Filosofi Jembatan, Sebuah Catatan Refleksi dari Dr. Iwan Syahril Ph.D

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Catatan Refleksi ini disampaikan oleh Dr. Iwan Syahril Ph.D di akhir sessinya pada Seminar Nasional dalam rangka Lustrum ke XV SMA Kolese de Britto pada tanggal 13 Mei 2023 di Yogyakarta. Ini adalah refleksinya terkait episode Merdeka Belajar yang kini sudah mencapai 24 episode.

Bagi Dr. Iwan Syahril Ph.D Merdeka Belajar bukan hanya rangkaian episode program. Merdeka belajar adalah sebuah Gerakan, buat semua yang peduli dengan bangsa ini, semua yang betul-betul berpihak pada sang anak. Menurutnya, gerakan inilah yang akan menguatkan dan mengakselerasi perubahan pendidikan di Indonesia.

Refleksi ini sekaligus sebagai upaya untuk menginspirasi memperkuat gerakan yang sudah ada, dan mendorong gerakan lebih luas lagi, bagi upaya untuk mewujudkan tujuan Merdeka Belajar, episode demi episode.

Dr. Iwan Syahril Ph.D adalah Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menegah, Kementrian Pendidikan,  Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (Redaksi)

Filosofi Jembatan

Bangunlah jembatan, bukan tembok. Jembatan untuk berinteraksi, berkomunikasi dan berkolaborasi. Untuk saling memahami aspirasi. Berdirilah kita di atas kepentingan bangsa dan negara, bukan di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Baca juga : 15 Keahlian Ini Akan Sangat Dicari Oleh Para Pemberi Kerja Dalam 5 Tahun Ke Depan

Carilah jembatan untuk jemput pengetahuan, yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kita adalah pewaris nenek moyang leluhur pendiri republik. Pemimpi dan pejuang untuk gapai cita-cita bersama, merdeka lahir dan batin.

Saya berpikir tentang sebuah revolusi, revolusi belajar, revolusi cara pikir yang syaratkan kita untuk bergerak untuk jawab pangilan kodrat zaman kita.

Tujuan revolusi belajar adalah, melayani. Melayani anak-anak generasi penerus bangsa, para pemimpin masa depan negeri.

Bukan lagi untuk generasi masa kini. Pada generasi masa depan inilah kita titipkan segala asa dan harapan. Semua dipersyaratkan untuk bekerja keras, mempersiapkan lahirnya generasi ini. Kerja keras tanpa pamrih, iklas dan produktif.

Marilah kita berlomba-lomba menjadi jembatan. Besar kecil tak masalah. Jadilah penghubung antara kegelapan dan terang benderang, antara generasi saat ini dan masa depan.  Peliharalah harapan sekecil apapun.

Baca juga : Urgensi Rapor Pendidikan Versi 2.0

Jangan mau kita diadu domba, politik prasangka, dendam dan curiga. Itulah dulu senjata pemerintah kolonial Belanda. Kita semua saudara sebangsa. Tanah tumpah darah kita adalah Indonesia. Indonesia itu bercita-cita memanusiakan, mencerdaskan segenap tumpah darahnya. Mewujudkan kemanusiaan dunia. Dunia yang merdeka damai dan sejahtera, berkeadilan sosial bagi seluruh umat manusia.

Masing-masing kita memikul tanggung jawab, pertama, tanggungjawab untuk diri sendiri. Untuk berkemauan belajar, untuk berubah menjawab kodrat zaman. Kedua, tangung jawab untuk satu sama lain, membantu dan berbagi kemampuan dan keahlian.

Jadilah teman belajar bagi lainnya. Tujuan kita adalah bantu belajar anak-anak kita, di mana saja. Maka belajarlah. Berbagilah. Bantu yang lainnya. Semua kita memikul tanggung jawab ini. Apa yang terbaik untuk anak-anak kita, lakukanlah.

Jangan tunggu perintah, intruksi atau aba-aba. Ambil langkah pertama. Teruskan dengan langkah kedua dan seterusnya. Kita semua melangkah bersama-sama. Dari manapun kita berada. Bahu membahu, maju bersama-sama. Serentak bergerak, wujudkan Merdeka Belajar.

Foto:suluah.com

 

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga : Filosofi Jembatan, Sebuah Catatan Refleksi Dari Dr. Iwan Syahril Ph.D […]