Model Guru Manakah yang Paling Mendorong Kemajuan Sekolah?

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Dinamika sekolah diantaranya ditentukan oleh frame berpikir semua stake holdernya. Frame berpikir tersebut membentuk cara mereka bersikap terhadap sesuatu. Sikap mereka mendorong mereka bertindak dengan cara tertentu. Cara bertindak menentukan seberapa besar hasil yang mereka peroleh. Dan frame berpikir tersebut dibentuk oleh latar belakang mereka, pengalaman, dan bagaimana pengalaman tersebut dimaknai. Di sini terjadi interaksi dan dialektika.

Menurut Agung Adiprasetyo, interaksi dan dialektika ini membentuk tiga model individu ketika menghadapi tantangan dan permasalahan dalam organisasi, khususnya sekolah. Berikut ini uraiannya.

Model pertama, guru menghadapi rintangan langsung menyerah, lalu balik kanan. Daripada menghadapi persoalan, lebih baik memasukkan kepala ke tanah. Agung Adiprasetyo menganalogikan model ini sebagai burung unta. Guru model ini akan membuat rasionalisasi atau pembenaran dari kebodohan diri sendiri dengan alasan.

Bisa juga dari sononya guru model ini temasuk tipe guru yang lebih baik menyerah daripada bertempur. Mau disebut penakut, lembek, atau pengecut, sama saja. Guru model ini segera berbelok arah ketika mendengar ada potensi gagal karena berbagai alasan. Ia akan merasionalisasi ketidak-terlibatan atau kegagalannya, padahal masalah sesungguhnya cuma kemalasan, ketidak-siapan, atau ketidak-percayaan diri.

Model kedua adalah guru yang mencoba menyiasati keadaan. Ketika menghadapi masalah, orang dari kelompok ini tidak langsung balik kanan. Mereka mencoba mencari jalan keluar. Kalau perlu cari teman untuk membantu menyelesaikan masalah. Ibarat menghadapi tanah longsor ketika mendaki gunung, guru model pertama langsung membatalkan pendakian, sementara guru dari model kedua berusaha mencari kayu, mencari tali, memasang batu, supaya jalur pendakian bisa terlewati dan tetap melakukan pendakian.

Guru model ini biasanya berasal dari kelompok orang-orang moderat. Mereka tidak gampang menyerah, tetapi tidak agresif. Oleh karena itu, mereka biasanya memperoleh hasil lebih baik daripada guru model pertama yang hanya sekedar diam. Model ini bisa dianalogikan seperti kucing. Kucing itu binatang yang moderat, dia bisa berteman dengan binatang seperti anjing. Bisa berteman dengan tikus ketika ia dapat banyak makanan, tetapi bisa berbalik memangsa tikus jika ia kelaparan karena tuannya tidak memberinya makanan.

Model ketiga adalah guru-guru yang bersedia mendobrak untuk mencapai tujuan. Agung Adiprasetyo menganalogikan guru model ini sebagai babi hutan. Ibarat babi hutan yang terus berlari menerobos apapun yang menghalangi, sebelum tujuannya tercapai. Kalau dalam kasus pendaki gunung yang menghadapi tanah longsor, guru model ini akan membongkar tanah longsornya, menyingkirkan timbunan timbunan tanah itu dan berusaha melewati. Guru model ini adalah guru yang maju terus pantang mundur, tidak peduli banyak korban dan ongkos yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan, yang penting hasilnya sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Masalahnya, dari ketiga model tersebut, sekolah membutuhkan guru model yang mana untuk mendorong pertumbuhan? Yang jelas, sekolah tidak membutuhkan guru model burung unta. Guru model ini hanya membebani sekolah. Mereka tidak akan memberi sumbangsih positif bagi pertumbuhan sekolah.

Pertanyaan berikutnya, guru model kedua dan model ketiga, mana yang lebih dibutuhkan? Pertumbuhan hebat dari sebuah sekolah seringkali merupakan hasil dari kepiawaian manajemen memainkan kombinasi, dan mendorong sinergi antara kedua model ini. Pada saat perintisan, mungkin sekolah sangat membutuhkan guru model ketiga. Ketika periode perintisan selesai, untuk memelihara pertumbuhan, sekolah lebih membutuhkan guru tipe kucing. Namun jika ada masalah yang solusinya menemui jalan buntu, maka tetap diperlukan guru tipe ketiga, meskipun itu terjadi dalam periode pertumbuhan. Maka bukan model mana yang lebih diperlukan, dan berada pada tahap mana, tetapi bergantung pada pemimpin memainkan sinergi dan kombinasi antara kedua model guru ini. (Oleh: Sipri Peren / Foto: www.sekolahmenyenangkan.org)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments