Surat dari Adonara – Maret 2019

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Mengapa Gemohing?

Anakku.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa konstruksi social selalu dibentuk oleh karena adanya interaksi social dalam masyarakat.  Hal-hal kecil yang lahir dari perjumpaan seseorang dengan yang lain pun bisa ikut andil dalam menyusun bangunan social.  Apalagi jika hal-hal ini dilakukan berulang kali. Mungkin sepele. Tidak berarti. Namun yang sepele dan tidak berarti ini bisa menjadi kebiasaan.

Anakku.

Bahwa karakter seseorang adalah hasil jangka panjang dari tindakan seseorang. Tindakan itu diproduksi oleh pola pikir. Hasil pemikiran yang melahirkan tindakan berasal dari nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai ini bisa berupa nilai-nilai pribadi maupun nilai-nilai yang berlaku umum dalam masyarakat tempat ia tumbuh besar. Artinya bahwa tindakan seseorang banyak ditentukan oleh system nilai dalam masyarakat, dimana orang itu tumbuh besar.

Anakku, kebanggaan ayah.

System nilai menghasilkan pola pikir. Pola pikir melahirkan tindakan. Tindakan yang dilakukan berulang-ulang menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang berangsung lama membuahkan karakter. Karakter inilah yang menunjukan identitas pribadi seseorang. Dengan demikian karakter adalah cara seseorang memperkenalkan diri nya kepada dunia.

Anakku.

Apakah yang membentuk karakter masyarakat? Bagaimana karakter itu sedemikian rupa membentuk identitas masyarakat?

Bahwa bangunan social dibentuk oleh interaksi social yang ada di dalam masyarakat.  Setiap interaksi social apabila dilakukan berulang-ulang bisa diterima sebagai kebiasaan masyarakat tersebut. Apakah kebiasaan ini bisa dibilang sebagai karakter masyarakat? Apakah kebiasaan itu boleh dibilang menunjukan identitas masyarakat tersebut? Apakah kebiasaan baru bisa merubah atau bahkan “merusak” bangunan social sebuah masyarakat?

Anakku.

Tidak asing dijumpai hari ini. Ada banyak kebiasaan baru yang tumbuh dalam masyarakat kita. Pom rumput. Tenda jadi. Apakah kebiasaan ini ikut membentuk bangunan social?

Di zaman ayah kecil, semua kebun diolah hanya dengan cangkul dan tofa. Tidak semua orang mempunyai kebun yang besar. Ada yang hanya sepetak kecil. Ada yang punya kebun besar tapi tidak kuat mengolahnya sendiri.

Hari ini, anakku, sudah tidak lagi jarang, jika ada sesuatu di kampung, katakanlah ada kematian, sebagian yang datang mengintip terlebidahulu. Apakah dipasang  tenda jadi? Apakah kursi-kursinya sudah di‘drop’?

Anakku.

Kakek nenekmu, tidak punya kebun yang besar. Tapi petak kecil itupun tidak kuat diolah sendri. Harus dibantu oleh orang lain. Banyak kali ayah ikut nenek dari rumah-kerumah mengajak orang lain untuk saling membantu. Dari mulai mengolah kebun hingga panen. Kata kakek “pohe-gemohe  itu perbuatan turun temurun”. Ia diwarisi.

Pun demikian. Dulu ayah remaja. Jangankan peristiwa kematian, saat ada pestapun semua ke pinggir kampung. Belu perin, walen ka’u, he’pi (mengambil bambu, mengambil daun kelapa kemudian bentuk menjadi  lembaran-lembaran untuk atap), kemudian dibawa rame-rame untuk membangun tenda. Setelah tenda berdiri kemudian jalan lagi dari rumah ke rumah. Hasilnya? Banyak kursi, banyak meja dikumpulkan dari seantero kampung.

Anakku, kesayangan ayah.

Saat bersama nenek dari rumah – ke rumah yang ayah lihat dari setiap perjumpaan itu adalah intensitas berbicara dari hati-ke hati. Saling membagikan kepedulian satu dengan yang lain. Pun halnya ketika ayah remaja. Beramai-ramai ketika ada hajatan, pada peristiwa kematian atau lainnya, yang terjadi adalah membangun kebersamaan. Saling membantu sebagai sesama satu kampung. Menegaskan semangat kekeluargaan.

Anakku.

Apa yang bisa diubah oleh pom rumput maupun tenda jadi?

