Belajar Memahami Lawan Jenis

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Buku ‘Men are from Mars, Women are from Venus’ adalah buku yang ditulis oleh John Gray yang berisi tentang petunjuk klasik untuk memahami hubungan pria dan wanita sebagai sepasang kekasih.

Gambaran tentang sifat kodrati pria dan wanita dalam buku ini hanya merupakan gambaran secara umum. Dalam beberapa kasus khusus, bisa jadi gambaran umum itu tidak berlaku. Misal, saat ada pembalikan peran, di mana pria menyangkal sejumlah karakter maskulinnya agar bisa bersifat keibuan dan bisa lebih mencintai, atau saat wanita menyangkal sebagian karakter femininnya, agar bisa berpartisipasi dalam angkatan kerja yang lebih mementingkan sifat maskulin seperti logika dan bukannya sifat sentimentil. Selain itu, gambaran sifat kodrati secara umum itu juga bisa sedikit banyak berbeda karena adanya pengaruh pola asuh orangtua, tingkat pendidikan, latar belakang budaya, urutan kelahiran, dan sebagainya.

Sifat kodrati pria dan wanita itu akan mempengaruhi pola pikir, pola komunikasi, maupun kebutuhan emosi primer mereka. Perbedaan yang sebenarnya merupakan hal yang wajar, jika tidak dipahami, bisa membuat kita secara tak sadar menghakimi pasangan kita dengan cara menggunakan standard kita untuk mematok tindakan pasangan kita dalam mengekspresikan cintanya. Hal itu membuat kita menuntut pasangan kita untuk menentang kodratnya. Secara tidak sadar, seringkali pria menuntut pasangan wanitanya berpikir dan bertindak seperti pria, dan sebaliknya wanita menuntut pasangan prianya berpikir dan bertindak seperti wanita.

Tuntutan yang melawan kodrat itu seringkali akan gagal untuk dipenuhi. Akibatnya banyak pasangan terus menerus kecewa dan akhirnya timbul perselisihan yang akhirnya menggerus cinta mereka. Padahal, apabila mereka memahami segala perbedaan mereka, dan sanggup menghargai serta menerima segala perbedaan itu, mereka bisa memperbaiki pola komunikasi mereka untuk mencari titik kompromi, sehingga bisa menghindarkan perselisihan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Pria dan wanita punya sifat kodrati yang berbeda

Secara kodrat, pria dan wanita memang punya sifat khas yang berbeda. Untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan itu, John Gray mengibaratkan pria dan wanita berasal dari dua planet yang berbeda, yaitu Mars dan Venus, sehingga menganut nilai dan punya pedoman hidup yang berbeda juga.

Berasal dari Mars, pria menganut nilai dan punya pedoman hidup berikut :

  1. Mereka menghargai keahlian dan kekuasaan.
  2. Arti diri mereka ditentukan prestasi dan kemandirian.
  3. Mereka menaruh perhatian pada benda dan teknologi.
  4. Mereka tidak suka membicarakan kesulitannya, dan hanya melakukan itu untuk mencari penyelesaian.

Berasal dari Venus, wanita menganut nilai dan punya pedoman hidup berikut :

  1. Mereka menghargai perasaan dan komunikasi.
  2. Arti diri mereka ditentukan kualitas hubungan.
  3. Mereka menaruh perhatian pada manusia dan tingkah laku.
  4. Mereka suka membicarakan kesulitannya, dan sering melakukan itu untuk berbagi rasa.

Jika tidak dipahami, perbedaan-perbedaan itu bisa menimbulkan situasi antara lain seperti berikut :

  1. Wanita bisa memberikan bantuan walau tanpa diminta, karena bagi mereka itu adalah sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan. Sebaliknya, bagi pria yang mementingkan kemandirian, maka pemberian bantuan yang tidak diminta itu akan dianggap sebagai usaha untuk menguasai. Wanita menjadi bingung karena niat baiknya ternyata justru membuat pria merasa jengkel.
  2. Saat wanita membicarakan kesulitannya, pria secara naluriah menawarkan pemecahan masalah, karena memang begitulah kebiasaan yang berlaku di Mars. Pria tidak menyadari bahwa wanita membicarakan masalahnya lebih untuk tujuan mengakrabkan diri ataupun melegakan perasaannya, dan bukan semata-mata untuk mencari pemecahan masalah. Pria menjadi bingung karena niat baiknya justru membuat wanita merasa jengkel.

