Pendidikan Korea Selatan sebagai Instrumen Penting untuk Dorong Kemajuan

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Jika dilihat praktek pendidikan di sekolah-sekolah Korea Selatan, Eduers pasti menyimpulkan bahwa pendidikan di Korea Selatan tidak digerakan oleh gagasan pendidikan yang sangat maju. Karena muatan pengajarannya masih sangat dominan konten. Metodologi dan pendekatan transfer pengetahuan, masih banyak diterapkan. Ceramah, repetisi dan drilling adalah tiga diantaranya. Guru masih memiliki posisi yang sangat sentral dalam gerak pendidikan dan pengajaran di sekolah Korea. Bahkan penerapan hukuman fisik masih berlaku. Data yang dilansir oleh Kompas.com bahwa 80% dari total sekolah di Korea Selatan masih memperbolehkan hukuman fisik bagi siswa.

Namun, pendidikan Korea Selatan tergolong bermutu, misalnya berdasarkan hasil tes PISA. Tes PISA adalah salah satu tes untuk mengukur kemampuan membaca, Matematika dan Sains. Hasil tes ini selalu menjadi acuan untuk menilai mutu pendidikan suatu negara. Dalam tes tersebut pendidikan Korea Selatan menduduki peringkat ke 5 dengan skor rata-rata 543.

Hasil tes PISA tersebut juga terkonfimasi oleh kinerja pertumbuhan ekonomi Korea Selatan dengan inovasi teknologi dan industi kreativitas sebagai faktor penyumbang dominan pertumbuhan ekonomi. Maka dalam waktu yang singkat merek-merek Korea Selatan mampu merajai pasar, tak hanya Asia tetapi juga dunia. Dan pengerak pertumbuhan tersebut adalah manusia kreatif hasil gemblengan sekolah. Pertanyaannya : Apa yang luar biasa dari pendidikannya ?

Sistem Pendidikan

Jika dicermati, banyak hal yang berlaku dalam sistem pendidikan Korea Selatan, sama dengan sistem yang berlaku di Indonesia. Maka kita tidak fokus pada hal yang sama tersebut. Kita akan fokus pada beberapa hal yang berbeda.

Di Korea Selatan ada sistem pendidikan prasekolah seperti di Indonesia, tetapi diselenggarakan oleh swasta. Program utamanya adalah Bahasa Korea, Bahasa Inggris dan program persiapan untuk pendidikan dasar. Tidak ada target bisa menulis dan membaca di pendidikan prasekolah.

Untuk jenjang SD sistemnya kurang lebih sama dengan Indonesia, lama belajarnya 6 tahun. Bedanya, mata pelajaran lebih sedikit. Mata pelajaran di kelas kecil lebih sedikit dan di kelas besar lebih banyak. Hal yang menarik adalah pengelompokan siswa dalam satu kelas dilakukan berdasarkan kematangan mental siswa. Indikatornya, siswa yang bulan kelahiran sama dikelompokkan pada satu kelas. Pengandaiannya siswa yang bulan kelahirannya sama, memiliki tingkat kematangan mental yang sama. Pada akhir tahun keenam tidak ada ujian akhir untuk menentukan kelulusan.

Jenjang berikutnya adalah Sekolah Menengah Pertama. Lama belajarnya sama seperti di Indonesia. Bidang studinya lebih banyak jumlahnya daripada program di Sekolah Dasar. Di level ini guru di Korea Selatan, sangat menekankan disiplin dan ketaatan pada aturan karena di level ini siswa secara mental beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Di jenjang SMP, perolehan nilai akademik mulai penting karena rata-rata nilai di SMP, akan digunakan untuk seleksi masuk di jenjang selanjutnya. Jika seorang siswa memiliki nilai yang bagus dapat masuk ke Sekolah Menengah Umum. Jika nilai rata-rata akademiknya jelek, siswa yang bersangkutan dapat memasuki Sekolah Kejuruan. Pada umumnya orang Korea ingin melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum karena menjamin mereka untuk masuk perguruan tinggi. Bagi orang Korea, masuk perguruan tinggi, apalagi perguruan tinggi yang bagus, akan menjamin sukses karir masa depan mereka. Oleh karena itu mengikuti program Hagwon, sejenis bimbingan belajar, menjadi aktivitas tambahan usai jam belajar di sekolah. Di level ini tidak ada ujian akhir untuk menentukan kelulusan seperti ujian nasional di Indonesia.

Jenjang berikutnya adalah Sekolah Menengah Atas. Di level ini ada tiga jalur yaitu Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Ekonomi, dan Sekolah Menengah Khusus. Sekolah Menengah Umum diperuntukkan bagi siswa lulusan SMP yang memiliki rata-rata nilai bagus. Mereka adalah siswa-siswa yang menyiapkan diri melanjutkan studi ke universitas. Sekolah Menengah Ekonomi adalah sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk menghadapi dunia Kerja. Sedangkan Sekolah Menengah Khusus adalah sekolah bagi siswa yang memiliki peminatan khusus dan ingin menjadikan minat tersebut, sebagai peluang bagi karir masa depan mereka. Misalnya Sekolah Drama, Sekolah Seni, Sekolah Sepak Bola, Sekolah Bahasa Asing. Pada tiga jalur ini, tidak ada ujian nasional yang menentukan kelulusan di akhir tahun ke 3.

Pada jalur Sekolah Menengah Umum, mata pelajaran yang diberikan adalah mata pelajaran sebagai persiapan memasuki perguruan tinggi. Kelas X mengikuti kurikulum umum. Sedangkan kelas XI dan XII, mata pelajaran yang dipelajari disesuaikan dengan jurusan. Semua siswa di jalur ini berlomba-lomba memasuki empat perguruan tinggi ternama di Korea Selatan yakni Korea University, Nasional Seoul University, Ehwa Womens University, dan Yonsey University. Keempat perguruan tinggi favorit ini dipandang oleh masyarakat sebagai universitas yang menjamin karir cemerlang pada saat yang akan datang. Di Korea Selatan, faktor kelulusan dari perguruan ternama masih sangat dominan dipertimbangkan pada saat rekrutmen staf di berbagai posisi karir.

Di akhir tahun ketiga memang tidak ada ujian nasional untuk kelulusan, namun ada CSAT (College Scholastic Ability Test) yang diselenggaraakan oleh KICE (Korean Institute of Curriculum and Evaluation). Skor yang diperoleh pada test ini digunakan untuk seleksi masuk di perguruan tinggi. Jika ingin masuk di salah satu dari keempat universitas ternama di atas, perolehan skor Eduers harus tinggi.

Inilah yang memicu minat untuk mengambil program di Hagwon, sehingga siswa Sekolah Menengah Umum belajar hingga pk. 24.20, karena jam belajar di Sekolah menengah Umum dimulai dari pk. 07.00 dan berakhir pk. 22.45 malam. Sekembalinya siswa ke rumah, mereka pun masih harus mengerjakan tugas-tugas sekolah untuk hari berikutnya. Inilah yang membuat anak Sekolah Menengah Umum memiliki jam istirahat yang sangat sedikit. Sehingga di kalangan pelajar Sekolah Menengah Umum beredar ungkapan, kalau tidur kurang dari tiga jam sehari, prospek diterima di perguruan tinggi favorite sangat tinggi. Jika tidur antara empat hingga lima jam, akan diterima di perguruan tinggi kelas sedang dan bawah. Jika tidur lebih dari lima jam, kesempatan mengenyam kuliah di perguruan tinggi hanyalah mimpi.

Jenjang berikutnya adalah jenjang universitas. Universitas di Korea Selatan, jika dilihat dari sistemnya, tidak banyak berbeda. Jalur dan program-programnya hampir sama. Namun yang menarik adalah, universitas sebagai lembaga yang berjarak sangat dekat dengan dunia kerja, raihan prestasi di jenjang ini sangat menentukan lulusan terekrut ke karir dengan posisi bergengsi. Maka, rata-rata mahasiswa Korea bekerja sangat keras untuk meraih nilai terbaik. Maka kompetisi yang sangat nyata kelihatan di level-level sebelumnya, juga tampak di sini.

Akar dari semua proses, kompetisi, sejak dari pendidikan dasar, membentuk habit kerja keras, daya tahan terhadap tekanan, kemampuan adaptasi cepat bagi orang Korea Selatan. Meskipun ada sisi gelapnya seperti tingkat stress dan tingkat bunuh diri remaja yang tinggi, ada banyak sisi positifnya pula. Sebagai bangsa, Korea Selatan dapat bersaing tidak hanya dengan sesame pemain Asia, tetapi juga dunia.

Akar dari Semangat Kompetisi

Di Korea Selatan, iklim kompetisi terbaca sejak di pendidikan dasar. Semakin tinggi levelnya, tingkat kompetisinya semakin ketat. Namun jika ditelusuri, kompetisi di sekolah tidaklah berdiri sendiri, karena sekolah adalah representasi dari masyarakat besarnya.

Secara tradisional, nilai yang dominan mempengaruhi masyarakat adalah nilai konfusianisme. Nilai konfusianisme adalah sebuah filosofi etika yang mengajarkan bahwa setiap individu harus berusaha keras dalam mengejar kehidupan yang lebih baik. Selalu aktif melakukan berbagai hal dengan hati-hati, tidak mengabaikan dan melaksanakan kewajiban melayani keluarga dan masyarakat.

Penghayatan nilai seperti ini kemudian klop dengan kondisi masyarakat Korea yang tidak memiliki sumber daya alam. Ditambah situasi geopolitik yang tidak aman karena Korea Selatan dalam sejarah dikepung oleh empat negara besar yakni Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Jepang. Ditambah lagi hubungan dengan Korea Utara tidak benar-benar damai setelah gencatan senjata tahun 1976.

Oleh karena itu, pendidikan sumberdaya manusia dilihat sebagai satu-satunya peluang untuk unggul dan survive. “Jika tidak unggul, kami akan mati. Buat kami sukses pendidikan kami adalah hidup dan mati kami.” Ujar Lee Kang Lyun, Presiden of Commerce in Indonesia.

Itulah salah satu rahasia penting Korea unggul di bidang pendidikan. Itulah Korea Selatan. Mereka melihat pendidikan sebagai instrumen penting untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. Korea yang tahun 1961 memiliki pendapatan 100 USD perkapita menjadi salah satu negara maju saat ini karena fokus mengembangkan sumber daya manusia.(Oleh: Sipri Peren)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments