertumbuh dengan pesat.
Pada usia remaja, kulit manusia cenderung memproduksi minyak dengan jumlah banyak. Hal ini dipengaruhi oleh kerja kelenjar minyak (oil gland) yang meningkat seiring fase pubertas pada remaja. Minyak yang diproduksi kulit ini penting untuk menjaga keseimbangan kulit dari pengaruh mikroba tertentu yang dapat menimbulkan penyakit kulit. Namun demikian jika produksi minyak pada kulit remaja berlebihan atau terlalu sedikit maka potensi terkena penyakit kulit sangat besar. Intinya harus seimbang.
Salah satu penyakit kulit paling populer yang menyerang remaja adalah jerawat. Jerawat yang menyerang kulit remaja biasanya disebabkan oleh empat faktor utama. Pertama, produksi minyak yang berlebihan oleh kelenjar minyak. Kedua, sumbatan pada folikel rambut kulit oleh kotoran, sel kulit mati dan minyak kulit (sebum). Ketiga, penyumbatan folikel rambut oleh bakteri propionibacterium acnes yang pada titik ekstrim bisa menyebabkan radang kulit. Keempat, pengaruh aktivitas hormon yang fluktuatif saat memasuki fase pubertas. Selain keempat faktor tersebut terdapat faktor ekstrinsik seperti pengaruh suhu udara, stres, penggunaan produk kosmetika, diet, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Selain kulit yang cenderung berminyak, aspek kualitas kulit tubuh lain yang harus diperhatikan adalah mencegah pengaruh paparan sinar UV berlebihan. Sumber sinar UV bukan hanya datang dari matahari, tapi juga dari sumber cahaya lain seperti balon pijar dan lampu halogen. Kulit memang memiliki elemen yang disebut melanosit yang berfungsi untuk menahan paparan sinar UV. Meskipun begitu, daya tahan melanosit tidak cukup maksimal untuk menahan paparan tersebut. Belum lagi faktor eksternal lain seperti perubahan iklim ekstrim, suhu yang meningkat drastis dan polusi udara akan sangat berpengaruh pada degradasi kulit. Kulit yang terdegradasi ekstrim akan sangat kesulitan menahan beban paparan sinar UV yang berpengaruh langsung menimbulkan banyak jenis penyakit kulit.
Ada tiga jenis sinar UV yang dilepaskan oleh matahari. Namun hanya dua jenis yang mampu menembus atmosfir bumi, yaitu UVA dan UVB. Kedua jenis sinar UV ini juga dilepaskan oleh balon pijar dan lampu halogen. Keduanya memiliki beberapa kesamaan pengaruh pada kulit yaitu, sunburn (kulit terbakar yang menyebabkan dehidrasi kulit), penuaan dini, menyebabkan kerusakan DNA baik langsung maupun tidak langsung, meningkatkan stres, kanker kulit dan kerusakan mata.
Dari sekian permasalahan kulit yang berpotensi dialami remaja terutama di fase pubertas mereka, maka tidak heran jika dari segi medis sangat dianjurkan agar remaja melakukan perawatan kulit yang proper. Tidak harus mahal. Sebagai negara dengan kultur yang beragam, semua suku bangsa di Nusantara punya metode-metode tradisional dan murah dalam merawat kulit. Selain itu dengan majunya teknologi industri skincare remaja juga punya pilihan untuk mendapatkan produk perawatan kulit yang murah di pasaran.
Perawatan kulit sejak dini dimaksudkan untuk mencegah akumulasi penyakit kulit yang mungkin saja bisa terjadi suatu ketika. Kanker kulit adalah penyakit paling ekstrim yang mungkin terjadi. Tetapi penyakit kulit seperti jerawat tidak bisa juga dianggap sepela. Pada tingkat tertentu jerawat bisa memicu kematian selain menyebabkan kerusakan kulit permanen. Oleh karena itu urgensi perawatan kulit bagi remaja bukan lagi soal sudah cukup umur atau belum. Tapi lebih pada kebutuhan yang kontekstual dan sesuai dengan anjuran-anjuran medis.
Sampai di sini, pihak sekolah atau lembaga pendidikan harus lebih aware dengan kebutuhan peserta didik termasuk kebutuhan kesehatan. Aspek kesehatan peserta didik bukan hanya dari segi psikologis tapi juga fisiologis yang mencakup kesehatan kulit. Artinya, razia produk perawatan kulit yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui OSIS tersebut bukan hanya keliru tapi sama sekali tidak punya pijakan yang rasional. Lembaga pendidikan harusnya mulai melepaskan diri dari belenggu-belenggu stereotype yang justru diciptakan publik dengan semena-mena. Anggapan bahwa remaja yang menggunakan skincare itu adalah remaja yang ‘centil’ atau ‘ndak bener’ merupakan penghinaan serius pada nalar manusia.
Dan karena itu menghina nalar, maka lembaga pendidikan akan terlihat tolol jika mengamini kebodohan warisan itu. (Foto: hipwee.com)
[…] Baca Juga : Pesan untuk Lembaga Pendidikan : Skincare Penting untuk Kesehatan Kulit Remaja […]
[…] Baca Juga : Pesan untuk Lembaga Pendidikan : Skincare Penting untuk Kesehatan Kulit Remaja […]