Depoedu.com – Nilai Evaluasi Murni atau NEM untuk peserta didik Sekolah Dasar, akan diterima di akhir masa belajar mereka setiap tahunnya. Pada kesempatan tersebut dapat dijumpai raut wajah ceria maupun sedih pada mereka, sejalan dengan hasil akhir yang mereka raih. Tak jarang ada sekolah yang membuat hati anak sedih dan sampai berlinang air mata, karena skenario tidak lulus dari guru pada anak didiknya, yang ternyata lulus 100%.
Kelulusan para peserta didik tersebut merupakan salah satu tahap dari proses belajar mereka di jenjang pendidikan dasar enam tahun pertama. Mereka akan memasuki pendidikan dasar menengah untuk menjalani tiga tahun berikutnya. Untuk masa belajar di sekolah dasar, ditekankan penguasaan sebesar 30% ilmu pengetahuan dan 70% pendidikan karakter, di jenjang SMP menjadi 40% ilmu pengetahuan dan 60% pendidikan karakter siswa, sedangkan di jenjang SMA menjadi 80% ilmu pengetehuan dan 20% pendidikan karakter. Target yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Kurikulum 2013 tersebut, membuat semua peserta didik harus memiliki otak yang cerdas sekaligus memiliki karakter yang baik sejak di Sekolah Dasar.
Untuk mencapai nilai terbaik pada ilmu pengetahuan, peserta didik berusaha dengan keras belajar. Mereka memulai dengan belajar di sekolah, saat pulang sekolah berlanjut dengan belajar di rumah, ada juga yang mengikuti les privat di rumah atau kursus di suatu lembaga pendidikan nonformal. Untuk seluruh proses belajar yang dijalaninya, setiap peserta didik dapat mengandalkan otak, organ berpikir yang menandai keistimewaaan setiap manusia. Agar dapat berfungsi optimal, adalah penting untuk melatih kinerja otak agar setiap peserta didik menguasai keterampilan belajar (study skills).
Terdapat beberapa aspek keterampilan belajar yang dapat dikembangkan, tiga di antaranya adalah teknik-teknik mengingat (memory techniques), ketrampilan membuat peta pikiran (mind map), serta keterampilan membaca cepat (speed reading).
Memory Techniques
Untuk mengembangkan kemampuan mengingat, teknik-teknik yang dapat dilatihkan antara lain visualisasi dan sistem loci
Teknik visualisasi bertolak dari fakta tentang kecenderungan otak untuk lebih mudah memaknai objek berupa gambar daripada kata-kata. Maka, teknik ini dilakukan dengan mengubah data kata-kata yang harus diingat menjadi gambar. Sebagai contoh, untuk mengingat bagian-bagian sebuah bunga pada pelajaran IPA, peserta akan terbantu bila melihat gambar bunga berikut petunjuk tentang setiap bagian. Dengan demikian teknik visualisasi mengandaikan kemampuan berimajinasi, menggambarkan data secara imajinatif. Dampak pada kemampuan mengingat akan diperkuat bila gambar dilengkapi dengan warna, suara, bahkan aroma yang menghidupkan suasana, dilengkapi kisah untuk mengaitkan data satu dengan lainnya sesuai urutan.
Teknik sistem loci bertolak dari fakta tentang sifat asosiatif otak. Pada dasarnya pengulangan berdampak menebalkan jaringan koneksi antar sel otak, sehingga memperkuat ingatan. Oleh karena itu, aktivitas berulang yang dilakukan dalam hidup (seperti perjalanan dari tempat tidur menuju ke dapur setiap pagi), dapat dimanfaatkan untuk membantu upaya mengingat. Kata loci berasal dari bahasa Latin : locus yang berarti suatu lokasi atau tempat. Jadi, metode loci memanfaatkan kemampuan otak khususnya di bagian hippocampus untuk menguatkan ingatan dengan konteks spasial.
Metode ini dapat dimanfaatkan misalnya untuk mengingat benda-benda yang akan dibelanjakan, sebelum berangkat ke supermarket, dengan menempatkannya secara imajinatif di lokasi-lokasi yang rutin kita lewati, kemudian kita membuat asosiasi antara benda yang hendak diingat dengan lokasi di mana benda itu ditempatkan. Sebagai contoh, bila urutan pertama dalam daftar belanja kita adalah telur, maka kita bayangkan telur itu ada di atas tempat tidur (penempatan pada suatu lokasi secara imajinatif). Selanjutnya, sabun kita bayangkan ada di depan pintu, demikian seterusnya, setiap benda dalam daftar belanja, diletakkan secara berurutan di sejumlah lokasi sepanjang perjalanan yang rutin kita lakukan.
Mind Map
Peta pikiran sebagai keterampilan belajar dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang Psikolog dari Inggris, yang juga merupakan Ketua Yayasan Otak, pendiri Klub Pakar (Brain Trust) dan pencipta konsep Melek Mental. Mind map diaplikasikan di bidang pendidikan, seperti teknik, sekolah, artikel serta menghadapi ujian.
Keterampilan belajar ini didasarkan pada temuan tokoh Neuropsychologist sekaligus Neuro biologist Roger Wolcott Sperry tentang kekhasan peran kedua belahan otak manusia. Peta Pikiran merupakan bentuk visual (dengan simbol, gambar, dan warna) yang terklasifikasi dan sistematis, dari sejumlah materi belajar yang tersaji dalam lembar-lembar buku pelajaran. Proses pembuatan peta pikiran melibatkan fungsi kedua belahan otak sebagai peristiwa belajar. Selanjutnya, peta pikiran yang dihasilkan dapat menjadi alat belajar yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan berkaitan dengan materi belajar tersebut.
Contoh gambar mind maping :
Speed Reading
Membaca cepat adalah suatu keterampilan belajar dalam memahami gagasan utama dari bacaan secara tepat dan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam suatu tulisannya Nurhadi (2004 : 26) menyatakan “membaca cepat dapat dilakukan dengan cara (1) persiapan pencatat waktu (arloji), perhatikan pada saat anda mulai membaca, (2) hitung berapa lama (menit) anda menyelesaikan teks tersebut; kemudian, (3) dengan jumlah lama waktu itu (….menit, ….detik) lihatlah ke dalam tabel kecepatan membaca.”
Kecepatan membaca akan dipengaruhi oleh jenis bacaan serta tujuan membaca yang dimiliki seseorang. Akan tetapi pada dasarnya, keterampilan membaca cepat menghasilkan sejumlah manfaat seperti : (1) menghemat waktu, (2) menciptakan efisiensi, (3) semakin banyak waktu yang tersedia untuk mengerjakan hal penting lainnya, (4)memiliki nilai yang menyenangkan/menghibur, (5) memperluas cakrawala mental, (6) membantu dalam menghadapi ujian, (8) meningkatkan pemahaman, (9) menjamin selalu untuk mutakhir, dan (10) dapat dikatakan sebagai kemampuan mental.
Mengingat pentingnya proses belajar bagi setiap peserta didik sejak di jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, maka penting pula bagi setiap peserta didik untuk mengasah keterampilan belajar mereka. Sebagaimana keterampilan pada umumnya, kemahiran dalam ketrampilan belajar akan sangat ditentukan oleh frekuensi latihan yang dilakukan. (edited by Josybahi-Foto:haibunda.com)