Cerita Sebutir Nasi; “Jangan Sisakan Aku di Piringmu”.

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Aku menunggu suapan terakhirmu. Berharap sendok di tanganmu meraihku ke mulutmu. Memberi sedikit lagi tenaga bagimu. Piring putih ini terlalu besar buatku. Aku menunggumu. Karena aku tahu kini hanya satu-satunya aku dan pasti disuapan terakhirmu aku akan menyusul saudara-saudaraku yang lain, masuk ke tubuhmu memberi tenaga bagi ragamu.. Aku melihat sendokmu mengarah padaku. Mataku terpejam. Menahan napas. Menunggu. Dan…dan….

Aku senang sekali. Mendengar guman lirihmu, ”Bapa di Surga, aku mengucap syukur atas anugerah-Mu. Berkatilah makanan ini, juga mereka yang menjadi perantara ini buatku. Bapa, berkatilah juga sesamaku yang hari ini tidak sempat menikmati sama sepertiku. Terima kasih Bapa. Amin!”

Tahukah kamu? Untuk menghasilkan bibitku terbaik memerlukan penelitian yang serius di laboratorium milik LIPI yang canggih itu. Di sana ada puluhan orang -dengan latar belakang keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan belasan tahun- bekerja dengan serius.

Bibit terbaik hasil penelitian itu harus direndam 24 jam lamanya, dengan memperhatikan serius kelembapan, suhu dan pencahayaan, 24 jam kemudian harus diperam baru kemudian disebar ke persemaian. Akar dan daun pertamaku tumbuh dihari ke 3 hingga hari ke 5. Pak Tani harus menunggu 20 hari lamanya dari benihku disebar di persemaian, hingga siap dipindahtanamkan. Selama masa itu Pak Tani harus menyiapkan sawah agar benihku siap ditanam. Ia harus membajak, memacul berkali-kali, membolak balikan tanah, lagi dan lagi, menyiapkan sawah untukku tumbuh.

Setelah ditanam benihku harus melalui fase pertumbuhan vegetatif 45 hingga 65 hari lamanya. Fase dimana sejak hari pertama ditanam, tumbuh anakan hingga keluar malai yang siap membentuk bulir-bulir padi.

Setelah malai keluar pada rumpunku, 35 hari lamanya Pak Tani terus merawatku, memberiku pupuk terbaik agar bulir-bulirku penuh berisi selama proses generatif ini. Hari-hariku masih panjang. Masih ada banyak kerja berat dan keras Pak Tani selama prose pematangan, 30 hari lagi lamanya. Saat proses ini bulir-bulirku yang sudah penuh berisi itu tentu saja mengundang hasrat makhluk ciptaan lain untuk memakanku. Ratusan tikus hingga ribuan pipit silih berganti datang dan siap menjadi petarung hebat dengan Pak Tani menjadikannku taruhan. Sama-sama demi bertahan hidup.

100 hingga 130 hari lamanya dari mulai disemai baru aku boleh dipanen.

Setelah dipanen bulir-bulirku harus dipisahkan dari tangkai. Kemudian gabah harus dikeringkan dulu di bawah terik matahari seminggu lamanya. Lalu masuk penggilingan, yang memisahkan gabahku. Dari padi aku menjadi beras.

Belum berhenti di sini. Berasku harus naik kendaraan menuju gudang sentra beras, dari sana menuju pasar, dari pasar barangkali singgah dulu ke kios baru kemudian aku sampai ke dapurmu.

Dan setelah itupun berasku harus dimasak agar aku siap menjadi nasi untukmu makan.

Berapa ratus orang yang terlibat mengantarku dari hari pertama disemaikan hingga masuk ke piringmu? Berapa tetesan keringat dan doa yang tercurah selama hari-hari padiku tumbuh hingga menjadi beras kemudian menjadi nasi di piringmu? Usaha keras para peneliti bibitku, keringat para pembuat mata bajak, keringat setiap petani, keringat mereka di pabrik pupuk, buruh di penggilingan padi, para supir truk pengangkut, buruh pikul di pasar. Kerja keras, harapan dan doa merekalah yang mengantarku sampai ke piringmu. Bukankah satu butirkupun adalah berkat dari Pencipta kita?