Selain merubah kimiawi tanah, pom rumput menggeser sedemikian bantuan dari orang lain. Kebun sebesar apapun dengan pom rumput gulma yang menggangu tanaman bisa diatasi segera. Tidak peduli hara tanah ikut dilenyapkan bersama gulma. Lebih dari itu. Pom rumput juga turut menggeser sedemikan jauh intensitas untuk saling tolong menolong. Kalau gulma yang menggangu dikebun sudah dibasmi pom rumput kenapa minta bantuan tenaga orang lain? Kalau tidak minta tolong untuk apa mengunjungi rumah-demi rumah? Jika tidak mengunjungi rumah-demi rumah bagaimana bisa secara intens bertemu dan saling bertukar kepedulian satu dengan yang lain?

Bukankah demikian juga dengan tenda jadi? Jika sudah ada tenda jadi buat apa segera mendatangi yang lagi punya keperluan. Bahkan ketika ada kematian. Keluarga berduka tidak lagi segera didatangi. Membangun tenda bersama, beramai-ramai mengangkat kursi dari rumah demi rumah bukan hanya sekedar tolong menolong. Itu lahir dari perasaan saling memiliki sebagai satu keluarga besar. Ia adalah bentuk kepedulian kepada yang lain.

Anakku.

Tenda jadi, pom rumput, bisa jadi merubah tatanan social, meruntuhkan bangunan social yang ada dimasyarakat kita hari ini. Semangat kekeluargaan, kepedulian satu dengan yang lain bisa pupus.

Namun pom rumput maupun tenda jadi tidak serta merta menjadi biang keladi. Mereka adalah produk moderenitas. Bahwa ada dampak negative dari nya juga harus diakui. Yang paling penting adalah kehadiran benda modern dalam bentuk apapun jangan sampai membuat seseorang menjadi individualis.. Bahwa benda modern apapun jenisnya semoga tidak membuat seseorang menjadi terasing dari orang lain. Sikap individualis dapat dipastikan meniadakan sikap saling peduli terhadap sesama. Saat demikian, ini berarti juga runtuhnya bangunan social.

Anakku, kesayangan ayah.

Naïf jika kita menolak hasil dari peradaban dalam bentuk benda-benda modern saat itu. Sama naifnya dengan menolak bahwa benda-benda modern ini membawa solusi-solusi seba instan terhadap berbagai kebutuhan manusia. Namun solusi-solusi instan ini bisa jadi membuat seseorang menjadi semakin individualis. Maka yang paling penting adalah bagaimana caranya menggunakan semua benda modern ini untuk membangun kepedulian untuk melihat berbagai persoalan dan sekaligus mengatasinya secara bersama.

Apakah hal ini mungkin, anakku?

Ada banyak hal baik dapat terjadi secara instan yang muncul dari kepedulian seseorang. Kitabisa.com, change.org adalah bentuk dari kepedulian pribadi-pribadi yang melalui platform ini bisa secara instan menggagas dan mewujudkan banyak hal baik. Platform ini menghubungkan orang-orang lainya di berbagai kawasan untuk sama-sama mewujudkan kepedulian mereka.

Lalu bagaimana dengan gemohing, anakku?

Gemohing adalah identitas. Ia dibentuk dari generasi demi generasi. Gemohing adalah ujud dari tatanan nilai yang juga bertahan dari generasi demi generasi. Nilai-nilai yang mengilhami kehadiran gemohing adalah kekeluargaan, kepedulian, kesetaraan dan kerjasama.

Gemohing adalah ideology. Ia menjiwai dan menegaskan, sekaligus memperkuat nilai-nilai yang membangunnya. Lewat gemohing nilai kekeluargaan, kepedulian, kesetaraan dan kerjsama dapat diwujudnyatakan.

Anakku.

Maka apabila konstruksi sosial yang ada dimasyarakat dibangun oleh interaksi antara pribadi-pribadi maka melalui gemohing interaksi ini menjadi sarat akan nilai. Melalui gemohing nilai-nilai ini dapat disalurkan kepada setiap penganutnya. Yang pada gilirannya mereka yang menganut nilai-nilai ini semakin memperkohoh semangat gemohin dalam keseharian hidupnya. Interaksi sosoal diantara mereka yang berlandaskan gemohing akan menghasilkan bangunan social yang baik. Bangunan social yang dibangun sekaligus diisi dengan nilai-nilai kekeluargaan, saling peduli, kerjasama dan kesetaraan.(Oleh: Senuken / Foto: ekspektasia.com)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments