Depoedu.com – Ketika masih menjadi presiden, Obama, melarang para pekerja rumah tangganya untuk mencuci piring kotor bekas makan keluarga mereka, melainkan dicuci sendiri oleh kedua anaknya. Obama bahkan menemani kedua putrinya Sasa dan Malia melakukan rutinitas ini setiap kali usai mereka makan bersama di rumah. Tidak cuma itu, Obama pun melarang staf rumah tangganya untuk membersihkan dan merapikan kamar tidur anaknya. Obama mewajibkan Sasa dan Malia untuk melakukan pekerjaan ini setiap pagi.
Hal yang sama dilakukan pula oleh Gordon Ramsay, chef paling kaya di dunia, terhadap keempat anaknya. Seperti Obama terhadap anak–anaknya, Gordon mewajibkan anak–anaknya melakukan banyak pekerjaan rumah tangga sendiri. Selain merapikan dan membersihkan kamar sendiri, Ia mewajibkan keempat anaknya untuk mengurus rumah, membersihkan taman, mengurus hewan peliaraan. Dari keberhasilan melakukan kewajiban ini, Gordon memberikan uang saku yang besarnya disesuaikan dengan tingkat keberhasilan mereka. Uang saku ini digunakan untuk membiayai keperluan pribadi anak–anaknya, termasuk ongkos transportasi ke sekolah dan ke tempat lain karena Gordon Ramsay dan Tana Ramsay istrinya tidak memberikan fasilitas mobil dan supir pribadi pada anak–anaknya.
Mengapa Obama dan Gordon Ramsay melakukan ini? Sementara, coba amati pagi–pagi di parkir sekolah, Eduers bisa menyaksikan pemandangan yang sangat berbeda. Anak turun dari mobil, tas sekolah anak dibawakan oleh baby sitter, sopir, atau orangtua bahkan sampai anak masuk ke kelasnya. Banyak orangtua bahkan, mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas sekolah anaknya. Gejala ini tidak hanya diamati di SD kelas rendah tetapi juga masih banyak terjadi di SD kelas tinggi bahkan banyak terjadi di SMP dan di SMA.
Apa dampaknya pada perumbuhan anak–anak? Elly Risman, seorang psikolog dan ahli parenting, menyayangkan gejala seperti ini terjadi. Menurutnya orang tua tidak semestinya memainkan semua peran. Ibu jadi koki, tukang cuci, tukang ngepel. Ayah jadi sopir, tukang kebun, tukang ledeng. Harusnya ada banyak peran yang sudah bisa dilakukan oleh anak sesuai dengan kematangannya. Menurutnya, anak perlu dibiarkan belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Tali sepatu sulit diikat saja, ayahnya cepat–cepat lakukan. Tutup botol minumannya susah dibuka saja, ibunya cepat–cepat mengambil alih.
“Anda buka anggota “tim SAR”. Anak anda tidak dalam keadaan bahaya. Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya,” tegasnya dalam sebuah seminar parenting.
“Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi mana nanti, maka izinkanlah anak – anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri – sendiri”, lanjut psikolog lulusan UI ini.
Ia menandaskan, jika setiap kali anak mengalami kesulitan, orang tua mengambil alih untuk menyelesaikan, kapan anak belajar menyelesaikan masalahnya sendiri?
“Kalau bala bantuan muncul tanpa ada bencana, apa yang terjadi jika bencana benar–benar datang? Beri anak–anak kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri. Kemampuan mengurangi stress, mencari solusi sendiri atas berbagai masalah merupakan skill yang wajib dimiliki setiap anak. Dan skill untuk dapat menjadi terampil, tidak muncul begitu saja. Harus dilatih dengan pembiasaan terus menerus,” tegas Elly Risman.
Menurutnya, sekarang tampaknya sepele, bantu anak sendiri ikat tali sepatu, apa salahnya? Padahal kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah, jika dilatih dengan baik, bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan. Tapi jika orang tua segera bergegas menyelamatkan dari segala kesulitan anak kita akan menjadi ringkih.
Ia mengerti, orang tua memiliki insting untuk melindungi, akan banyak orang tua sulit untuk tidak mengintervensi ketika melihat anak sendiri susah, sakit, sedih. Ia sadar, melatih skill ini adalah ujian tersendiri bagi banyak orangtua. Tapi sadarilah bahwa, hidup tidaklah mudah. Masalah akan selalu ada. Dan anak- anak harus bertahan dari kesulitan dan badai yang memang selalu ada dan tidak bisa dihindari. Mereka harus dilatih sejak dini karena mereka toh harus pergi dari rumah dan menghadapi badai mereka sendiri.
Itulah rahasianya mengapa Obama dan Gordon Ramsay ‘tega’ mempekerjakan anak mereka untuk pekerjaan rumahan. Karena itulah caranya melatih anak-anak menjadi tegar, bertanggung jawab, dan tangguh. Karena sesungguhnya tantangan kehidupan mereka di masa depan sungguh tidak ringan, mereka harus tegar dan tangguh menghadapinya.