Dan teganya kamu menyisakan sebutir aku di piringmu?

* * * * *

Liputan.com (09-10-2017) menulis bahwa jumlah makanan yang dibuang di seluruh dunia mencapai 1.3 milyar ton. Seorang konsumen Eropa dan Amerika Utara membuang 104 kilogram, sedangkan warga Afrika Sub-Sahara dan Asia menyia-nyiakan 8 kilogram. Setiap tahun, para konsumen di kawasan-kawasan kaya dunia menyia-nyiakan 222 juta ton makanan yang hampir setara dengan keseluruhan produksi pangan di Afrika Sub-Sahara (230 juta ton).

Jika setiap orang menyisakan satu butir nasi setiap hari, dengan jumlah penduduk di Indonesia sekitar 250 juta jiwa, maka dalam sehari sekali makan, akan terdapat 250 juta butir nasi yang terbuang sia-sia. Jika dikonversikan kedalam kilo gram, dimana 1 gram berisi 50 butir beras maka 250 juta butir nasi sama dengan 5.000 kg atau sekitar 5 ton yang akhirnya akan dibuang setiap hari dalam satu kali makan.

Fakta lain tidak kalah mengejutkan. Kepala perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders, menyatakan bahwa sebanyak 13 juta ton makanan di Indonesia dibuang setiap tahunnya. Padahal jumlah tersebut sama saja dengan jumlah kebutuhan makan 11% populasi Indonesia atau sekitar 28 juta penduduk! Dan angka tersebut hampir sama dengan jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2015 (BPS).

Sementara itu, menurut Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sebanyak 4000 ton sampah makanan siangkut setiap hari. Sampah-sampah ini tidak hanya dari sisa makanan saat produksi tapi juga dari sisa makanan yang tidak habis dikonsumsi.

Pada saat yang hampir bersamaan, tingkat kelaparan di seluruh dunia terus meningkat. Pada tahun 2016, sebanyak 815 juta orang menderita kelaparan, jumlahnya meningkat 38 juta orang dibanding 2015. Laporan tersebut dikeluarkan oleh lima badan PBB, yakni Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Dana Internasional dan Pembangunan Pertanian (IFAD), Dana Anak-Anak (UNICEF), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam diskusi bertemakan “Hari Pangan 2017: Kedaulatan Pangan VS Perdagangan Bebas”, pada 06 Oktober 2017 lalu Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih memaparkan berdasarkan laporan dari Global Hunger Index (GHI) tahun 2017 yang juga salah satu sumber datanya dari FAO, menunjukkan skor indeks kelaparan Indonesia sebesar 22 dan berada pada skala serius. Lebih jauh GHI memberi laporan pada tahun 2008 indeks kepelikan kelaparan Indonesia menunjukkan angka 28,3. Selama kurun waktu 2008-2016, Indonesia masih tetap berada di level serius.

Eduers, bagaimana dengan makanan di piring Anda? “Membuang makanan tak ubahnya mencuri dari meja orang miskin dan kelaparan,” pesan Paus Fransiskus dalam sebuah kesempatan.

Hal sederhana bisa dilakukan. Hal sederhana yang bisa memberi dampak luar biasa. Saat belanja pilihlah bahan makanan yang tampilannya kurang menarik. Sedikit cacat tidak akan mengurangi nutrisi yang terkandung padanya. Pilih makanan yang mendekati tanggal kedaluarsa. Benar bahwa tanggal kedaluarsa dibuat untuk alasan kesehatan, tapi juga tidak dipungkiri bahwa berlakunya tanggal kedaluarsa bisa jadi adalah startegi marketing untuk menjamin perputaran penjualan lebih cepat.

Dan satu hal terakhir, saat makan; ambillah makanan secukupnya dan habiskan!

(Disarikan dari berbagai sumber, oleh Senuken)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments