Depoedu.com-Perilaku tantrum merupakan tantangan umum yang sering dihadapi oleh para orangtua, terutama saat mengurus anak balita. Tantrum bisa muncul dengan cepat dan tanpa peringatan, hal ini menyebabkan orang tua merasa frustasi dan bingung, bagaimana cara terbaik untuk menangani situasi tersebut.
Bagi sebagian orang tua terutama pasangan muda yang baru memiliki anak menghadapi tantrum adalah sesuatu yang terbilang tidak mudah. Menghadapi anak yang menangis dan berbuat onar, terutama di depan orang banyak, bisa menjadi momen yang sangat memalukan dan menyulitkan bagi para orang tua.
Menurut Kids Health, tantrum umumnya terjadi pada anak dengan kisaran usia 1 hingga 3 tahun. Tantrum adalah kondisi di mana anak menunjukkan ledakan kemarahan dan rasa frustasi yang tidak terkendali.
Penyebab timbulnya anak mengalami tantrum adalah ketika anak tidak puas dengan situasi yang dialaminya, anak akan melampiaskan emosinya dengan cara berteriak-teriak, menangis, berontak, membanting-banting barang, memukul atau mencubit orang di sekitarnya.
Selain itu tantrum pada anak balita bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rasa frustasi karena tidak dapat mengungkapkan diri dengan kata-kata, kelelahan, lapar, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Hal ini yang menyebabkan anak menjadi rewel berlebihan. Meskipun begitu, penting bagi orangtua untuk belajar bagaimana mengatasi perilaku tantrum dengan tenang dan efektif.
Salah satu langkah penting dalam menghadapi tantrum adalah tetap tenang dan sabar. Meskipun terkadang sulit, tetapi dengan tetap tenang dapat membantu mencegah situasi semakin memburuk.
Baca juga : Pendidikan Politik, Tanggung Jawab Siapa?
Selain itu orang tua juga perlu mencoba untuk memahami penyebab tantrum dan berempati terhadap perasaan anak mereka. Ini dapat membantu menenangkan anak dan mempercepat pemulihan dari tantrum.
Langkah pertama yang perlu dilakukan orang tua adalah, memahami perasaan dan emosi anak. Sebagai orang tua kita perlu mengenali perilaku yang ditunjukkan oleh anak. Kemungkinan ekspresi atau emosi yang ditunjukkan adalah perasaan yang hendak disampaikan, tetapi tidak bisa diungkapkan karena keterbatasan komunikasinya (belum lancar berbicara).
Dikutip dari dancow.com, Anak pada usia 0-1 tahun, mulai mengenali emosi dasar seperti kebahagiaan, kemarahan, dan ketakutan. Mereka mungkin hanya bisa mengekspresikan emosi melalui tangisan saat tidak nyaman atau tersenyum ketika merasa senang.
Sementara di usia 1-3 tahun, anak mulai mengekspresikan berbagai emosi yang kompleks meskipun belum memahami perbedaan antara ekspresi emosi yang sehat dan tidak sehat.
Saat mencapai usia 3-5 tahun, anak memasuki fase pengelolaan emosi di mana mereka belajar berbagi, mendengarkan, dan berinteraksi dengan teman sebaya. Orang tua dapat membantu anak dalam proses ini dengan mengajarkan mereka nilai-nilai seperti kerjasama, penghargaan terhadap orang lain, dan tanggung jawab.
Dalam perkembangan anak, penting untuk memperhatikan kedua aspek ini secara seimbang, yakni perkembangan emosi serta fisik.
Langkah kedua, melibatkan anak dalam beberapa keputusan yang hendak diambil, misalnya memberikan anak balita pilihan dan kontrol atas situasi tertentu juga bisa membantu mencegah terjadinya tantrum.
Baca juga : Tarakanita Tangerang Optimalkan Pembelajaran Berbasis Riset Untuk Wujudkan Komunitas Peneliti
Memberikan anak pilihan sederhana seperti memilih baju atau makanan mereka, dapat memberi mereka rasa kontrol yang diperlukan dan mengurangi potensi terjadinya konflik.
Langkah ketiga, selalu menjalin komunikasi dengan anak. Komunikasi juga memainkan peran penting dalam mengatasi tantrum. Berbicara dengan anak secara tenang dan jelas, serta menjelaskan alasan di balik keputusan orangtua, dapat membantu anak memahami situasi dengan lebih baik dan mengurangi rasa frustrasi mereka.
Terakhir, konsistensi dalam memberikan batasan dan konsekuensi juga diperlukan. Anak balita perlu memahami bahwa perilaku tantrum tidak akan diterima, dan orangtua akan mengambil langkah-langkah tertentu untuk menangani situasi tersebut.
Dengan memberikan batasan yang jelas dan konsisten, anak akan belajar bahwa tantrum bukanlah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dalam menghadapi perilaku tantrum pada anak balita, penting bagi orangtua untuk tetap tenang, sabar, dan konsisten.
Dengan memberikan anak pilihan dan kontrol, berkomunikasi dengan jelas, dan menetapkan batasan yang konsisten, orang tua dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas tantrum serta membimbing anak dalam mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
Foto: Ibundabalita
Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com, ditayangkan kembali dengan seizin penulis.