Depoedu.com-Saat ini dampak pemanasan global telah sunguh-sungguh dialami di berbagai belahan dunia, terutama di Asia. Ditandai dengan naiknya suhu bumi di beberapa negara Asia, dengan munculnya cuaca panas ekstrim yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tahun ini, salah satu kawasan Asia yang mengalami suhu panas ekstrim tersebut adalah wilayah Asia selatan seperti Bangladesh, Myamar dan India. Suhu bumi paling ekstrim terasa di kota Kmarkhli Bangladesh yang mencapai 51,2 derajat Celsius pada tanggal 17 April 2023.
Suhu bumi ekstrim juga terasa di kota Chauk Myanmar yang mencapai 45,3 derajat Celsius dari tanggal 14-18 April 2023. Suhu bumi ekstrim juga terjadi di dua kota di India yakni kota Prayagraj Ghopur, dan kota Bundi hingga mencapai 46,6 derajat Celsius dalam beberapa hari.
Cuaca panas ekstrim ini di India, memicu lebih dari 300 kebakaran hutan, meninmbulkan asap beracun hingga membunuh puluhan jiwa. Sebelumnya di berbagai tempat, pemanasan global telah berdampak pada munculnya gelombang pasang air laut dengan berbagai dampaknya.
Perubahan ini dikhawatirkan menjadi semakin buruk jika tidak ada tindakan drastis yang dilakukan manusia untuk mencegahnya. Kesadaran akan dampak buruk pemanasan global ini, mendorong negara seperti Singapura mengambil langkah strategis untuk melakukan upaya antisipasi.
Kurang lebih ada tiga langkah yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Singapura yakni memasukkan materi pelestarian lingkungan dalam kurikulum sekolah, mendorong sikap peduli lingkungan di kalangan murid dan membangun infrastruktur ramah lingkungan di sekolah. Berikut uraiannya.
Kurikulum Pelestarian Lingkungan
Kementrian Pendidikan Singapura berupaya menanamkan sikap peduli lingkungan sejak dini dengan memasukkan materi pelestarian lingkungan ke dalam kurikulum sekolah. Selain itu, ada juga materi mengenai pemanasan global, polusi udara, penggundulan hutan dan materi tentang ketahanan pangan.
Baca juga : SD Sint Carolus Bengkulu Gelar Karya, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Meskipun materi-materi tersebut telah disiapkan oleh Kementrian Pendidikan, namun sekolah juga diberi otonomi untuk merancang sendiri bahan-bahan, bahkan program yang sesuai dengan kebutuhan para murid di masing-masing sekolah.
Kata seorang guru Sains seperti dilansir pada laman chanelnewsasia, pendidikan tentang iklim dan kelestarian lingkungan telah berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Debbie See, nama guru tersebut, kebutuhannya sangat mendesak sekarang.
Mendorong sikap peduli lingkungan pada murid
Untuk mendorong sikap peduli lingkungan di kalangan murid, tidak hanya diupayakan melalui pengajaran di kelas melainkan juga melalui aktivitas keseharian murid di sekolah, seperti mengurangi sampah makanan dengan menghabiskan jatah makan di sekolah.
Kegiatan ini, selain berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan juga berkaitan dengan ketahanan pangan dan kepedulian sosial. Selain karena makanan yang tersedia melalui upaya banyak orang, juga karena ada banyak orang di tempat lain, tidak memiliki makanan untuk dimakan.
Murid yang makanannya habis, akan mendapatkan cap, yang nanti dapat ditukar dengan stiker atau pin. Di sekolah-sekolah, sisa makanan di kantin, dikumpulkan oleh para murid, dimasukkan ke dalam alat pengurai yang akan mengubahnya menjadi kompos untuk menjadi nutrisi bagi taman sekolah.
Di sekolah-sekolah dibentuk tim hijau yang terdiri dari 3-4 orang perkelas. Selain memimpin kelas merawat taman, mereka juga merawat tanaman hidroponik di lingkungan sekolah yang menggunakan panel surya. Selain itu, mereka juga mengawasi dan merencanakan aktivitas sehari-hari, termasuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan seperti perayaan hari bumi.
Baca juga : Filosofi Jembatan, Sebuah Catatan Refleksi Dari Dr. Iwan Syahril Ph.D
Menurut Anita, seorang guru di SMP Bukit Batok Singapura, melibatkan murid dalam upaya pelestarian lingkungan di sekolah disambut dengan antusias oleh para murid. Menurutnya, para murid harus dilibatkan mulai dari sekarang karena mereka adalah penjaga planet ini di masa depan.
Membangun infrastruktur ramah lingkungan di sekolah
Untuk mengurangi emisi karbon, langkah lain yang dilakukan Kementrian Pendidikan Singapura adalah memasang panel surya melalui program Solar Nova. Melalui program ini pada bulan April yang lalu, telah di pasang panel surya di atap 180 sekolah di Singapura.
Program ini merupakan lanjutan program yang sudah dimulai sejak tahun 2021. Ketika itu panel surya baru dipasang di 40 sekolah. Dengan demikian pemasangan panel surya tahun ini mencapai 3 kali lipat dari capaian tahun 2021.
Kementrian Pendidikan Singapura mendorong sekolah-sekolah melanjutkan inisiatif dengan peningkatan infrastruktur lainnya seperti penggunaan lampu LED, kipas angin yang digantung di langit-langit kelas, dengan menggunakan daya dari panel surya.
Inisiatif lain yang muncul di banyak sekolah adalah pertanian hidroponik dengan menggunakan daya dari panel surya. Selain itu, banyak sekolah di Singapura tengah mencari cara untuk berkolaborasi dengan mitra komunitas dan organisasi lingkungan untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada para murid.
Itulah yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Singapura untuk mengedukasi para murid agar memiliki sikap peduli pada perubahan iklim dan dampaknya pada lingkungan hidup. Kita tunggu langkah konkrit yang sama, dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia.
[…] Baca juga : Cara Singapura Mengedukasi Murid Tentang Dampak Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan Hidup […]