Depoedu.com-Selama kurang lebih 2,5 tahun, pandemi covid-19 memaksa sekolah mengalihkan proses belajar mengajarnya, dari tatap muka ke sistem pembelajaran online.
Pada proses belajar online, guru dituntut menguasai teknologi yang pada saat sebelum pandemi tidak dianggap cukup penting untuk dikuasai. Karena tanpa memakai teknologi pun pada saat itu proses belajar mengajar dapat diselenggarakan.
Oleh karena itu, para guru mau tidak mau dipaksa, untuk beradaptasi tanpa tawar manawar. Banyak yang berhasil, tetapi banyak yang perlu dibantu, melalui proses sinergi, antara guru yang muda dengan guru yang tua.
Namun demikian, di banyak tempat, proses adaptasi ini tidak berjalan dengan baik. Dampaknya, proses belajar murid tidak berjalan dengan baik, bahkan hilang sama sekali.
Proses belajar mengajar yang tadinya dapat berjalan dengan baik, pada saat pandemi terinterupsi karena banyak komponen dari proses belajar mengajar tidak dapat berjalan sama sekali.
Situasi ini tidak hanya menghilangkan potensi proses belajar mengajar. Bahkan terjadi kemunduran dari penguasaan soft skills dan hard skills yang tadinya sudah dikuasai pada saat tatap muka.
Misalnya banyak murid yang menurun sikap disiplinnya. Situasi inilah yang disebut learning loss. Terjadi kemunduran akademik, kehilangan pengetahuan dan skills, baik yang spesifik maupun yang umum.
UNESCO dan UNICEF mengkonversi learning loss tersebut dan menyatakan dalam sebuah laporan bahwa para murid generasi ini kehilangan US$ 17 trilyun atau sekitar Rp 225.000 trilyun, jika pengetahuan dan keterampilan yang hilang tersebut dihitung.
Jumlah tersebut setara dengan 14% dari pendapatan domestic bruto global. Dengan metode yang hampir sama, tim peneliti dari OECD juga menghitung kerugian yang dialami oleh negara-negara termasuk Indonesia. Menurut tim tersebut, kerugian Indonesia akibat learning loss sebesar US$ 4.347 milyar atau sekitar Rp 65 trilyun.
Baca juga : Pramuka Dan Pembentukan Karakter
Kerugian ini akan semakin bertambah jika pemerintah tidak memiliki kebijakan untuk menangani dampak dari learning loss tersebut, juga setelah pandemi.
Sebuah tim yang terdiri dari peneliti Griffith University dan Universitas Pendidikan Ganesha berkolaborasi untuk meneliti dampak learning loss, seperti dilansir pada laman theconversation.com.
Tim tersebut mengeluarkan tujuh rekomendasi penting untuk menangani dampak dari learning loss dan antisipasi jika muncul kembali situasi seperti pandemi melanda dunia pendidikan, sebagai berikut.
Pengembangan infrastruktur digital
Pandemi covid-19 menggambarkan pentingnya percepatan peningkatan infrastruktur digital. Hingga kini secara global populasi dunia yang memiliki akses internet sebanyak 60 persen.
Sedangkan penggunaan internet di Indonesia masih di bawah angka populasi global tersebut, yakni 54 persen dari total populasi Indonesia. Kondisi ini menjadi hambatan yang serius bagi upaya pengembangan sistem pembelajaran digital.
Di samping akses internet, perlu dibangun pusat teknologi pembelajaran digital tersentralisasi dan berfokus pada masa depan. Ini akan menjadi solusi lengkap untuk pembelajaran jarak jauh.
Tampaknya saat ini Indonesia sedang mengerjakan salah satu infrastruktur digital dengan hadirnya platform belajar.id dan mendorong guru untuk memanfaatkan akun tersebut dalam proses belajar mengajar.
Tantangannya adalah bagaimana agar konten platform belajar.id ini terus diperbaharui sehingga selalu tersaji informasi baru yang memudahkan guru dalam bekerja.
Meningkatkan keterampilan mengajar online
Meskipun saat ini dunia pendidikan telah memasuki proses belajar tatap muka, namun keterampilan mengajar online tetap perlu dikuasai.
Meskipun selama masa pandemi para guru telah mengalami peningkatan kemampuan mengajar online, namun masih banyak keterampilan teknis yang perlu dikuasai.
Baca juga : Memaksa Murid Memakai Jilbab, Muncul Kembali Di Sekolah Negeri
Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan kapasitas yang berkesinambungan. Selain untuk meningkatkan keterampilan guru tetapi juga untuk meningkatkan rasa percaya diri guru untuk mengajar secara online.
Di samping pelatihan untuk peningkatan kapasitas, guru perlu didorong agar di sekolah-sekolah dibentuk tim teknis untuk memberikan dukungan teknis kepada guru. Tentu saja tim ini memiliki kemampuan yang lebih daripada guru.
Mendorong pembelajaran campuran
Agar kemampuan guru dan murid dalam pembelajaran online tidak hilang, maka guru dan murid perlu didorong agar selain pembelajaran tatap muka digunakan juga strategi pembelajaran campuran.
Dalam pembelajaran campuran ini terjadi sebuah kombinasi antara sessi pembelajaran online dan tatap muka untuk diterapkan secara lebih luas dan konsisten.
Ini perlu diupayakan karena berdasarkan hasil suvey, 95% guru dan murid di Indonesia menyukai pembelajaran online sekaligus tatap muka.
Diharapkan pembelajaran campuran dapat menjadi solusi efektif untuk memperbaiki dampak learning loss saat ini dan sekaligus sebagai antisipasi jika situasi seperti covid-19, berulang di masa yang akan datang.
Menanamkan kemampuan belajar berkelanjutan
Seperti dicetuskan oleh PBB, penting penanaman sustainable development goals (SDGs) dalam kurikulum. Murid dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mengatasi tantangan untuk mencapai keberlanjutan.
Proses belajar mengajar dirancang agar murid memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan untuk tetap sustain dalam berbagi hambatan. Melalui program-program yang menekankan pada kepekaan dan kesadaran sosial.
Digitalisasi proses pembelajaran
Untuk mengantisipasi situasi seperti pandemi, perlu dilakukan digitalisasi proses belajar sehingga proses belajar terus berjalan, karena opsi belajar online tetap mengandung kelemahan, baik dari sisi guru maupun dari sisi dukungan teknologi.
Baca juga : Empat Kebiasaan Buruk Yang Dapat Memicu Stroke
Misalnya data kelemahan dalam hal bagaimana melibatkan para murid dalam proses belajar dan menyelenggarakan proses evaluasi hasil belajar.
Untuk itu, saat ini sedang diteliti penggumaan artificial intelligence (kecerdasan buatan). Diharapkan opsi ini dapat bermanfaat dalam upaya mengurangi dampak learning loss di tingkat individu.
Diharapkan penggunaan machine learning dapat berguna dalam mengukur dan memahami tingkat pembelajaran mandiri para murid.
Menggunakan data dalam pembelajaran
Penggunaan data analitik selain untuk menilai tingkat kehilangan pembelajaran, tetapi juga memungkinkan para pendidik merancang strategi belajar yang lebih responsif terhadap kebutuhan murid secara lebih individual.
Dengan data analitik, kebutuhan belajar murid juga dapat dikenali secara individual. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan murid secara individual.
Menyertakan perguruan tinggi dalam penelitian
Informasi tentang learning loss terkait pendidikan dasar hingga menengah banyak kita dapati karena hingga kini banyak penelitian terkait jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Belum banyak, bahkan belum ada penelitian tentang learning loss di perguruan tinggi. Padahal learning loss juga tejadi di jenjang pendidikan tinggi.
Oleh karena itu perlu ada penelitian tentang learning loss di perguruan tinggi, karena upaya pemulihan pendidikan tinggi memerlukan data tersebut.
Itulah tujuh langkah yang perlu dilakukan untuk menangani learning loss di lembaga pendidikan. Tujuh rekomendasi ini juga terkait pemulihan proses belajar mengajar pasca pandemi, tetapi juga merupakan langkah antisipasi jika situasi pandemi terjadi kembali.
Foto:Among Guru