Depoedu.com – Komunikasi diadik disebut juga two way communication adalah proses komunikasi yang terjadi secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang saling berhadapan langsung (face to face). Dengan kata lain komunikasi diadik merupakan bentuk khusus komunikasi antarpribadi atau interpersonal.
Komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua individu, misalnya suami-istri, dua sejawat, guru-murid. Perlu diingat, komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang yang saling bergantian menjadi komunikator (penyampai pesan) ataupun komunikan (penerima pesan). Kita sering melakukan komunikasi ini, baik sebagai pendidik, sebagai orang tua, pasangan, teman, dan aneka peran kita dalam keluarga, komunitas, atau masyarakat.
Ciri-ciri komunikasi diadik antara lain sebagai berikut:
- Komunikasi dilakukan antara dua orang
- Komunikasi dilakukan langsung (face to face) atau kadang menggunakan media seperti telepon dan video-telepon.
- Pembicara (komunikator) dapat berubah statusnya menjadi pendengar, begitu juga sebaliknya pendengar (penerima pesan) dapat berubah menjadi pembicara, dan seterusnya berputar berganti-ganti selama proses komunikasi interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si pembawa pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan.
- Efek komunikasi dapat terlihat langsung , baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/menjawab) maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat).
Menariknya selain verbal (kata-kata) juga sangat dominan dengan nonverbal, bahasa tubuh (body language) yang justru lebih jujur maknanya daripada yang diungkapkan secara verbal.
Mari kita lihat beberapa contoh bahasa tubuh di bawah ini :
Gestures (gerak-gerik), misal gerak sering membetulkan posisi duduk tanda dari gelisah; postures (sikap tubuh), misal di Indonesia dikenal : membusungkan dada tanda sombong, menundukkan kepala tanda merendah, berdiri tegak tanda berani, bertopang dagu tanda berduka atau sedih, menadahkan tangan tanda bermohon, dan sebagainya. Selain itu ada facial expressions (ekspresi muka), misalnya : muka kaku disertai mata terbelalak pertanda takut, muka ditekan disertai mata dikerutkan ke depan pertanda muak, muka rileks disertai senyum pertanda sedang bahagia, muka kencang disertai mata melotot tanda seseorang marah. Contoh lain adalah symbolic clothing (pakaian simbolik), misalnya warna pakaian serba hitam tanda duka atau berkabung.
Ada tiga bentuk dalam komunikasi diadik ini, yaitu percakapan, dialog, dan wawancara. Ketiganya memiliki karakteristik masing-masing.
- Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.
- Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal.
- Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.
Sebagai seorang pendidik, guru sering memerlukan dan melakukan komunikasi diadik ini. Ada beberapa hal yang kita tidak bisa sampaikan secara umum (klasikal) di dalam kelas karena menyangkut hal yang sifatnya pribadi. Seorang guru dengan sengaja akan melakukan komunikasi dua arah agar cara lebih mengena sehingga tujuan pun tercapai.
Komunikasi diadik yang merupakan komunikasi antarpribadi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Antara lain untuk menyampaikan informasi, menggali informasi, berbagi pengalaman, mengembangkan simpati, melakukan kerja sama, mengembangkan motivasi, dan mengungkapkan isi hati, atau ide.
Karena komunikasi diadik ini merupakan komunikasi interpersonal, maka keberhasilannya tergantung pada beberapa faktor saat komunikasi itu berlangsung. Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Persepsi interpersonal adalah memberikan makna pada stimulus (rangsangan) inderawi, atau menafsirkan informasi secara inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi. Seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.
Sedangkan konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi.
Hal yang ketiga adalah atraksi interpersonal. Menurut buku yang penulis baca, kata atraksi interpersonal itu terdiri dari atraksi dari bahasa Latin attrahere— ad yang berarti menuju; trahere; menarik, dan interpersonal yang artinya hubungan antarindividu. Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal, yang menuliskan “mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-bagaimana pesan itu akan diterima” (Barlund, 1968:71).
Maksudnya secara sederhana seperti ini : mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa. Dengan begitu kita dapat mengetahui arus komunikasi antardua orang tersebut. Contohnya seorang remaja laki-laki yang lagi melakukan pendekatan (pedekate) dengan salah satu remaja putri akan cenderung lebih sering komunikasi dengan remaja putri ini, entah itu hanya menyapa atau malah menggodanya. Namun, bisa sebaliknya kalau dia lewat depannya malah malu-malu atau seolah-olah menghindar.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi lain, maka komunikasi diadik lebih efektif mengenai sasaran karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference (kerangka acuan) komunikan sepenuhnya. Selain itu, umpan balik yang berlangsung anatara komunikator dan komunikan sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. Efektifitas komunikasi diadik lebih daripada kumunikasi yang lain.
Sebagai pendidik yang melayani peserta didik yang dipercayakan kepada kita, tentunya patutlah kita meningkatkan komunikasi agar tujuan pendidikan tercapai.
(Disarikan dari berbagai sumber oleh Ch. Enung Martina / Foto: pkbjateng.or.id )