Depoedu.com-Kementerian Pendidikan Republik Rakyat Cina (RRC) meluncurkan kampanye baru dalam rangka menyiapkan masyarakat terutama generasi mudanya menghadapi perkembangan Artificial Intelligence (AI) di antaranya melalui pendidikan.
Di bidang pendidikan, kampanye tersebut akan berfokus pada dua langkah spesifik di antaranya untuk membekali terutama para pejabat birokrasi di bidang pendidikan dan para guru di sekolah agar mereka lebih siap melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap perkembangan AI yang akan semakin cepat dan masif dengan berbagai dampaknya.
Ini adalah fokus pertama. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka fokus pertama ini adalah mendorong pembelajaran AI di sekolah dasar hingga menengah melalui pendekatan pembelajaran integratif dengan mata pelajaran yang lain.
Untuk menyukseskan fokus ini, pemerintah seperti dilansir pada laman Xinhua.net, akan mengumpulkan para ahli di bidang AI dan ahli metodologi pembelajaran untuk mendiskusikan dan merumuskan bagaimana pembelajaran tentang AI dapat dilakukan secara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Selain itu pemerintah akan memberikan dukungan lain terhadap dunia pendidikan melalui upaya membangun platform untuk pertukaran informasi tentang pendidikan digital secara internasional agar dunia pendidikan; guru dan pejabat birokrasi pendidikan lebih cepat beradaptasi dan jika perlu melakukan antisipasi yang diperlukan.
Baca juga : Sosok Guru Ngaji Asal Yogyakarta Ini Dijuluki Sebagai Pahlawan Al Qur’an Dunia
Pelatihan intensif terkait AI dilakukan untuk melatih guru-guru. Kepala sekolah-kepala sekolah aktif mendorong para guru untuk mengambil kesempatan untuk memperdalam pengetahuan tentang AI dan meningkatkan skill dan penguasaan metode pengajaran terkait pengembangan AI.
Secara keseluruhan fokus pertama ini bertujuan meningkatkan literasi dan keterampilan pendidikan digital di kalangan para guru dan pejabat birokrasi pendidikan sebagai pelaku utama pendidikan AI. Mereka diharapkan menjadi pelaku peletak dasar standarisasi etika penerapan AI.
Proses tersebut, akan dimulai dengan pilot proyek penerapan platform pendidikan AI untuk sekolah dasar dan menengah di wilayah Guangdong, Hainan, Xizang, Qinghai, Ningxia dan Xinjian.
Fokus kedua adalah mengajari para murid di sekolah-sekolah dan mahasiswa di universitas tentang cara belajar, tentang cara berinovasi dan berkreasi, dan beralih dari upaya memperoleh pengetahuan seperti berlangsung selama ini.
Hal ini ditegaskan oleh Xiong Bingqi, Direktur Institut Penelitian Pendidikan Abad 21. Menurutnya perlu dilakukan penyesuaian di dunia pendidikan. Para murid tidak lagi diajari tentang bagaimana memperoleh pengetahuan, melainkan diajari tentang bagaimana belajar di tengah arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Baca juga : Hidup Sebagai Alat Kebenaran-Nya
Selain belajar tentang bagaimana belajar, mereka harus dilatih melakukan inovasi, dikembangkan kreativitasnya. Maka minat membaca harus didorong secara maksimal, pembentukan sikap ilmiah harus diupayakan dan beri ruang untuk berkreasi di sekolah secara maksimal.
Menurut Xiong Binggi, AI dan manajemen big data telah menjadi jurusan baru yang sangat populer di universitas-universitas di China. Ini sesuai dengan tujuan menumbuhkan talenta digital agar masyarakat dapat beradaptasi di era digital yang akan mengubah secara signifikan pasar kerja di masa yang akan datang.
Namun jika yang dilakukan melalui jurusan-jurusan baru itu hanya upaya memperoleh pengetahuan saja, maka China akan terus tertinggal beberapa langkah di belakang. Maka pendidikan harus beralih ke arah belajar tentang cara belajar, inovasi dan pengembangan kreativitas para murid sedini mungkin.
Itulah yang dilakukan oleh RRC. Mereka tidak hanya menyiapkan pelajar dan mahasiswa untuk memiliki kemampuan adaptasi terhadap perubahan tetapi juga kemampuan untuk melakukan antisipasi melalui upaya pengembangan kemampuan belajar, kemampuan inovasi dan kreativitas.
Bagaimana dengan Indonesia? Apa yang sudah dilakukan untuk menyiapkan pelajar dan mahasiswa menghadapi perubahan? Pendidikan kita masih jauh dari menyiapkan pelajar dan mahasiswa untuk beradaptasi apalagi kemampuan antisipasi.
Foto: Cyberthreat.id