Depoedu.com – Sebagian besar kita percaya bahwa kuliah adalah jalan terbaik meraih sukses. Mereka yang kuliah bisa dapat kerja bagus. Gaji tinggi. Jadi orang sukses. Punya masa depan. Yang tidak kuliah susah untuk sukses. Tidak punya masa depan.
Hal ini mendorong para orang tua mencari tempat kuliah terbaik bagi anak nya. Pertimbangan utamanya tentu prospek kerja setelah lulus. Banyak yang beranggapan bahwa fakultas atau kampus tertentu lebih berpeluang menjamin anaknya dapat pekerjaan setelah lulus.
Bagi sebagian anak, kuliah adalah kehendak orang tua. Pilihan fakultas atau kampus adalah kemauan orang tua. Jika tidak atas pilihan orang tua, pertimbangan memilih kampus atau fakultas sekali lagi atas dasar prospek setelah kuliah. Tidak lain, agar dapat kerja bagus, bergaji tinggi. Lalu sukses. Ada lagi sebagian orang. Calon mahasiswa yang kuliah hanya mendapatkan status mahasiswa. Biasanya kelompok ini, tidak peduli apa fakultas ataupun kampus.
Padahal, pilihan terbaik program studi apa yang diambil saat kuliah adalah berdasarkan bakat dan minat. Ada kompetensi dasar yang sudah dimiliki, yang diperdalam pada saat kuliah. Kenyataannya banyak lulusan tidak memiliki kompetensi dari tempat kuliahnya. Bekerja tidak sesuai bidang keahlian yang dipelajari selama kuliah. Ada yang belum mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Banyak dari mereka yang bahkan tidak menyelesaikan kuliahnya.
Yang paling ideal adalah seseorang yang kuliah sesuai minat dan bakatnya. Mengambil fakultas favorit pada kampus terbaik. Kemudian lulus tepat waktu, dengan standard penilaian tertinggi.
Bagaimana kalau setelah lulus kuliah, bidang pekerjaan tersebut sudah tergantikan oleh perkembangan teknologi terkini? Hari ini, segala hal berubah. Banyak profesi tergantikan oleh teknologi. Manusia digantikan oleh system komputasi. Robot dan computer membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya.
Hari ini, perubahan dicirikan dengan empat elemen. Lebih dikenal dengan istilah VUCA. Ciri perubahan yang pertama adalah Volatility. Perubahan terjadi dengan pesat. Gejolak perubahan berlangsung dengan sangat cepat. Dalam skala besar. Kemajuan teknologi informasi merubah secara luar biasa banyak hal di dunia. Semua serba ‘on line’. Ribuan karyawan bank di seluruh dunia kehilangan pekerjaannya. Petugas gardu tol tak lagi dipakai. Taksi konvensional kalah oleh taksi online. Banyak hotel sepih karena wisatawan bisa mencari tempat menginap lain dengan harga aman bagi kantong dan nyaman bagai di rumah sendiri. Koran-koran kehilangan oplah. Ketika banyak orang masih gagap dengan internet 4 G, sekarang sudah muncul yang 5 G.
Kedua; Uncertain. Perubahan saat ini sangat sulit diprediksi. Apa yang menyebabkan suatu perubahan, dan apa akibat yang terjadi kedepan tidak dapat diduga dengan akurat. Bisa jadi, di masa depan banyak profesi yang akan punah. Pengajar, dokter, penasehat hukum akan kehilangan pekerjaannya ketika informasi dari mereka digantikan oleh aplikasi. Bisa jadi perawat dirumah sakit digantikan oleh robot. Keahlian bahasa asing mungkin akan segera digantikan oleh aplikasi alihbahasa.
Berikutnya adalah; Complex. Perubahan terjadi pada banyak dimensi kehidupan sekaligus. Tantangan kedepan menjadi sangat rumit karena saling terkait antara satu factor dengan factor yang lain. Aplikasi on line merubah pasar dan pola konsumsi. Orang tidak harus ke restoran. Tinggal buka aplikasi, makanan yang dipesan diantar ke rumah. Karyawan restoran berkurang. Orang bisa menjual dan membeli apapun secara on line. Toko-toko mengurangi karyawannya..
Kompetensi alih bahasa asing yang digantikan oleh aplikasi berdampak pada fakultas-fakultas bahasa. Jika profesi alih bahasa diganti aplikasi, bagaimana dengan tenaga pengajar dan karyawanya?
Dan ciri keempat adalah Ambiguous. Hal-hal, kejadian yang berubah menjadi sangat tidak jelas. Mata rantai akibat dari suatu perubahan sangat membingungkan. Apa yang bakal terjadi akibat dari suatu perubahan menjadi tidak jelas terlihat. Terjadi kebingungan besar akan bagaimana menghadapi perubahan.
Benar bahwa kuliah adalah salah satu cara terbaik mengakses pekerjaan. Namun kuliah bukan satu-satunya jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Maka jangan sampai kuliah hanya untuk memperoleh gelar. Gelar yang dipakai untuk melamar pekerjaan. Jangan sampai gelar akademik hasil kuliah lebih penting dari pada kompetensi.
Jika kuliah hanya agar dapat pekerjaan tertentu bisa jadi jenis pekerjaan itu sudah punah bahkan sebelum kuliah berakhir. Jika demikian kuliah buat apa? Apa saja yang harus sungguh dipersiapkan saat kuliah ditengah VUCA perubahan?
Charles Darwin, pengide Evolusi mengatakan “it is not the strongest of the species that survives, not the most intelligent, but the one responsive to change”. Hanya kemampuan menyesuaikan diri lah yang memungkinkan Anda tidak tergilas oleh perubahan.
Kuliah adalah proses mempersiapkan diri. Kemauan untuk mengejar dan meraih sejumlah kompetensi. Kompetensi yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan. Apa saja yang harus dipelajari saat kuliah?
Pertama: Kemampuan berpikir. Secanggih apapun teknologi, ‘otaknya’ tetaplah diisi oleh seorang programmer. Logikanya pasti hanya dibatasi oleh system komputasi yang diinstal oleh programmernya. Sementara otak manusia menyimpan dan memproses informasi dalam kapasitas yang tidak terbatas. Kemampuan berpikir harus dilatih terus menerus. Dari banyak metode, kemampuan berpikir dapat dilatih dengan tiga metode sederhana. Ialah teknik-teknik mengingat, membuat peta pikiran dan membaca cepat. Mengenai ini dapat dibaca pada “Terampilkah Anak Anda Dalam Belajar?” di www.depoedu.com, pada 04.07.2019.
Kemampuan berpikir sistematis, kemampuan mencari akar masalah dan memecahkannya adalah kompetensi lain yang harus dimiliki seorang mahasiswa.
Kemampuan berpikir juga dapat ditingkatkan dengan mempelajari lebih banyak hal. Tidak hanya bidang keilmuan sesuai program studi yang diambil. Kuasai setiap yang dipelajari. Dan pastikan menjadi paling unggul dalam setiap hal yang dapat diukur. Tidak ada tempat bagi nomor dua. Maka jadilah yang terbaik.
Kedua, Belajar untuk menjadi semakin manusiawi. Memahami dirinya sendiri dan orang lain. Memberi empati. Secanggih apapun robot, secanggih apapun sebuah mesin ia tidak memiliki kemapuan untuk berempati. Robot tetap robot, tidak akan menjadi manusia.
Sementara dewasa ini manusia cendrung menjadi robot. Menjadi mesin. Ketika melihat kecelakaan di jalan, banyak orang berubah jadi CCTV, merekam kejadian sebanyak mungkin dan memviralkannya. Alih-alih menolong korban kecelakaan.
Apapun pilihan profesi seseorang, ia akan selalu berhubungan dengan manusia lain. Pelajari kemampuan untuk dapat bekerjasama dalam team, menghargai perbedaan, bernegosiasi, berkordinasi. Jika benar anekdot yang mengatakan bahwa salah satu kunci sukses adalah “memiliki orang dalam”,maka kemapuan-kemampuan social seperti ini sangat dibutuhkan. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di kampus adalah wajib bagi setiap mahasiswa. Ini adalah cara membangun dan memperluas jaringan -‘orang dalam’-.
Menjadi semakin manusiawi juga berarti belajar untuk menjadi diri sendiri. Punya prinsip. Memiliki daya tahan terhadap stress. Kemampuan mengolah emosi negative. Gigih berusaha dan pantang menyerah. Sehimpunan kemampuan yang dikenal sebagai Kemampuan Emosional dan Spiritual.
Ketiga, pelajari sebanyak mungkin hal, agar bisa menciptakan peluang kerja bagi diri sendiri. Jangan sampai kuliah hanya agar dapat mencari dan mendapatkan pekerjaan. Belajar dan berlatihlah agar dapat menciptakan kesempatan kerja sendiri. Sukses adalah kondisi dimana kesiapan bersinergi dengan kesempatan. Maka yang harus dimiliki seorang mahasiswa adalah menjadi siap sekaligus menciptakan kesempatan bagi dirinya sendiri. Menjadi siap dengan belajar dan menguasai sebanyak mungkin pengetahuan dan keterampilan. Sambil jeli melihat dan menciptakan peluang atau kesempatan kerja bagi dirinya.
Hasil tidak pernah menghianati proses. Tidak ada sukses yang diraih tanpa kerja keras. Di antara kerja keras itu terdapat kerja cerdas. Kerja cerdas adalah nama lain dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. (Foto: setkab.co.id)
*Tentang VUCA, terinspirasi dari materi training “APP Culture House” oleh team APP Academy, pada 14 Mei 2019 di PT. KKM Karawaci
Tulisannya bagus. Berharap tulisan seperti ini dibaca banyak orang. Kemampuan beradaptasi menentukan siapa kita ditengah perubahan. Orang yg bisa beradaptasi adalah orang yg memiliki soft skill. Kuliah harusnya sarana untuk mengembangkan soft Skill.
[…] Baca Juga : Mengapa Harus Kuliah? […]