Pembelajaran Kontekstual Membangun Kualitas Diri Siswa

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) mendasari pemahaman bahwa, seseorang akan belajar apa dan kapan waktunya, tergantung pada lingkungan yang dianggap penting dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ada pembelajaran yang bersifat universal. Artinya bahwa semua orang bisa mempelajarinya. Hal-hal yang dapat dipelajari secara universal itu misalnaya, berbicara, berjalan, makan atau minum. Jika dibandingkan dengan hal-hal yang universal, maka ada hal-hal yang tidak universal dan dapat dipelajari masing-masing individu (orang) berbeda satu dengan lainnya.. Orang dewasa akan mempelajari sesuatu, karena menganggap bahwa apa yang dipelajari itu, akan berguna dan akan memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang dipelajari tersebut dalam hidup sehari-hari. Jika dibandingkan dengan para siswa, maka mereka memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam konteks kehidupan nyata. Siswa masih belum mampu melihat relevansi dari isi pelajaran di kelas dengan kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, guru harus berupaya membantu para siswa agar memahami relevansi materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan nyata. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mentautkan relevansi materi pembelajaran yang dipelajari siswa dengan mengaplikasikannya dalam realita kehidupan nyata, adalah dengan cara mengembangkan pemikiran siswa bahwa belajar lebih bermakna bila siswa dapat, bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya dalam kehidupan nanti. Point utama dalam memahami pembelajaran kontekstual terletak pada aspek kemampuan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru dalam kehidupan. Aspek-aspek kemampuan yang disebutkan di atas adalah bagian dari kualitas diri siswa yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata.

Pembelajaran kontekstual dijadikan sebagai sebuah pendekatan atau strategi, didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh John Dewey tahun 1918. Beliau merumuskan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa. Siswa akan belajar dengan baik, jika apa yang dipelajarinya memiliki kaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang diketahuinya, dan yang terjadi di sekelilingnya.

Seorang guru dapat mengaplikasikan pendekatan dan strategi pembelajaran kontektual dalam rangka membangun kualitas diri siswa perlu memahami beberapa konsep utama yang berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Konsep utama yang dimaksud adalah; pengertian, tujuan, prinsip dasar, dan pentingnya pembelajaran kontekstual secara khusus membangun kualitas diri siswa. Kita tinjau lebih luas pembahasan tentang konsep utama yang dimaksud:

Pertama, pengertian pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas, 2004:18). Dengan demikian, dipahami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman tentang dunia nyata (the real world learning), berpikir tingkat tinggi, siswa aktif, kreatif, kritis, memecahkan masalah, dan belajar dengan menyenangkan.

Kedua, tujuan dari pembelajaran kontekstual. Secara umum, tujuan dari pembelajaran kontekstual adalah mengkonstruksi pengalaman dan minat siswa melalui interaksi dengan obyek, fenomena, dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Secara khusus tujuan dari pembelajaran kontekstual adalah membangun kualitas diri siswa, melalui pengembangan aspek kemampuan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru dalam kehidupan.

Ketiga, prinsip dasar pembelajaran kontekstual.Prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah: 1) menekankan pada pemecahan masalah, 2) mengenal kegiatan belajar terjadi pada berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat, dan tempat kerja. 3) mengarahkan belajar siswa sehingga menjadi pebelajar yang aktif. 4) menekankan pembelajaran pada konteks kehidupan siswa. 5) mendorong siswa untuk saling membelajarkan satu dengan yang lain. 6) menggunakan penilaian otentik. (Sumiati dan Asra, 2012: 18)

Keempat, pentingnya pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual memiliki arti yang amat penting dalam membangun kualitas diri siswa. Melalui pembelajaran kontekstual, membantu siswa untuk menguasai tiga hal yaitu: 1) Pengetahuan, yaitu apa yang ada dalam pikirannya untuk membentuk konsep, teori dan fakta. 2) Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimilki untuk melakukan sesuatu. 3) Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi kehidupan nyata. Mencermati pentingnya pembelajaran kontekstual dalam membangun kualitas diri sswa khususnya aspek pengetahuan, kompetensi, dan aspek pemahaman kontekstual maka akan berkaitan dengan pengalaman tentang dunia nyata ( the real world learning). Dunia nyata yang akan dihadapi para siswa kelak kemudian setelah memaknai proses pembelajaran kontekstual yang telah mereka lakukan. Dunia nyata yang akan terus berubah dan penuh dengan tantangan. Siswa akan mampu menghadapi perubahan dan tantangan yang dihadapi nanti karena mereka telah dibentuk oleh pengalaman dan keterampilan melalui pembelajaran kontekstual. Kata kuncinya adalah terletak pada aspek kemampuan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru dalam kehidupan.

Secara prinsip, lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas diri sumber daya manusia, dipersiapkan pada lembaga pendidikan melalui proses pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip dasar pembelajaran kontekstual. Diharapkan kemampuan siswa yang telah dipersiapkan oleh lembaga pendidikan yang menerapkan pembelajaran kontekstual dapat memasuki kehidupan yang real dalam masyarakat dengan kemampuan dan kematangan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru dalam kehidupan.

Survei penelitian pendidikan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang mampu menghadapi tantangan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Indikatornya mereka bingung memasuki dunia kerja karena kurang matang bekerja secara mandiri. Jawaban atas indikator yang dimaksud adalah karena mereka kurang memiliki kualitas diri yang memadahi. Mari kita sama-sama merefleksikan hal ini sebagai koreksi diri untuk memperbaiki sesuatu yang mungkin selama ini kita lakukan tanpa kita sadari. Semoga bermanfaat. (Oleh: Paulus P.Lamablawa / Foto: blog.igi.or.id)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments