Kecerdasan Majemuk dan Dilema Implementasinya

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Semua anak memiliki keunikan, baik secara fisik maupun mental, bahkan terjadi pada anak kembar identik sekalipun. Keunikan secara fisik misalnya, terbukti pada sidik jari. Semua orang memiliki sidik jari yang berbeda-beda. Unik secara mental, misalnya, teramati dari cara orang merespon sesuatu objek atau peristiwa. Objek atau peristiwanya sama, bisa direspon dengan cara yang berbeda. Para ahli mengatakan perbedaan respon terjadi karena pemilikan kecerdasan yang berbeda.

Dulu orang berpikir bahwa hanya ada kecerdasan tunggal, cuma ada yang tinggi dan yang rendah, dan cara merespon, cepat atau lambat, positif atau negatif, tepat atau tidak tepat, tergantung pada tinggi rendahnya kecerdasan. Namun Howard Gardner membantah pendapat tersebut. Menurutnya, cara merespon tergantung pada jenis kecerdasan yang dimiliki. Jadi ada kecerdasan yang majemuk, dan semua anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Maka menurut Gardner, pada dasarnya semua anak cerdas.

Pemahaman tentang kecerdasan majemuk ini harusnya dapat menuntun kita pada upaya untuk mendisain ulang pendekatan pengajaran agar anak-anak dengan kecerdasan majemuk dapat memperoleh ruang untuk bertumbuh secara maksimal. Namun ini mengandaikan pemahaman guru tentang kecerdasan majemuk yang melekat pada peserta didik, dalam perencanaan pengajaran.

Mengenal Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner. Ia adalah seorang ahli Psikologi Perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Tahun 1983, ia pertama kali menulis gagasannya tentang kecerdasan majemuk dalam bukunya Frames of Mind. Setelah melakukan banyak penelitian tentang implikasi teori kecerdasan majemuk, sepuluh tahun kemudian, ia mempublikasikan buku barunya berjudul Multiple Intelligences. Pada buku ini ia berhasil mengidentifikasi 7 kecerdasan manusia. Namun pada tahun 2000, ia menerbitkan buku baru berjudul Intelligence Reframed. Pada buku itu ia menambahkan dua kecerdasan baru, sehingga menjadi 9 kecerdasan majemuk sebagai berikut.

  1. Kecerdasan Linguistik

Gardner menjelaskan kecerdasan linguistic sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme, dan intonasi, termasuk kemampuan menggunakan kata-kata untuk mempengaruhi orang lain. Seseorang dengan kecerdasan linguistic menonjol akan cepat dalam belajar bahasa. Jika dilatih, dapat menulis dengan baik dan berbicara dengan pilihan kata yang baik dan lancar.

  1. Kecerdasan Logis-Matematis

Gardner menjelaskan kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan yang logis. Seseorang dengan kecerdasan logis-matematis menonjol menyukai angka, logika, dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, mampu melakukan proses berpikir baik secara deduktif maupun induktif. Proses berpikir deduktif adalah cara berpikir dari hal-hal yang besar ke hal-hal yang kecil. Sedangkan proses berpikir induktif adalah sebaliknya. Mereka mudah melakukan abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan.

  1. Kecerdasan Visual Spasial

Gardner mendefinisikan kecerdasan visual spasial sebagai kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat seperti kemampuan para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Seseorang dengan kecerdasan visual spasial menonjol memiliki kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat. Mereka sangat sadar akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan hubungan antar elemen tersebut. Oleh karena itu, pada umumnya mereka mahir menggambar. Mereka mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, maka dapat mematung dengan baik. Mereka pun mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang sehingga dapat mendekorasi dan menata ruang dengan baik, juga mahir dalam membaca peta, mudah menemukan jalan di peta ter sebut dalam kenyataan.

  1. Kecerdasan Kinestetik

Menurut Gardner, kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggunakan atau menggerakkan tubuh untuk mengekspresikan perasaan dan gagasan seperti pada aktor, atlet, penari, pemahat, ahli bedah. Seseorang dengan kecerdasan kinestetik menonjol memiliki kemahiran untuk mengontrol, mengkoordinasi, dan memiliki fleksibilitas dalam menggerakkan tubuh. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, memainkan mimik, drama dan peran. Mereka biasanya aktif bergerak, suka menari, juga berolah-raga.

  1. Kecerdasan Musikal

Gardner menjelaskan kecerdasan musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, menikmati, dan mengekpresikan bentuk-bentuk musik dan suara. di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi. Juga termasuk kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, mencipta lagu, kemampuan menikmati musik dan lagu. Seseorang yang menonjol dalam kecerdasan musical sangat peka terhadap nada, suara, dan musik. Mereka dengan mudah belajar dan memainkan musik dengan baik. Mereka menyenangi dan tidak mudah bosan terhadap apapun yang berbau musik. Mereka bahkan dengan mudah mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan musik atau dalam bentuk lagu.

  1. Kecerdasan Interpersonal

Gardner mendefinisikan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain. Mereka peka menangkap pesan melalui ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain. Menurut Dr. Paul Suparno, SJ, secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi, kerja sama, dan komunikasi baik verbal maupun nonverbal dengan orang lain. Mereka mudah bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain, mereka sangat peka terhadap penderitaan orang lain dan mudah berempati. Oleh karena kemampuan ini, pada umumnya mereka mudah bergaul dan dapat menjadi pemimpin yang efektif dalam kelompok.