Sebenarnya, bantuan dan pemecahan masalah itu bukannya tidak diperlukan oleh pria maupun wanita. Hanya saja, kita harus bijaksana dalam menentukan waktu dan pendekatan yang digunakan untuk mengajukannya sebagai berikut :

  1. Saat pria mengalami kesulitan, secara naluriah ia merasa perlu diberikan kesempatan untuk belajar mengatasi sendiri kesulitan itu terlebih dulu. Jika ia memang butuh bantuan, ia akan meminta dengan sendirinya. Oleh karena itu, pria akan sangat menghargai bantuan, asalkan bantuan itu memang diminta olehnya.
  2. Saat wanita merasa marah atau kecewa, secara naluriah ia merasa perlu didengarkan dan diberi empati terlebih dulu. Ia akan sangat menghargai pemecahan masalah yang ditawarkan, asalkan itu diberikan setelah perasaannya dipahami dan disetujui terlebih dulu.

Pria punya siklus keakraban, wanita punya siklus emosi

Siklus keakraban pria bisa diibaratkan bagai karet gelang. Siklus ini meliputi mendekat, menarik diri, kemudian mendekat lagi. Dalam menjalin hubungan, pria secara berkala merasa perlu menarik diri sebelum dapat lebih mendekat lagi. Secara naluriah, pria berubah-ubah antara membutuhkan keakraban dan kemandirian. Itu merupakan kodrat alami, yang jika diingkari, akan berakibat pria menjadi bersikap defensif ataupun pasif terhadap pasangannya.

Sayangnya, hal tersebut sering disalahartikan oleh wanita. Mengapa? Karena wanita juga bisa menarik diri, tapi untuk alasan pribadi, yaitu saat ia tidak mau lagi berurusan dengan seseorang. Itulah sebabnya, saat pria tiba-tiba menarik diri dan diam, wanita cenderung menganggap itu sebagai serangan pribadi. Padahal, walaupun pria juga bisa menarik diri untuk alasan pribadi, tapi ia juga bisa menarik diri hanya sekedar untuk siklus alaminya.

Tanpa memahami hal tersebut, wanita akan merasa panik saat pria menarik diri, sehingga ia tanpa sadar menghambat siklus alami pasangannya dan melakukan kesalahan sebagai berikut :

  1. Mengejar-ngejar si pria, baik dengan cara mengikutinya secara fisik, ataupun menghujaninya dengan berbagai perhatian dan pertanyaan.
  2. Menghukum si pria, baik dengan cara mengecamnya untuk membuatnya merasa bersalah, atau bahkan menutup pintu hati baginya.

Kedua kesalahan itu umumnya akan berakhir pada hal yang sama, yaitu berakhirnya suatu hubungan untuk alasan yang sebenarnya patut disayangkan.

Siklus emosi wanita bisa diibaratkan bagai gelombang. Siklus ini meliputi gerakan naik dan turun. Saat gelombangnya naik, wanita merasa bahagia, tapi saat gelombangnya turun, wanita merasa murung. Inilah saat wanita perlu mengadakan pembersihan emosinya dengan cara membicarakan perasaan-perasaannya itu. Ia perlu didengarkan serta dipahami, dan bukannya diajak berdebat mengenai perasaannya.

Sayangnya hal tersebut sering disalahartikan oleh pria. Mengapa? Karena pria sering menganggap dirinya sebagai penyebab segala perasaan wanita. Saat wanita bahagia, pria menganggap itu karena dirinya. Demikian juga saat wanita murung, pria juga merasa menjadi penyebabnya. Itulah sebabnya, saat wanita tiba-tiba menjadi murung, pria cenderung menganggap itu sebagai serangan pribadi. Padahal, walaupun wanita juga bisa merasa murung karena ulah si pria, tapi ia juga bisa merasa murung hanya sekedar untuk siklus alaminya. Perasaan murung itu bisa berlangsung beberapa waktu, karena gelombang wanita harus mencapai dasar terendah dulu sebelum dia bisa naik lagi. Selain itu, perasaan murung itu juga bisa disebabkan permasalahan yang sama dari waktu ke waktu.

Tanpa memahami hal tersebut, pria akan menjadi tidak sabar saat wanita murung, sehingga ia tanpa sadar menghambat siklus alami pasangannya dan melakukan kesalahan dengan cara menghakimi perasaan wanita. Akibatnya, wanita berusaha menekan perasaannya untuk menghindari perselisihan. Itulah sebabnya ada kisah-kisah tentang pasangan yang tak pernah bertengkar, tapi tiba-tiba secara mengejutkan memutuskan untuk bercerai. Dalam banyak kasus seperti itu, si wanita telah menekan perasaannya terlalu lama, sampai akhirnya perasaan negatif yang terakumulasi itu membuat si wanita menjadi mati rasa dan kehilangan rasa cintanya.

Apa yang harus dilakukan saat pria merasa perlu menarik diri justru di saat wanita perlu melakukan pembersihan emosi? Itulah saatnya pria dan wanita berusaha saling memahami dan mencari titik kompromi tanpa harus menyangkal kodratnya.

Yang bisa dilakukan pria :

  1. Menyadari keterbatasannya, dan tetap menarik diri.
  2. Memahami luka hati dan penderitaan wanita karena ditinggalkan pada saat dia membutuhkan cinta dan perhatian.
  3. Meringankan penderitaan wanita dengan cara memberi jaminan bahwa ia akan kembali setelah ia menarik diri, dan bahwa saat ia kembali nanti, ia akan bisa memberi perhatian yang lebih layak bagi si wanita.

Yang bisa dilakukan wanita :

  1. Bersedia memahami kebutuhan pria untuk menarik diri.
  2. Berusaha mencari dukungan emosional dari orang lain.
  3. Tidak menghukum pria saat ia kembali

Pria dan wanita menghadapi stres dengan cara yang berbeda

Saat merasa stres, pria juga akan menarik diri ke gua pikirannya untuk memusatkan perhatian pada pemecahan masalahnya. Ia akan cenderung mengabaikan yang lainnya, termasuk pasangannya. Ia akan tetap terkungkung dalam guanya sampai ia bisa menemukan pemecahan masalahnya. Di dalam guanya ia akan melakukan hal-hal kecil seperti membaca surat kabar, menonton TV, berolahraga, dan sebagainya, supaya ia bisa lebih rileks dan di hari berikutnya ia akan dapat mengarahkan perhatiannya pada masalahnya lagi. Kaum pria umumnya tidak menyadari betapa ekstrem dan cepat mereka beralih dari sikap penuh perasaan yang hangat menjadi sikap menarik diri yang dingin. Itulah sebabnya wanita secara keliru seringkali menganggap pria mengabaikannya karena tiba-tiba tidak mau bicara padanya.

Jika pria cenderung menarik diri dan melokalisir masalah saat menghadapi stres, sebaliknya wanita merasa perlu membicarakan masalahnya untuk melegakan hatinya. Ia cenderung meluaskan masalah dengan cara membicarakan segala masalah lain yang mungkin berkaitan dengan perasaannya saat itu. Wanita umumnya tidak menyadari betapa ekstrem dan cepat mereka beralih dari satu masalah ke masalah lain. Itulah sebabnya pria menjadi bingung saat semua masalah itu dibicarakan secara acak dan detil, dan kemudian kesal karena hal itu menyulitkannya untuk merumuskan pemecahan masalah-masalah itu. Pria tidak menyadari bahwa saat wanita membicarakan masalahnya, tujuan utamanya adalah lebih untuk berbagi rasa dan mencari pengertiannya.

