Depoedu.com-Baru-baru ini dalam kunjungan ke sebuah rumah sakit di DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, pejabat Gubernur DKI Jakarta, kaget karena menemukan beberapa pasien stroke di rumah sakit tersebut yang baru berumur belasan tahun.
Ini terjadi di banyak rumah sakit di Indonesia. Rumah Sakit Universitas Indonesia misalnya, pada November 2023 melansir data bahwa dalam satu dekade terakhir, terdapat peningkatan secara drastis kasus stroke di usia muda sebesar 67 persen.
Di samping masalah stroke, terjadi juga peningkatan penyakit jantung, kekurangan nutrisi seperti stunting, mengalami gangguan pencernaan, ususnya bermasalah, hingga kanker usus, sehingga tidak bisa buang air dengan baik, diabetes, dan obesitas di kalangan anak dan remaja.
Hal ini diduga terjadi karena peningkatan konsumsi makanan dan minuman olahan di kalangan anak-anak dan remaja. Makanan dan minuman olahan menjadi menu sarapan, menjadi menu makan siang bahkan menu makan malam mereka.
Padahal pada makanan olahan seperti nugget, sosis, makanan kaleng, buah kaleng, minuman kemasan, minuman soda, roti, biskuit, dan permen merupakan makanan yang sudah melewati serangkaian proses dan penambahan bahan seperti bahan pengawet, garam, bahan pewarna, gula, minyak, atau lemak.
Baca juga : Lima Hal Yang Harus Dihindari Orang Tua, Agar Anak Tumbuh Dewasa Dan Bermental Tangguh
Oleh karena itu, pada makanan olahan telah berkurang kandungan nutrisi, mengandung lemak jenuh tinggi, gula dan garam tinggi, zat pengawet, dan zat pewarna buatan yang berdampak buruk pada kesehatan anak dan remaja yang mengkonsumsinya.
Makanan dengan kandungan lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol jahat dapat menumpuk di arteri dan menyebabkan penyakit jantung. Makanan olahan tinggi garam dapat meningkatkan tekanan darah yang dapat memicu resiko stroke.
Sedangkan makanan olahan dengan kandungan zat pengawet dan zat pewarna buatan diduga menjadi penyebab kanker seperti kanker usus. Selain itu, makanan olahan dengan kandungan kalori tinggi dan lemak jahat dapat menyebabkan obesitas.
Dan pada umumnya makanan olahan rendah kandungan serat, padahal serat penting untuk kesehatan pencernaan. Oleh karena itu, para ahli kesehatan mengaitkan munculnya masalah pencernaan termasuk kanker usus, dipicu oleh keseringan asupan makanan olahan.
Meskipun makanan olahan berdampak buruk pada anak-anak dan remaja ketika mereka keseringan mengkonsumsi, namun menghindarinya bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut terjadi karena makanan olahan lebih mudah diperoleh, lebih praktis disajikan dan pada umumnya enak serta disukai oleh anak dan remaja.
Baca juga : Hindari Lima Kesalahan Ini, Agar Tidak Menjadi Penyesalan Seumur Hidup
Lebih dari itu, peredaran makanan olahan ditopang oleh masifnya iklan yang disebarkan melalui berbagai media oleh para produsen makanan olahan tersebut. Studi dari University of Kansas Medical Center bahwa iklan terbukti bisa mempengaruhi otak anak dalam memilih makanan.
Studi tersebut membuktikan bahwa karena pengaruh tayangan iklan, keputusan banyak anak dan remaja untuk mengkonsumsi makanan olahan lebih didasari oleh rasa enaknya makanan olahan tersebut daripada pengetahuan anak dan remaja tentang dampaknya pada kesehatan mereka.
Dilihat dari dampak konsumsi makanan olahan seperti dipaparkan di atas, selain diperlukan regulasi baru untuk pengaturan produksi makanan olahan yang lebih menguntungkan konsumen, pemerintah juga perlu melakukan upaya untuk mengendalikan pola konsumsi ini, untuk mencegah jatuhnya korban anak dan remaja lebih banyak lagi.
Selain itu, di kalangan orang tua, perlu didorong gerakan ke arah literasi tentang makanan sehat bagi keluarga, agar orang tua lebih memilih makanan sehat untuk pertumbuhan anak daripada makanan enak meskipun tidak sehat bagi anak.
Foto: Okezone