Depoedu.com – Kisah orang-orang sukses dalam sepanjang sejarah tidak datang begitu saja. Kesuksesan yang mereka raih merupakan perjuangan yang mereka lakukan terus-menerus. Bahkan kisah-kisah dalam dongeng pun memberikan moral kepada kita tentang perjuanagn tokoh-tokohnya yang berujung dengan kesuksesan.
Masih ingat kisah dongeng tokoh Gepetto? Ya, ia seorang pembuat boneka. Alkisah ada seorang anak muda yang sangat menyukai boneka hingga ia belajar bagaimana menjadi ahli pembuat boneka. Sayangnya, anak muda ini sangat kikuk. Guru serta murid-murid lainnya selalu berkata bahwa dia tidak punya kemampuan untuk membuat boneka dan dia tidak akan pernah berhasil. Namun, anak muda itu tidak menyerah begitu saja. Ia memutuskan sejak saat itu akan menghabiskan seluruh waktunya membuat satu jenis boneka. Dan setiap kali menemukan kekurangan pada bonekanya, ia akan membuangnya dan memulai lagi dari awal. Tahun demi tahun pun berlalu, dan dengan setiap percobaan baru, bonekanya menjadi sedikit lebih baik. Kini, bonekanya jauh lebih baik dari hasil karya teman-temannya. Meski begitu, si anak muda ini tetap melakukan perbaikan, mencari “kesempurnaan”. Hidup seperti itu membuat anak muda ini kurang mampu mampu mencari nafkah, dan banyak orang menertawakan kondisinya yang miskin.
Ketika usianya sudah semakin tua, karya bonekanya sangatlah indah. Begitu bagusnya hingga suatu hari setelah berpuluh-puluh tahun bekerja, ia menyelesaikan satu boneka, dan berkata, “Saya tidak melihat ada yang kurang. Kali ini hasilnya sempurna.” Dan, untuk pertama kalinya dari sekian tahun lamanya, alih-alih membuang boneka ini, ia malah menaruhnya di atas rak. Ia benar-benar merasa puas dan bahagia. Dan sisa ceritanya menjadi terkenal ke seluruh dunia. Boneka yang sempurna itu menjadi hidup, mengalami ribuan petualangan, dan memberikan pria tua yang bernama Geppetto itu kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada yang didapat pembuat boneka lainnya yang terkenal dari hasil-hasil karyanya. Itulah Pinokio, yang dikenal anak-anak sejagat. Memberikan anak-anak pelajaran hidup berharga tentang kepatuhan, seni memilih, petualangan, dan cinta keluarga.
Membangun sukses kita dari hal-hal yang kita sukai. Dengan ketekunan dan semangat tinggi, serta terus berusaha memperbaiki, maka apapun yang dikerjakan akan membuat waktu dan talenta kita lebih bernilai.
Hingga usia saya yang lebih dari golden age ini, saya terkadang bertanya hobi saya sebetulnya apa? Begitu banyak kesukaan saya: membaca, menulis, traveling, bercocok tanam. Ada seseorang mengatakan kalau kamu menyukai dan tertarik dengan begitu banyak hal, maka sebetulnya kamu tak menyukai atau tertarik satu pun. Hayo, lho!
Saya justru belajar dari anak saya yang kedua, Aloysius Gonzaga Ilhan Sidharta. Sejak masuk perguruan tinggi negri di kawasana Sumedang dan mengambil jurusan Agri Bisnis, ia tertarik dengan dengan satu hal yaitu kopi. Maka mulailah ini bocah bereksplorasi yang mengarah pada ketertarikannya.
Saat pulang kampung ke desa saya di Kertajaya, Panawangan, Ciamis, dia akan pergi ke kebun memperhatikan pohon-pohon kopi yang ditanam ayah saya dulu. Dia mulai mempelajarinya. Ia akan mengambil bunganya mengamatinya dan menyesapnya untuk merasakannya. Dia mulai mengambil daunnya diamati dan dijemurnya. Dia mengamamati buahnya dari yang muda hinga yang tua. Lalu memetik buah kopi yang tua. Bertanya ini itu tentang cara mengolahnya pada neneknya (ibu saya). Ia mulai menumbuk buah kopi yang dipetiknya. Menjemurnya, menggarangnya di atas para-para dapur biar kena asap dari perapian (tungku dapur). Sesudah kering mulai menumbuknya untuk memebrsihkan kulit arinya dan mengambil bijinya, Kemudia biji yang sudah jadi disanggrainya di atas wajan tanah yang ada di dapur neneknya. Lalau menumbuk biji yang sudah disangrainya. Lain waktu dia bereksplorasi membubuhkan jagung saat menyangrainya dan ditumbuk bersama. Bila ada di depan gadjetnya yang dicari sekitar topik kopi. Pokoknya ada saja hal yang menyempurnakan dan menjawab rasa tertariknya dia pada kopi.
Untuk skripsinya dalam mengakhiri studinya di jenjang S1 pun ia mengambil topik kopi. untuk mendapatkan data skripsinya, dia mencari berbagai sumber pustaka. Untuk menyempurnakan skripsinya, dia rela magang di sebuah ritel bubuk kopi. Dosennya menyatakan bahwa topik skripsinya terlalu berat dan menyarankan menggantinya. Dosennya berpendapat topiknya lebih cocok untuk topik tesis S2. Namun, ia keukeuh dengan pendiriannya untuk menyelesaikan yang dia mau.
Akhirnya skripsinya jadi, dipresentasikan di depan para dosen pengujinya. Saat pengujian pakai demo bagaimana menyeduh, menyaring, dan menyajikan layaknya seorang barista. Pokoknya lengkap. Dosen pengujinya dengan suka rela meluluskan dia dengan predikat cumlaude. Sangat memuaskan!
Kini sarjana baru telah lahir. Ia mulai menjalani kenyatan hidup: mencari kerja. Yang pertama ia pilih adalah tidak bekerja di kantor. Ia meminta ijin saya dan suami untuk menambah keterampilan perkopiannya. Ia bilang ada kursus kopi, tetapi mahal. Lantas dia menyatakan akan menjadi ‘kacung’ di sebauh kafe untuk memungut ilmu dan pengalaman. Lantas ia melakukannya. Kafe tersebut memberikan hal yang standard yaitu latihan dasar kepada para calon pegawainya. Maka cita-cita dia mendapat ilmu dan pengalaman pun ia dapat. Langkah berikutnya ia terjun langsung menjadi karyawan di sebuah kafe.
Saat ia menjadi karyawan ia pernah mengeluh, badannya pegal semua karena harus berdiri seharian di kafe itu untuk menyambut dan melayani pembeli. Akhirnya sempat terkapar 2 hari karena bolak-balik ke BSD-Jakarta Timur dengan kereta nyambung gojek. Dia minta pada manajernya untuk dipindah ke cabang lain di Jakarta Barat. Dipindahlah dia di sebuah rumah kopi yang menyedikan biji kopi dan jasa rostery (penyangraian). Bekerja di sana belum mendapat satu bulan sudah terkena demam berdarah karena kondisi tubuh yang tidak prima. Akhirnya berhenti. Tentu saja tak mendapat upah karena dianggap baru bekerja 3 minggu, belum 1 bulan.
Ia bergabung lagi dengan kafe lain yang ada di kawasan Aeon-BSD. Bekerja sekitar 3 bulan. Lantas memutuskan untuk mencari pengalama lain di bidang usaha bisnis sayuran dan buah-buahan yang ada di kawasasan Taman Tekno BSD. Bekerja selama 6 bulan. Ketika sudah 6 bulan bekerja dia menyatakan pada kami bahwa ia tak cocok bekerja di tempat orang. Dia mau bekerja sendiri, usaha sendiri.
Uniknya dia, setiap kali ia mendapat gaji, selalu ada saja barang yang dibeli untuk keperluan kopinya. Dia mulai mengumpulkan piranti perkopiannya. Hingga saat dia memutuskan diri untuk keluar dari tempat bekerja, peralatan perkopiannya sudah cukup lengkap. Dengan modal yang seadanya dia memutuskan diri untuk membuat kedai sendiri dengan meminjam rumah temannya yang kosong di bilangan Rawa Buntu, BSD.
Dengan bantuan kaka perempuan dan sahabatnya, serta dukungan doa kami orang tuanya, kedai itu kini sudah lahir dengan nama Suaka, Kedai Kopi dan Pustaka. Mengambil ide kedai kopi dengan sedikit lieterasi bagi para pengunjungnya. Usia kedai ini akan setahun pada bulan Oktober tahun 2018. Masihk Kecil mengalirnya. Namun, itu lahir dari sebuah passion seorag anak. Bila dipelihara alirannya maka saya yakin alirannya bisa mulai besar dan lancar.
Membangun sukses dari hal yang diminati memang tidak mudah dalam menjalankannya. Ada tantangan yang memerlukan komitmen dan keberanian. Namun, kita semua tahu bahwa keyakinan, doa, dan usaha akan membuahkan hasil. (Oleh: Ch. Enung Martina)
👍