Berkenalan dengan Taksonomi Bloom: Alat Ukur Kualitas Berpikir

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Istilah ini membuat saya penasaran ketika tidak sengaja melihat sebuah video pendek. Seorang psikolog perempuan, saya tidak terlalu memperhatikan namanya, dalam videonya, pada sebuah kesempatan, menyinggung tentang level berpikir orang-orang. Dalam penjelasannya kemudian saya mendengar istilah Taksonomi Bloom ini.

Mereka yang mendalami ilmu pendidikan tentu tidak asing dengan istilah ini. Apalagi berkaitan dengan evaluasi capaian belajar. Untuk orang awam yang tidak mempelajari pedagogik istilah Taksonomi Bloom tentu menjadi sesuatu yang baru bagi saya.

Didorong oleh penjelasan mengenai level berpikir, suatu hal yang baru bagi saya, kemudian dorongan ini membuat saya mencari tahu apa itu Taksonomi Bloom.

Dalam usaha mencari tahu istilah ini, saya kemudian menggunakan mesin pencari google dan mendapatkan informasi bahwa Taksonomi sendiri adalah sebuah cabang disiplin ilmu. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang penamaan, pengelompokan dan identifikasi sebuah objek.

Struktur hirarki tingkat keterampilan berpikir, yang kemudian dikenal luas sebagai Taksonomi Bloom, dikenalkan oleh seorang Psikolog pendidikan asal Amerika; Benjamin Samuel Bloom pada tahun 1956.

Bloom tidak hanya membagi ranah pendidikan menjadi tiga; kognitif atau pengetahuan, psikomotorik atau keterampilan dan afektif atau  sikap hidup. Bersama beberapa rekannya, Bloom, memperkenalkan tingkatan kemampuan berpikir, dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Hirarki keterampilan berpikir inilah yang kemudian dikenal ramai sebagai Taksonomi Bloom.

Baca juga : Empat Orang Guru Menipu Ratusan Guru Agama di Jawa Tengah, Mereka Meraup 1,16 Miliar Rupiah

Karena merupakan hirarki dari keterampilan berpikir maka Taksonomi Bloom lebih sering digunakan untuk menguji tingkat pengetahuan (kognitif) seseorang. Karena itu pada tulisan sebelumnya mengenai personal branding, saya menyinggung istilah Taksonomi Bloom ini untuk menguji kualitas pengetahuan.

Pada saat diperkenalkan, Bloom dan teman-temannya mengklasifikasi keterampilan berpikir dari yang rendah ke tinggi, menjadi pertama: Pengetahuan (knowledge) merupakan kemampuan untuk menghafal, dan mengingat informasi. Kemudian kedua : Pemahaman (comprehension), tidak hanya menghafal melainkan mulai memahami tentang konsep.

Level ketiga: Aplikasi (application), setelah memahami tentang konsep, pengetahuan itu harus bisa diterapkan pada konteks yang berbeda. Berikutnya : Analisis (analysis), setelah pengetahuan tersebut dapat diterapkan pada bidang penerapan baru butuh dianalisa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih utuh dan menyeluruh (komprehensif).

Tingkatan kelima: hasil dari analisis, tidak berhenti begitu saja. Hasil analisa menjadi Sintesis (synthesis) baru harus dipakai untuk menciptakan gagasan atau alternatif solusi yang baru. Kemudian keterampilan berpikir tingkat puncak (keenam) adalah Evaluasi, di mana seseorang harus bisa menilai, mengkritik keseluruhan proses berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2001, sesuai dengan tuntutan zaman, sejumlah ahli teori pendidikan merevisi Taksonomi Bloom. Esensi dari kebaruan ini adalah penggunaan kata kerja dan kata kerja aktif, alih-alih kata benda.

Taksonomi Bloom yang baru terdiri dari: pertama :Mengingat (Remember). Mengingat, mendefinisikan ulang, menggambarkan, mengenali adalah level berpikir atau tingkat pengetahuan paling dasar.

Baca juga : Prof. Heri Hermansyah Dari Fakultas Teknik Terpilih Menjadi Rektor UI Periode 2024-2029

Level kedua setelah mengingat adalah : Memahami (understand). Seseorang harus mampu memberikan ciri-ciri yang spesifik. Membuat perbandingan dengan hal lain dengan penggambaran yang lebih detail, dengan bahasa sendiri.

Setelah itu baru naik ke level keterampilan berpikir ketiga yaitu : menerapkan (apply).  Pengetahuan harus bisa diterapkan pada situasi dan kondisi (konteks) baru yang berbeda dari sebelumnya. Karena itu harus terbuka pada inovasi, penyesuaian, modifikasi agar dapat diterapkan pada konteks yang beda.

Hirarki keterampilan berpikir keempat : menganalisa (analyze). Penerapan pengetahuan pada konteks yang berbeda harus dievaluasi secara menyeluruh. Konteks yang baru harus dirinci, diidentifikasi ciri khasnya, membandingkannya dengan penerapan pada konteks sebelumnya. Memunculkan fakta-fakta baru sebanyak mungkin.

Level kelima : mengevaluasi (evaluate). Fakta-fakta baru yang sudah ditemukan pada level selanjutnya harus diberi ‘nilai’. Kritik terhadap penerapannya harus dilakukan secara terbuka dan jujur. Menggunakan berbagai macam kriteria yang ada untuk memvalidasi, sekaligus memproyeksi pada penerapan baru.

Dan level keterampilan berpikir tertinggi adalah Membuat (creating). Pengetahuan harus dapat menciptakan ide-ide, gagasan dan konsep-konsep baru milik mereka sendiri yang original. Tentu saja ide, konsep atau gagasan-gagasan baru yang original ini dapat dipakai untuk menghadapi dan mencari jalan keluar terhadap persoalan-persoalan baru yang ada di masyarakat.

Karena itu Taksonomi Bloom merupakan alat evaluasi yang paling baik, untuk menguji tingkat berpikir kita. Tentu saja tingkat berpikir inilah yang menjadi tanda seberapa berkualitasnya pengetahuan yang kita miliki.

Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com, ditayangkan kembali dengan seizin penulis.

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments