Depoedu.com – Hasil survey tentang tingkat literasi negara dunia yang dilakukan oleh Central Connecticut State University terhadap 61 negara menyebutkan Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara. Sementara itu, hasil survey UNESCO pada tahun 2012 menyebutkan rata-rata orang Indonesia hanya membaca 3 buku per tahun, sedangkan di negara maju, orang membaca 20 – 30 buku per tahun. Dari survey yang sama diperoleh info bahwa di setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca.
Ini data yang memprihatinkan. Sementara harusnya, kesediaan belajar yang indikatornya dapat dilacak dari minat baca warga, menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong kemajuan suatu daerah. Tampaknya inilah yang mendorong Walikota Tangerang Selatan, Hj. Airin Rachmi Diani, SH. MH., menempatkan perpustakaan secara berbeda dalam kebijakannya.
Di daerah lain, perpustakaan tidak berdiri sebagai dinas sendiri. Biasanya bergabung pada dinas pendidikan atau menjadi badan tersendiri dengan kewenangan yang terbatas. Di Tangerang Selatan, sejak tahun 2017, perpustakaan menjadi dinas tersendiri. Namanya Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, saat ini dikepalai oleh Dadang Raharja. Ini sejalan juga dengan motto Tangerang Selatan, yaitu Cerdas, Modern, dan Religious.
Tidak hanya itu, Perpustakaan Daerah Tangerang Selatan juga lebih progresif dan aktif. Ia tidak hanya menunggu pembaca datang ke gedung perpustakaannya seperti di banyak daerah, tetapi saat ini memiliki 9 unit mobil untuk pelayanan keliling, dengan 16 orang staf yang siap melayani. Pada setiap unit mobil terdapat 600 judul buku. Juga tersedia alat pemutar dan layar monitor untuk menayangkan video tentang ilmu pengetahuan, dan film-film sejarah.
“Pada hari Senin hingga Jumat, mobil-mobil ini berkeliling ke sekolah-sekolah. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu, serta hari libur lainnya, perpustakaan keliling ini diparkir di Taman Kota, BSD, Tandon Ciater, dan Situ Gintung Cireundeu,” kata Muktafi, salah satu staf pelayanan keliling tersebut.
“Di pelayanan keliling ini, pembaca hanya membaca di tempat. Jika ingin pinjam datang ke gedung perpustakaan, di Jalan Raya Siliwangi no. 3 Tangerang Selatan. “Namun jika kami datangi di sekolah, kami ijinkan guru untuk pinjam karena orangnya jelas alamatnya, “ kata Muktafi melanjutkan. “Selain sekolah, kami juga kunjungi dan melayani orang-orang yang berada di Rumah Sakit, entah karyawannya, atau para pasien, atau para penunggu pasien. Kami juga mengunjungi mall-mall dan pasar di Tangerang Selatan. Kan ada banyak pekerja di sana. Mereka kan perlu membaca juga,” lanjut Bapak satu anak ini.
“Tapi di mall sekarang sudah jarang karena sulit dapat ijinnya. Kami diminta untuk parkir di tempat parkir mobil, tidak dikasih tempat khusus. Padahal ini kan harus dibuka,” kata Muktafi sambil menunjuk mobil pelayanan keliling.
Tangerang Selatan memang sudah selangkah lebih maju, namun dilihat dari besarnya tantangan yang menghadang, inovasi untuk mendorong tumbuhnya minat baca perlu terus didorong, sehingga Tangerang Selatan semakin mendekati menjadi, Tangerang Selatan yang Cerdas, Modern, dan Religius. (Sipri Peren)