  1. Kecerdasan Intrapersonal

Dr. Paul Suparno, SJ, mengutip Howard Gardner dalam bukunya Teori Inteligensi Ganda mendefinisikan kecerdasan intrapersonal sebagai kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak adaptif berdasarkan pengenalan diri tersebut. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Seseorang dengan kecerdasan intrapersonal menonjol memiliki kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang, mudah berkonsentrasi.

  1. Kecerdasan Lingkungan

Menurut Gardner, kecerdasan lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk cepat mengenal, dan berminat terhadap tanaman, binatang, bagian lain dari lingkungan seperti awan dan batu-batuan. Seseorang dengan kecerdasan lingkungan yang menonjol biasanya cepat beradaptasi dengan alam, dapat bertahan hidup di luar rumah, merasa manjadi bagian dari alam maka tidak merusak alam. Mereka suka bercocok tanam dan berburu. Mereka mudah mengenali sifat dan tingkah laku binatang, mudah membedakan tumbuhan dan dapat membuat klasifikasinya.

  1. Kecerdasan Eksistensial

Menurut Gardner, kecerdasan eksistensial menyangkut kemampuan dan kepekaan seseorang untuk mempertanyakan dan mencari jawaban dari persoalan-persoalan eksistensial manusia. Seseorang dengan kecerdasan eksistensial menonjol tidak puas hanya dengan menerima keberadaannya secara otomatis, namun berusaha mencari jawaban terdalam. Mereka akan mempersoalkan keberadaan mereka di tengah alam raya yang besar. Mereka mengajukan pertanyaan mendasar seperti : “Mengapa kita ada?”, “Apa peran kita?” Mereka banyak mengajukan pertanyaan kritis yang tidak dipertanyakan oleh orang lain. Seorang anak dari India yang kita baca kisahnya belum lama ini, yang menggugat orang tuanya karena tidak meminta ijinnya untuk melahirkan dia ke dunia, adalah contoh anak dengan kecerdasan eksistensial yang menonjol.

Demikian penjelasan singkat tentang sembilan kecerdasan ini. Mengutip Gardner, Dr. Paul Suparno, SJ menegaskan bahwa 9 kecerdasan ini dimiliki oleh setiap orang. Akan tetapi, pada masing-masing orang, ada satu kecerdasan yang lebih menonjol daripada kecerdasan yang lain. Maka bagi Gardner, kecerdasan majemuk adalah kategorisasi untuk membantu kita memahami perbedaan dalam cara representasi mental seseorang. Dan bukan untuk menentukan bodoh atau pintarnya seseorang atau sekelompok orang.

Dan yang paling penting adalah, ke-9 kecerdasan ini dapat dikembangkan sampai pada level tertentu, untuk melengkapi seseorang, sehingga orang tersebut dapat menjalankan fungsinya dalam hidup pribadi dan sosial di tengah masyarakat dengan baik. Misalnya, seorang anak yang kecerdasan musikalnya tidak tinggi, tetap dapat dilatih, sehingga ia dapat bernyanyi, meski hasilnya berbeda dengan anak yang kecerdasan musikalnya menonjol.

Dilema Implementasi Kecerdasan Majemuk

Uraian pada bagian sebelumnya membawa kita pada kenyataan bahwa disain pengajaran yang paling ideal adalah pengajaran individual. Namun dalam konteks sekolah modern, kita terhambat dari banyak sisi dalam proses implementasi. Itulah sebabnya para pengritik berpendapat bahwa teori Gardner ini terlalu idealistik, terlalu utopi, karena dalam prakteknya sekolah modern dengan murid yang banyak, gagasan kecerdasan majemuk sulit diimplementasikan. Bagaimana mungkin satu orang guru, dapat sekaligus memberikan perhatian pada banyak murid dan mengajar dengan cara yang berbeda bagi setiap murid pada saat yang bersamaan.

Masalah implementasi lain muncul dari kenyataan bahwa ketika mengajar, cara mengajar guru pun sesuai dengan kecerdasan yang menonjol padanya. Bila kecerdasan guru menonjol dalam logis-matematis, ia akan mengajar dengan cara logis matematis pula. Oleh karena itu, murid yang kecerdasan berbeda, merasa tidak dibantu guru dalam belajar.

Namun, penelitian Gardner telah membantah kritik bahwa tidak mungkin pembelajaran individual terlaksana secara klasikal. Penelitian Gardner juga telah membuktikan bahwa guru pun tidak hanya mampu mengajar dengan kecerdasan yang menonjol padanya. Penelitian tersebut membuktikan bahwa guru dapat mengajar dengan kecerdasan lain, jika guru tersebut bersedia mempelajari kecerdasan lain dan berlatih menggunakan pendekatan pengajaran berdasarkan kecerdasan majemuk, selain kecerdasan yang menonjol padanya. (Oleh: Sipri Peren / Foto: scholae,co)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga : Kecerdasan Majemuk Dan Dilema Implementasinya […]