Depoedu.com – Menulis tegak bersambung atau menulis halus adalah kegiatan menghasilkan huruf yang saling bersambung yang dilakukan tanpa mengangkat alat tulis. Tidak mudah mengajarkan menulis tegak bersambung pada anak Sekolah Dasar khususnya untuk kelas rendah yakni kelas I, II dan III .Bagi anak yang terbiasa dengan perkembangan teknologi mungkin menganggap remeh menulis tegak bersambung karena lebih mudah menulis menggunakan komputer atau gadget lainnya. Menulis tegak bersambung secara benar tidaklah mudah tetapi jika dilatih terus menerus maka akan terampil dengan sendirinya.
Pelajaran menulis halus memang seringkali dirasa merepotkan, baik oleh anak yang melaksanakan maupun orangtua jika harus mengajarkannya. Bahkan banyak pula yang menyatakan ketidaksetujuan ketika pelajaran ini masih ada sampai sekarang. Mereka menganggap pelajaran menulis halus hanya buang-buang waktu. Apalagi, sekarang ada komputer yang bisa menghasilkan tulisan rapi.
Tetapi ternyata menulis halus punya banyak manfaat. Tidak hanya sekadar mempercantik dan merapikan tulisan, tapi juga melatih anak melakukan berbagai hal berikut:
• Menulis Cepat
Proses menulis halus untuk menghasilkan huruf yang saling bersambung dilakukan tanpa perlu mengangkat pensil. Ini berbeda dengan menulis balok yang mengharuskan anak acap kali mengangkat pensilnya. Sehingga menulis pun jadi lebih lambat, sementara anak juga lebih mudah lelah. Kelak, jika terbiasa menulis halus, anak tetap bisa menulis cepat tanpa menghilangkan kerapian dan keindahan tulisannya. Tentu saja kerapian dan keindahan tulisan mustahil dicapai dalam waktu singkat. Jadi, butuh pelatihan kontinyu untuk mendapatkan hasil yang baik.
• Melatih Motorik Halus
Sebenarnya, latihan ini tak hanya didapat lewat menulis halus, tapi juga menulis balok. Namun biasanya dengan latihan menulis halus, anak cenderung memperhatikan patokan baku, yakni mengikuti patokan garis 5 atau 3. Contohnya, bulatan huruf “a” tidak boleh melebihi garis, begitu juga kaki dan tiangnya tidak boleh lebih panjang dari garis yang membatasinya. Demikian halnya dengan aturan menyambungnya yang mesti mengikuti kaidah tebal-tipis.
• Merangsang Kerja Otak
Dengan menulis halus, mau tidak mau anak mesti “memutar” otaknya untuk bekerja. Bagaimana dia harus membentuk huruf, menyambungnya, mengikuti garis yang ada, dan sebagainya. Dengan kata lain, otak tidak dibiarkan menganggur, tapi digunakan untuk kegiatan bermanfaat. Hal ini berarti menulis halus merupakan salah satu aktivitas yang bisa meningkatkan kecerdasan anak secara umum.
Permasalahan yang muncul dari kegiatan menulis tegak bersambung dapat diatasi dengan pembelajaran yang efektif. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan keterampilan menulis huruf tegak bersambung siswa, dapat dimulai dengan memberikan dasar-dasar menulis meliputi aturan penulisan dalam huruf tegak bersambung. Guru juga dapat menggunakan media pembelajaran yang mendukung dalam peningkatan keterampilan menulis huruf tegak bersambung yang dimiliki siswa.
Hal yang utama yaitu guru terlebih dahulu meningkatkan keterampilannya dalam menulis huruf tegak bersambung. Selain itu guru juga perlu meningkatkan kemampuaannya dalam melatih siswa menulis huruf tegak bersambung sesuai dengan langkah-langkah yang tepat dan tidak lupa untuk selalu mengajak siswa menulis dengan huruf tegak bersambung disetiap kesempatan tidak hanya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebelum menulis halus, sebaiknya anak diajarkan menulis huruf balok terlebih dulu. Bagaimanapun, memperkenalkan sesuatu pada anak harus dimulai dengan yang lebih mudah. Huruf balok relatif lebih mudah dikuasai anak karena dalam menuliskannya tidak perlu disambung dengan huruf yang mengawali ataupun mengikutinya.
Setelah mengerti penulisan huruf balok, barulah anak dikenalkan pada aktivitas menulis halus yang lebih kompleks dan lebih tinggi tingkat kesulitannya. Ketika pertama kali mengajari anak menulis halus, biasanya akan muncul banyak keluhan. Hal ini karena kemampuan motorik halus anak memang belum matang. Ia masih mengalami kesulitan untuk mematuhi batas-batas garis. Nah, agar anak tetap menunjukkan usaha memperbaikinya, guru maupun orang tua jangan sekali-kali menunjukkan sikap melecehkan, tapi beri dukungan dengan menyemangati dan membantu mengarahkannya.
Baik orang tua maupun guru, hendaknya memahami perbedaan kemampuan tiap anak yang memang sifatnya amat individual. Ada yang cepat daya tangkapnya, ada juga yang lambat. Ada yang tulisannya bagus dan enak dibaca, namun tak sedikit yang membentuk kriwil-kriwil yang sama sekali sulit dibaca. Dengan kata lain, jangan pernah membanding-bandingkan kemampuan anak yang tulisannya bagus dengan anak yang tulisannya jelek. Semua membutuhkan proses yagn panjang dan berbeda. ( Foto: Pictaram.org )
artikel bagus, sangat bermanfaat. terimakasih. saya juga ada artikel lain : http://news.unair.ac.id/2018/10/31/scolfest-2018-ajak-anak-asah-kreativitas-dengan-lomba-gambar-dan-warnai/