Pria dan wanita punya kebutuhan emosi yang berbeda-beda

Pada umumnya, pria dan wanita secara naluriah memberikan jenis cinta yang dibutuhkan dan diinginkan oleh diri mereka sendiri. Di saat pria memberikan pada pasangannya jenis cinta yang sebenarnya dikehendaki pria, dan wanita memberikan pada pasangannya jenis cinta yang sebenarnya didambakan wanita, inilah yang disebut sebagai ‘cinta yang tak sampai’.

Pada dasarnya, jenis cinta yang dibutuhkan dan diinginkan pria dan wanita tergantung pada kebutuhan emosi primernya, di mana pria dan wanita masing-masing punya enam kebutuhan emosi primer yang saling berbeda. Dengan lebih memahami kebutuhan emosi primer pasangan kita, kita bisa mengekspresikan cinta secara lebih tepat sasaran dan menghindarkan masalah cinta yang tak sampai itu.

Berikut adalah enam kebutuhan emosi primer pria beserta penjabaran artinya, dan jenis kesalahan yang umum dilakukan wanita karena ketidaktahuannya :

  1. Kebutuhan emosi : dipercaya

     Artinya                  : meyakini bahwa pria akan berusaha yang terbaik

     Kesalahan wanita : memaksa memberikan bantuan yang tidak diminta

  1. Kebutuhan emosi : diterima

     Artinya                  : membiarkan pria belajar sendiri dari kesalahannya

     Kesalahan wanita  : mengecam dan mengoreksi kesalahan pria

  1. Kebutuhan emosi : dihargai

     Artinya                  : mengakui usaha pria

     Kesalahan wanita  : mengeluh, bahkan saat pria sudah berusaha

  1. Kebutuhan emosi : dikagumi

     Artinya                  : mengakui sifat khas dan bakat pria

     Kesalahan wanita  : berusaha merubah pria

  1. Kebutuhan emosi : disetujui

     Artinya                  : melihat alasan baik di balik tindakan pria

     Kesalahan wanita  : kecewa pada tindakan pria tanpa lihat alasannya

  1. Kebutuhan emosi : didukung

     Artinya                  : membesarkan hati pria saat menghadapi masalah

     Kesalahan wanita  : risaukan pria dan hujani pria dengan pertanyaan

Berikut adalah enam kebutuhan emosi primer wanita beserta penjabaran artinya, dan jenis kesalahan yang umum dilakukan pria karena ketidaktahuannya :

  1. Kebutuhan emosi : diperhatikan

     Artinya                  : peduli pada perasaan wanita

     Kesalahan pria      : berfokus pada logika dan bukannya empati

  1. Kebutuhan emosi : dimengerti

     Artinya                  : memahami perasaan wanita

     Kesalahan pria      : menghakimi perasaan wanita

  1. Kebutuhan emosi : dihormati

     Artinya                  : mempertimbangkan perasaan wanita

     Kesalahan pria      : melakukan hal dengan mengabaikan perasaan wanita

  1. Kebutuhan emosi : diberi kesetiaan

     Artinya                  : menjadikan wanita terpenting dalam kehidupan si pria

     Kesalahan pria      : mendahulukan pekerjaan dan lain-lain

  1. Kebutuhan emosi : diberi pengesahan

Artinya                  : memahami hak wanita terkait perasaannya

     Kesalahan pria      : melarang wanita untuk merasakan perasaannya

  1. Kebutuhan emosi : diberi jaminan

     Artinya                  : memahami kebutuhan wanita akan rasa aman

     Kesalahan pria      : menganggap cukup mengucapkan cinta satu kali, dianggap berlaku selamanya, tidak perlu mengulangi lagi dari waktu ke waktu.

Pada dasarnya semua manusia, baik pria ataupun wanita, mempunyai ke dua belas kebutuhan emosi itu. Tetapi, ke enam kebutuhan emosi primernya harus dipenuhi dulu, sebelum mereka bisa menghargai kebutuhan emosi di luar itu. Pria dan wanita akan mudah terluka jika tidak memperoleh kebutuhan emosi primer yang mereka butuhkan. Itulah sebabnya, pasangan yang tidak memahami hal tersebut dapat secara tidak sadar menyakiti hati pasangannya karena mengekspresikan cinta tidak sesuai kebutuhan, sehingga kehadiran cinta itu justru tidak bisa dirasakan.

Pria dan wanita menerapkan bobot berbeda dalam pemberian nilai

Dalam memberikan nilai, pria memberi bobot nilai tinggi untuk hal besar, dan memberi bobot nilai rendah untuk hal kecil. Bagi pria, bobot nilai untuk pembelian mobil dan pembelian sekuntum bunga adalah sangat berbeda. Itulah sebabnya, pria cenderung berfokus pada satu dua hal yang dianggapnya besar. Ia cenderung mengejar karir dan melakukan lebih sedikit hal kecil untuk kehidupan pribadi dan kualitas hubungannya.

Sayangnya, rumus yang dianut pria itu tidak berlaku bagi wanita. Wanita memberi bobot nilai yang sama, baik untuk hal besar maupun hal kecil. Bagi wanita, bobot nilai untuk pemberian mobil dan pemberian sekuntum bunga adalah sama, yaitu satu poin. Cara wanita memberikan bobot nilai itu karena didasari kebutuhan kodratinya, yang membutuhkan banyak ungkapan cinta. Hati wanita adalah ibarat tangki bensin pada mobil. Walaupun setiap kali tangki itu sudah diisi penuh, tapi secara berkala tangki itu akan perlu diisi lagi dan lagi. Itulah sebabnya, wanita cenderung menganggap penelantaran hal-hal kecil dalam kehidupan pribadi dan kualitas hubungannya merupakan masalah besar dan serius.

Tanpa memahami perbedaan tersebut, pria dan wanita sering mengalami konflik yang akan menimbulkan rasa frustasi dalam hubungan mereka. Pria merasa ia sudah bekerja keras untuk membahagiakan wanita, tapi wanita tetap saja tidak bahagia. Pria merasa sudah memberi banyak, tapi wanita merasa hanya menerima sedikit. Hal itu dikarenakan dari sudut pandang wanita, ia sudah berkorban banyak untuk menjaga agar kehidupan pribadi dan hubungan mereka tetap berkualitas. Maka, wanita merasa yang dia terima itu tidak sebanding dengan sekian banyak pengorbanan yang harus dia lakukan. Akhirnya, pria menganggap wanita sebagai terlalu menuntut dan tidak mudah dipuaskan. Sebaliknya, wanita menganggap pria sebagai egois dan tidak berperasaan.

Kondisi bisa memburuk karena wanita yang kecewa, cenderung mengabaikan apa yang sudah dilakukan pria baginya. Berdasarkan sistem pemberian nilai wanita, dengan melakukan banyak hal kecil, ia berhasil mengumpulkan banyak poin. Sedangkan pria yang hanya melakukan satu dua hal saja, hanya mengumpulkan satu dua poin. Dari sudut pandang wanita, apabila semua poin mereka dihitung secara matematis, akan diperoleh hasil berikut : jika total poin wanita adalah 10 dan total poin pria adalah 2, maka perhitungan selanjutnya adalah 10 – 2 = 8. Dengan kata lain, nilai akhir wanita adalah 8 dan nilai akhir pria adalah 0.

Masalahnya, suatu hubungan seharusnya didasari rasa saling cinta dan menghargai. Itulah sebabnya, 2 poin pria tidak boleh dibuat menjadi nol begitu saja. Untuk mencapai kompromi, wanita harus bersedia memahami kodrat pria yang cenderung berfokus pada satu dua hal besar saja. Dengan demikian, di saat pria lupa melakukan hal-hal kecil, wanita bisa bersikap lebih sabar dan mendorong pria untuk mengingat hal-hal kecil itu serta menghargai setiap usahanya. Pada akhirnya pria juga akan belajar bahwa dengan mau melakukan hal-hal kecil, sebenarnya ia bisa membuat perbedaan besar. Ia juga akan belajar bahwa kesuksesan kehidupan berkeluarga akan tercermin dalam kehidupan karirnya. Seorang pria akan lebih dipercaya dan dihormati oleh relasi kerjanya, di saat mereka dipercaya dan dihormati oleh keluarganya sendiri. Singkat kata, kesuksesan karir tidak semata-mata dicapai melalui kerja keras, tapi juga butuh dukungan keluarga.

Mencegah pertengkaran dan cara menyampaikan emosi negatif

Ada pasangan yang bertengkar sepanjang waktu, sehingga lama kelamaan, cinta mereka mati. Ada pula pasangan yang menekan perasaan negatif mereka untuk menghindari pertengkaran, sehingga lama kelamaan cinta mereka juga mati. Jenis pasangan yang pertama menjalankan perang terbuka, jenis pasangan kedua menjalankan perang dingin, dan hasilnya sama, yaitu cinta yang mati. Singkat kata, pertengkaran dan penekanan perasaan negatif harus dihindari.

Untuk menghindari pertengkaran, kita bisa menganut pedoman “segera hentikan pertengkaran sewaktu baru mulai”. Kita harus punya kepekaan untuk mengenali tanda awal terjadinya pertengkaran. Itulah saatnya kita berhenti bicara, merenungkan cara pendekatan yang digunakan, memahami kebutuhan emosi primer pasangan, dan mengulangi lagi pembicaraan dengan cara yang lebih penuh cinta dan pengertian pada saat situasi sudah lebih kondusif.

Emosi negatif memang perlu dilepaskan, tapi dengan cara yang tepat. Mengungkapkan emosi negatif secara verbal tidak selalu mudah dilakukan. Tapi ada cara lain yang bisa dicoba, yaitu dengan cara menulis Surat Cinta. Teknik mengungkap perasaan melalui tulisan ini bisa meringankan perasaan sekaligus menjernihkan pikiran kita. Kita cukup menggunakan istilah yang sederhana dan tidak perlu menggunakan bahasa yang bertele-tele. Surat cinta yang kita tulis harus mencakup lima perasaan dengan urutan berikut : amarah, sedih, takut, penyesalan, cinta. Urutan itu perlu diikuti karena kita perlu menyembuhkan perasaan negatif kita terlebih dulu, sebelum kita bisa menemukan perasaan cinta dalam hati kita.

Berikut adalah contoh surat cinta yang ditulis Bonnie Gray kepada John Gray :

John sayang,

Aku menulis surat ini padamu untuk menyampaikan perasaan-perasaanku. Aku tidak bermaksud mendiktemu. Aku hanya ingin kau memahami perasaan-perasaanku.

Aku marah kau menghabiskan begitu banyak waktu untuk bekerja. Aku marah kau pulang ke rumah tanpa menyisakan apa pun bagiku. Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganmu.

Sakit rasanya memikirkan kau lebih menaruh perhatian pada klien-klien mu daripada aku. Aku sedih kau begitu lelah. Aku rindu padamu.

Aku khawatir kau tak ingin melewatkan waktu bersamaku. Aku khawatir menjadi beban lain dalam kehidupanmu. Aku khawatir disangka merengek-rengek. Aku khawatir perasaanku tidak penting bagimu.

Maafkan aku kalau hal ini sulit didengar. Aku tahu kau berusaha keras. Aku menghargai kerja kerasmu.

