Depoedu.com – Dewasa ini kita dikejutkan oleh fenomena disruption dalam berbagai area hidup. Musuh yang tak tampak, lawan yang tidak diperhitungkan, begitu saja mengambil alih panggung milik tokoh sebelumnya, dalam jarak waktu seketika. Kondisi jaya raya yang bertahan sekian lama tiba-tiba porak poranda, bahkan sebelum ancaman disadari kehadirannya. Kesadaran, keterjagaan akan hal ini, menjadi kondisi awal yang perlu dalam rangka mengambil sikap tepat terhadap fakta ini.
Kesiapan menghadapi era disruption ini diangkat menjadi tema kegiatan Pameran Pendidikan Santa Ursula (PPSU) BSD, yang terselenggara beberapa waktu lalu. Ajang ‘pelayanan’ tahunan ini kembali menghadirkan sejumlah perguruan tinggi serta agen-agen pendidikan luar negeri yang menyediakan berbagai informasi studi lanjut dalam lingkup nasional maupun internasional. Sebagaimana berlangsung pada penyelenggaraan-penyelenggaraan sebelumnya, PPSU kali ini pun menggelar sessi forum interaktif terkait tema, yang terbuka bagi segenap pengunjung.
Mengangkat tema Disruption Mindset, narasumber yang dihadirkan pada kesempatan ini adalah Merry Riana, motivator kelas dunia yang mengawali debutnya di Singapura, tetap berkarya bagi bangsanya dari sana, hingga tahun 2014, membawa seluruh keluarganya kembali ke Indonesia. Dalam buku Merry Riana – Mimpi Sejuta Dollar tulisan Alberthiene Endah yang mengangkat kisah hidupnya, ia menegaskan “You can take me out from Indonesia, but you can never take Indonesia out from me”. Meninggalkan Indonesia tanpa pernah berencana melakukannya, menjadi awal sebuah proses ‘jungkir balik’ hidupnya. Ibarat gedung pencakar langit yang dibangun di atas pondasi nun jauh ke dalam, Merry Riana mengalami fase hidup sedemikian pahit dan menekan, yang memicunya melesatkan diri, meraih pencapaian setinggi bintang.
Bulan Mei 1998, peristiwa penembakan mahasiswa di Kampus Trisakti yang saat itu dipilih sebagai tempat studi lanjut oleh lulusan SMA Santa Ursula Jakarta ini, men-disrupt skenario hidup yang dirancangnya. Kerusuhan di seluruh wilayah Ibukota yang tersulut oleh peristiwa Trisakti, menghadapkannya pada pilihan sulit : meninggalkan kenyamanan keluarga, belajar di belantara Singapura, hidup dengan nominal 10 dollar Singapura saja (sekitar Rp 90.000,00) setiap minggunya. Tergilas oleh perubahan di hadapan mata adalah kemungkinan paling kentara yang sekuat tenaga dicampakkannya. Pribadi yang mengaku biasa dan sangat bersahaja ini ternyata punya kekuatan luar biasa. Dengan mindset disruptive-nya, ia menciptakan sendiri kemungkinan berbeda baginya. Kepada pengunjung Pameran Pendidikan Santa Ursula, ia membagikan kiatnya.
Kekuatan pikiran menjadi langkah pertama. Berani berpikir besar, diikrarkannya pada puncak keletihan hidup, saat situasi mendesaknya menerima fakta bahwa hampir tak ada pilihan tersedia. Pikiran besar ini menguatkannya untuk berhenti mengeluh, menggerutu, dan menyalahkan situasi. Pikiran besar ini mendesaknya meyakini bahwa bertahan semata tidaklah cukup, ia harus berjuang. Desakan untuk sungguh berpikir, menemukan cara terbaik, pernah ia alami dari sosok Suster Francesco Marianti, OSU Kepala Sekolahnya semasa SMA dahulu, yang kini menjadi koordinator Kampus Santa Ursula BSD. Maka, seburuk apapun peristiwa yang dialami, tetap ada cara untuk menemukan sisi positifnya.
Selanjutnya, take action! Apa yang dipikirkan hanya bisa diwujudkan bila ada tindakan. Dalam hal ini diperlukan kekuatan hati, ketekunan berusaha, kegigihan bertahan menjalani hal berat dan sulit, dan bersama dengan itu, kerendahan hati serta disiplin diri untuk menyelesaikan sampai tuntas. Kekuatan iman menjadi penentu pada akhirnya. Meyakini bahwa sekecil apapun langkah pada saatnya akan berbuah, karena Tuhan bekerja bersama setiap mereka yang menolak untuk menyerah.
Motivaton Class ini dipandu dua orang moderator : Veronika Vimala Dewi dan Ika Sugianti, Psikolog pendamping siswa di sekolah Santa Ursula BSD, yang juga rekan sesama alumni dari sang pembicara. Dua sessi tanya jawab yang mereka sediakan dimanfaatkan penuh oleh audience yang duduk maupun berdiri memadati aula. Sejumlah konsep ditekankan pada kesempatan ini antara lain mengenai kesuksesan yang tidak dimaknai sebagai pencapaian hasil semata, melainkan juga mengenai seberapa dampak yang bisa diberikan kepada orang lain dari pengembangann talenta yang dilakukan. Saat seorang penanya mengangkat konsep keberuntungan sebagai faktor lain yang menentukan, tertangkap kesan melemahkan peran pribadi berhadapan dengan sesuatu di luar kendali. Meng-counter cara pandang ini, ditegaskan makna keberuntungan sebagai gabungan antara kesempatan dan kesiapan. Tanpa kesiapan yang mengandaikan upaya pribadi sepenuhnya, kesempatan yang datang dari luar, bisa terlewat begitu saja atau tak membuahkan apa-apa.
Begitu banyak pemberian Merry Riana, kisah hidup yang dengan terbuka diungkapkan maupun pembelajaran daripadanya, yang dengan murah hati dibagikan. Seberapa bermakna itu bagi kita? Mari tunjukkan! (Oleh: Josybahi dan Thomas Beny)
[…] Baca Juga: Disruption Mindset, Merry Riana’s Motivation Class at Santa Ursula BSD […]