Depoedu.com-Masyarakat Indonesia, menurut laporan Firma riset digolongkan sebagai masyarakat yang kecanduan menggunakan gadget. Riset tersebut menyimpulkan bahwa tahun 2022, orang Indonesia menjadi pengguna gadget tertinggi karena menghabiskan waktu 5,7 jam sehari menatap layar gadget.
Jumlah waktu menatap layar gadget orang Indonesia ini meningkat dari survei lembaga yang sama tahun 2019, yakni 3,9 jam sehari. Masyarakat di dunia yang hampir menyamai kecenderungan orang Indonesia adalah Brasil, Arab Saudi, Singapura dan Korea Selatan.
Hal ini terjadi karena algoritma pada semua aplikasi yang digunakan rutin menyajikan konten yang secara psikologis dan emosional mengkondisi pengguna untuk memikat, melibatkan, hingga membuat pengguna ketagihan sehingga lupa waktu ketika sedang menggunakan gadget.
Itulah yang dilakukan oleh perancang aplikasi pada umumnya. Bahkan aplikasi seperti Instagram dirancang untuk memanfaatkan respon dopamin pengguna untuk melibatkan secara aktif, oleh karena itu sangat mungkin membuat pengguna aplikasi ketagihan.
Baca juga : Di Usia Berapa Seorang Anak Boleh Diberi Gadget Oleh Orang Tua?
Akibatnya, para pengguna aplikasi tidak hanya kehilangan waktu untuk melakukan banyak hal yang secara nyata dibutuhkan untuk pertumbuhan kepribadian, pertumbuhan fisik dan sosial, bahkan membahayakan kesehatan mental para pengguna.
Hal inilah yang membuat puluhan negara bagian di Amerika Serikat menggugat Meta, yang membawahi Facebook dan anak perusahaannya, Instagram. Meta dituduh berkontribusi memicu krisis kesehatan mental anak muda dan membuat anak muda kecanduan.
Ini juga menjadi tantangan keluarga dan sekolah dalam pembentukan karakter anak, karena pembentukan karakter hanya sunguh-sungguh terjadi ketika anak muda berinteraksi dengan orang lain, di mana anak muda melakukan semua tuntutan tugas perkembangannya.
Agar karakter anak terbentuk dengan baik, anak muda harus memasuki medan interaksi tersebut dan menghadapi semua tuntutan termasuk menyelesaikan masalah, mengolah respon emosinya, beradaptasi dengan cara berpikir, termasuk tuntutan gerak fisik untuk pembentukan fisiknya.
Baca juga : Dibuka PPG Prajabatan Gelombang 3, Tersedia Beasiswa Bagi Yang Lulus Tes
Untuk menghadapi ini, anak muda harus berpikir keras, menghadapi berbagai benturan, menyelesaikan masalah yang sulit, melakukan adaptasi. Jika semua masalah pada semua interaksi dengan orang lain diselesaikan satu persatu, itu berarti anak muda sedang membentuk karakternya.
Dan aplikasi media sosial seringkali menyederhanakan proses tersebut, bahkan menghilangkannya. Agar anak muda betah berlama-lama dengan aplikasi media sosial, disediakan konten-konten hiburan yang menarik anak muda untuk keluar dari keharusan untuk menghadapi tantangan mereka.
Karakter seperti apa yang dapat dibentuk pada anak muda jika mereka gemar mengakses konten hiburan untuk memenuhi hasrat memperoleh kesenagan dan lari dari keharusan untuk menghadapi tantangan mereka.
Gadget dan aplikasi dengan demikian berpotensi menghambat pembentukan karakter anak muda. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu dilatih untuk mendampingi anak muda agar mereka dapat terus bertumbuh karena menggunakan gadget di tangan mereka dengan cara yang benar.
Foto: Mommyasia