Kita harus belajar untuk menghormati, ajakan Romo Willy Malim Batuah, CDD.

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Menjelang pemilihan Presiden 2019 banyak sekali kelompok yang berbeda pendapat. Bahkan tidak jarang mereka saling bertengkar di media sosial dengan  memamerkan kelebihan calonnya sekaligus memaparkan kelemahan calon lawannya. Ketika kita melihat pribadi yang bertengkar tersebut, beberapa diantaranya tergolong orang yang berpendidikan cukup tinggi. Akan tetapi gaya bicara dalam tulisan dari seseorang yang terbalut emosi, kadang mengeluarkan caci maki yang sungguh tidak pantas dibaca oleh generasi yang lebih muda. Apalagi ketika kita berbicara tentang teladan, pastilah memunculkan tanda tanya besar, teladan apa yang akan diberikan kepada orang yang membaca?

Demikian pula dalam keseharian dengan rekan kerja. Sering kita berdebat, mengeluarkan pendapat, saling menyanggah dengan ide logis akan tetapi juga terkadang dengan ide tidak masuk akal yang dibungkus dengan intonasi tinggi dan ngotot demi gagasannya bisa diterima orang lain. Perbedaannya adalah ketika dalam forum berhadapan muka, tentu disertai sedikit kontrol diri sehingga tidak sampai muncul caci maki seperti di media sosial. Kembali, intinya senada yaitu agar orang lain mau menyetujui apa yang kita inginkan. Dan harus saya tegaskan bahwa gagasan mereka tidak ada yang salah, karena gagasan tadi didasari oleh keinginan kuat guna mengembangkan instansi tempat mereka berkarya. Masalahnya adalah keputusan yang akan diambil untuk dijalani hanya satu macam, bukan sesuai selera atau gagasan masing-masing.

Dalam lingkup yang lebih kecil lagi. Ditengah-tengah keluarga kita yang hanya beranggotakan beberapa orang, terkadang kita terlibat dalam perdebatan yang sebenarnya mungkin tidak perlu. Karena masing-masing yang kita inginkan mempunyai kelebihan dan sekaligus membawa konsekuensi kekurangan yang harus ditanggung bersama. Dalam hal ini, tentu saja akan mengikuti pilihan ini atau pilihan itu membutuhkan sikap hati yang besar untuk menjalani bersama. Tidak ada yang salah dalam perbedaan gagasan masing-masing, akan tetapi masalah yang sama adalah keputusan yang diambil harus satu macam untuk dijalani oleh semua anggota keluarga. Contoh yang paling sederhana, ketika kita sedang dalam perjalanan satu keluarga dengan satu mobil, si adik minta berhenti makan dulu, si kakak minta jalan terus agar segera tiba di tujuan. Tentu saja dibutuhkan sikap mau memahami, menerima dan bahkan mengalah untuk suatu kesepakatan bersama.

Kita tentu saja sering mengalami perbedaan, seperti berbagai paparan di atas. Besyukurnya dalam keseharian, kami mempunyai pendamping, pendoa, sekaligus bapak yang memberikan banyak ajaran dan teladan kepada kami yaitu Romo Willy Malim Batuah, CDD. Sedikit ceritera tentang Romo Willy, beliau adalah seorang Romo anggota Kongregasi Murid-Murid Tuhan atau CDD. (Congregatio Discipulorum Domini) yang sekarang menjadi ketua umum Yayasan Kolese Santo Yusup Malang mendampingi ketua Yayasan Kolese Santo Yusup Romo Agustinus Lie, CDD. Pada tahun 2019 ini genap 60 tahun Romo Willy berkarya di Yayasan Kolese Santo Yusup, tepatnya tahun 1959 Willy (waktu itu belum menjadi Romo) ditugasi oleh Pastor Joseph Wang, CDD. sebagai pegawai tata usaha TK dan SD, sekaligus menjadi bapak asrama SMP-SMA di jalan Dr. Soetomo 35 Malang.

Salah satu ajaran yang beliau sampaikan adalah “boleh kita berbeda pendapat, boleh kita tidak setuju, dan bahkan boleh kita tidak suka, akan tetapi kita harus belajar untuk menghormati”. Satu rangkaian kalimat yang beliau sampaikan kepada kami pelaku karya pendidikan di Yayasan Kolese Santo Yusup Malang dan juga kepada setiap orangtua siswa baru di SMAK Kolese Santo Yusup Malang. Mungkin yang membedakan adalah ajakan menghormati yang disampaikan, sekaligus dilakukan Romo Willy adalah kerelaan menghormati tanpa memberikan syarat apapun. Kembali, sering kita membaca atau mengalami orang akan menghormati dengan embel-embel asalkan memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu. Ajakan Romo Willy, menunjukkan suatu sikap kerelaan diri menjalani dengan tulus dan taat terhadap aturan ataupun keputusan yang telah diambil pimpinan untuk dijalankan demi kemajuan bersama.

Rasa hormat tanpa memasang syarat yang kita berikan kepada sesama, akan menumbuhkan rasa cinta kita kepada siapapun yang berkomunikasi dengan kita. Hingga akhirnya akan menumbuhkan kekuatan dalam harmoni pendidikan nilai-nilai kehidupan. Mungkin keputusan yang diambil tidak tepat menurut pandangan tertentu, akan tetapi sikap menghormati, akan menumbuhkan penyadaran secara alamiah kalau memang keputusan yang dijalani adalah kurang tepat. Mengalami dan menyadari kesalahan juga bagian dari pendidikan yang sangat perlu dirasakan oleh setiap orang dalam penggalan perjalanan hidup masing-masing. Karena pengalaman itulah yang akan menjadikan kita, memiliki pribadi yang tangguh dan tidak mudah putus asa.

Sebagai penutup kembali kami mengajak semua pihak untuk meneladani dan menjalani dengan tulus teladan Romo Willy “boleh kita berbeda pendapat, boleh kita tidak setuju, dan bahkan boleh kita tidak suka, akan tetapi kita harus belajar untuk menghormati”. Kepada tokoh politik dalam Pemilu Legislatif dan Presiden yang akan dilaksanakan secara serentak pada 17 April 2019 mendatang, kepada para pimpinan maupun karyawan di berbagai instansi kerja, kepada orangtua dalam keluarganya masing-masing dan sekaligus sebagai warga masyarakat, juga kepada kaum muda kepada rekan-rekannya. Semoga ajaran baik dari Romo Willy yang selalu tampil dengan gaya hidup sederhana ini, mampu menjadi pemersatu Bangsa dan Negara Indonesia tercinta.

Salam,

Petrus Harjanto

SMAK Kolese Santo Yusup Malang

Tetap Bersemangat.

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Kita Harus Belajar Untuk Menghormati, Ajakan Romo Willy Malim Batuah, CDD. […]