Depoedu.com-Kesadaran akan ancaman krisis lingkungan hidup mendorong tumbuhnya sikap green awareness dari berbagai stakeholder yang menumbuhkan optimisme ke arah lingkungan hidup yang lebih baik melalui berbagai inovasi dan berbagai upaya berkelanjutan.
Proses tersebut di antaranya melahirkan green jobs sebagai bagian dari upaya untuk secara berkelanjutan, terus mengupayakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi hidup bersama. Green jobs adalah jenis pekerjaan yang diselenggarakan oleh dunia usaha dan sektor ekonomi, yang berkontribusi melestarikan dan memulihkan kualitas lingkungan.
Green jobs mencakup pekerjaan yang dapat membantu melindungi ekosistem dan biodiversitas, mengurangi konsumsi energi, konsumsi air, materi dan dekarbonisasi perekonomian, mencegah dan menangani limbah dan polusi.
Bentuk green jobs saat ini misalnya pekerjaan teknisi pembangkit listrik tenaga surya, teknisi pembuat mobil listrik dan komponennya, yang bertanggung jawab mentransformasikan energi terbarukan agar berkelanjutan.
Menurut Asosiasi Industri Fotovoltaik Eropa (EPIA) seperti dilansir pada laman THE CONVERSATION, green jobs akan menjadi tren global tahun 2025. Namun badan PBB untuk program pembangunan (UNDP) memperkirakan pada tahun 2030, 60 persen generasi muda di dunia, belum memiliki green skills yang diperlukan untuk memasuki era green jobs.
Padahal pemilikan green skills harusnya sekaligus menjadi solusi bagi dampak serius perubahan iklim, terutama terkait pengangguran dan krisis biaya hidup bagi kaum muda yang mewakili seperempat total penduduk dunia, dan 86 persen-nya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Green skills adalah serangkaian pengetahuan, kemampuan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk hidup, berkembang dan mendukung kelestarian lingkungan; masyarakat yang bersumberdaya cukup dan berkelanjutan.
Organisasi kerjasama dan pembangunan ekonomi internasional (OECD) mengklasifikasi green skills mencakup tiga komponen yakni cognitive competencies, interpersonal skills, dan intrapersonal competencies.
Cognitive competencies merupakan kesadaran lingkungan dan kemauan untuk belajar tentang pembangunan berkelanjutan, keterampilan sistem, dan analisis resiko, serta inovasi untuk menjawab tantangan hijau.
Baca juga : Lintas Jurusan Di Perguruan Tinggi, Perlu Diikuti Di SMA Dengan Kebijakan Ini
Sedangkan interpersonal skills merupakan koordinasi, keterampilan komunikasi dan negosiasi, keterampilan pemasaran, untuk mempromosikan produk dan jasa yang lebih hijau.
Komponen terakhir adalah interpersonal competencies merupakan kemampuan adaptif dalam menggunakan dan mempelajari alat teknologi baru, serta keterampilan wirausaha dalam menciptakan teknologi rendah karbon.
Data di atas menunjukkan bahwa kehadiran generasi muda yang memiliki green skills sangat diperlukan untuk memasuki era green jobs karena tren-nya sudah mulai terjadi tahun 2025, tapi hingga tahun 2030 diperkirakan hanya 40 persen generasi muda memiliki green skilis.
Padahal pemilikan green skills pada generasi muda, akan mengatasi masalah pengangguran, krisis biaya hidup sekaligus upaya menangani krisis lingkungan hidup. Pertanyaannya, apa yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menyiapkan generasi muda dengan green skills untuk memasuki era green jobs?
Menurut Lingga Utami dari Universitas Pendidikan Indonesia, ada tiga hal yang harus dikerjakan oleh lembaga pendidikan kita untuk membekali generasi muda dengan green skills yaitu, membangun green awareness tentang krisis lingkungan, melakukan revitalisasi pendidikan dan integrasi kurikulum green skills. Berikut uraiannya:
1.Menumbuhkan green awareness tentang krisis lingkungan hidup
Untuk menyiapkan generasi muda memasuki era green jobs, lembaga pendidikan perlu menubuhkan green awareness atau kesadaran hijau melalui penguatan literasi lingkungan hidup dalam kegiatan pembelajaran, dengan menanamkan kesadaran terhadap isu lingkungan.
Melalui sesi pembelajaran tersebut, para murid mencari informasi tentang isu-isu lingkungan dan apa yang sudah dilakukan untuk menangani masalah lingkungan hidup. Indikator keberhasilannya adalah murid memperoleh informasi tentang masalah lingkungan hidup dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah.
Upaya lain untuk menumbuhkan green awareness adalah menginspirasi murid untuk peduli pada lingkungan hidup. Indikator keberhasilan lainnya adalah murid menjadi peduli terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya.
Selain itu, para murid didorong untuk terlibat dalam kerja pencegahan kerusakan lingkungan. Indikatornya adalah para murid tergerak untuk melibatkan diri bahkan mengajak orang lain untuk terlibat dalam kerja penyelamatan lingkungan hidup.
Di dalam proses ini guru diharapkan menjadi fasilitator bagi murid melalui pendekatan konstruksi di mana murid berproses merumuskan pengetahuannya sendiri dan mempertanggungjawabkan temuannya, bukan transfer pengetahuan dari guru ke murid.
Baca juga : Orang Tua Perlu Kenali Ciri Anak Dengan Screen Time Yang Berlebih, Segera Batasi
- Melakukan revitalisasi pendidikan
Untuk menyiapkan generasi muda menghadapi era green jobs, revitalisasi pendidikan yang diperlukan adalah mendorong pendidikan yang fokus pada upaya menyiapkan murid sejak dini untuk memasuki era green jobs secara berkesinambungan.
Ini berarti fokus tersebut diupayakan secara berkesinambungan berdasarkan tingkat perkembangan murid. Seringkali proses yang berlangsung di sekolah dasar hingga sekolah menengah tidak dilanjutkan di perguruan tinggi.
Dimulai dari upaya merumuskan kebijakan yang sesuai dan memberikan dukungan pada proses pencapaian tujuan di setiap jenjang pendidikan termasuk standar kompetensi pada semua jenjang pendidikan secara berkesinambungan. Sehingga pencapaian tujuan di satu jenjang menjadi landasan untuk mencapai tujuan di jenjang berikut.
- Integrasi kurikulum green skills
Langkah terakhir yang dapat dilakukan untuk menyiapkan generasi muda memasuki era green jobs adalah melaksanakan kurikulum yang integratif. Ini membuat murid menghadapi persoalan lingkungan dan upaya mewujudkan kesejahteraan sosial yang mendukung pembangunan yang ramah lingkungan.
Dalam praktiknya kompetensi green skills tidak hanya diperoleh melalui pelajaran seperti Biologi, Geografi atau mata pelajaran ilmu lingkungan, melainkan perlu diintegrasikan dengan berbagai disiplin ilmu.
Misalnya dapat diintegrasikan dengan pendekatan proyek yang mengintegrasikan pelajaran Matematika, pada saat mempelajari geometri. Murid diberi kesempatan untuk menggambarkan secara matematis desain taman berbasis ekologis dan ramah lingkungan.
Atau dalam mata pelajaran Sosiologi integrasi green skills dapat melibatkan kearifan lokal sehingga murid paham kaitan antara perubahan iklim dan dinamika sosial budaya sesuai dengan konteks lokal masing-masing daerah.
Proses integrasi tidak hanya melibatkan dua mata pelajaran tetapi bisa lebih dari dua, tergantung kreativitas guru dalam mendesain proyek pembelajarannya. Pada akhirnya pengembangan green skills yang selaras sejak dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dapat menyiapkan generasi muda memasuki era green jobs.
Itulah tiga hal yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk membekali generasi muda dengan green skills agar siap memasuki era green jobs yang sudah berada di depan mata.
Foto: GoodWork.ca