Aku cinta padamu,

Bonnie

Menghadapi pasang surutnya cinta

Semua hubungan cinta akan menghadapi pasang surutnya sendiri, sesuai dengan musim yang dilaluinya.  Agar cinta tetap hidup, kita harus memahami ke empat musim cinta dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya sebagai berikut

  1. Musim semi cinta terjadi saat kita jatuh cinta. Pasangan kita terlihat sempurna, cinta serasa abadi, dan kita merasa akan bahagia selamanya.
  2. Musim panas cinta terjadi setelah kita lebih mengenal pasangan kita dan melihat ketidaksempurnaannya. Kekecewaan bermunculan, dan kita mulai saling menyalahkan dan bahkan menyerah kalah. Kita tidak menyadari bahwa terkadang cinta menuntut usaha ekstra, sehingga bahkan untuk memberi dan menerima cinta pun butuh kerja keras, karena itu tidak terjadi lagi secara otomatis seperti saat di musim semi.
  3. Musim gugur cinta terjadi setelah cinta kita menjadi matang, karena kita lebih bisa menerima segala ketidaksempurnaan, baik ketidaksempurnaan kita sendiri maupun ketidaksempurnaan pasangan kita.
  4. Musim dingin cinta terjadi saat kita sudah siap untuk menemukan arti cinta sejati, dengan cara melihat ke dalam diri kita sendiri, dan bukan lagi ke pasangan kita. Inilah saat di mana walaupun pasangan kita sudah tidak punya apa-apa lagi yang bisa diberikan pada kita, tapi kita tetap bisa mencintainya.

Menjalin hubungan yang berhasil

Dari semua uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa untuk bisa menjalin hubungan yang berhasil, kita memang harus bersikap realistis dengan mengingat hal-hal sebagai berikut :

  1. Pria dan wanita memang punya sifat dan kebutuhan kodrati yang berbeda.
  2. Penyangkalan sifat dan kebutuhan kodrati akan menciptakan hubungan yang tidak sehat.
  3. Dengan memahami dan menerima segala perbedaan itu, kita bisa membentuk pola komunikasi yang baik untuk lebih memahami kepekaan dan kebutuhan pasangan kita.
  4. Komunikasi adalah suatu bentuk ketrampilan yang bisa dipelajari. Walau butuh usaha ekstra untuk mempelajarinya, tapi tentunya itu sesuatu yang layak dilakukan agar dapat menjalin hubungan cinta yang positif.
  5. Untuk memulai komunikasi yang baik, salah satu pihak harus mau mengalah terlebih dulu. Seringkali di saat satu pihak mau mulai melakukan perubahan positif, pasangannya akan ikut berubah juga.
  6. Kita harus menerima bahwa cinta memang ada pasang surutnya sesuai musimnya, dan setiap musim punya tantangannya masing-masing yang harus dihadapi dengan baik, agar cinta itu tetap hidup.

Demikianlah inti dari buku ‘Men are from Mars and Women are from Venus’ yang ditulis oleh John Gray. Sekali lagi perlu diingat bahwa penggambaran sifat kodrati pria dan wanita di buku ini merupakan penggambaran secara umum, di mana bisa jadi ada situasi khusus yang menyebabkan penggambaran umum itu tidak berlaku mutlak, karena adanya faktor lain seperti pembalikan peran, pola asuh orangtua, latar belakang budaya, tingkat pendidikan, urutan kelahiran, dan lain-lain. Tetapi, dengan segala ketidaksempurnaannya, buku ini tetap bisa menjadi acuan yang berguna untuk memahami lawan jenis kita, dan bisa diaplikasikan bukan hanya untuk pasangan kita, tapi juga untuk anggota keluarga atau bahkan rekan kerja. Saya sendiri sudah merasakan manfaat buku ini, untuk memahami anak lelaki saya yang sudah memasuki usia remaja. Segala tingkah lakunya yang selama ini saya anggap menyulitkan, ternyata bisa saya pahami lebih baik setelah saya mendapat pengetahuan mengenai sifat dan kebutuhan kodrati pria dari buku ini. (Oleh: Stephanie Pangestu / Foto: kitamuda.id)

5 2 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments