Delapan Puluh Tahun Indonesia Merdeka; Antara Usia Kalender dan Usia Perkembangan Sebagai Bangsa

DEPO Topik
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com Usia kalender atau usia kronologis sebuah bangsa adalah usia yang dihitung berdasarkan penanggalan yang berlaku, sejak bangsa tersebut menyatakan diri merdeka atau diberi kemerdekaan oleh bangsa yang menjajahnya, hingga saat usia tersebut dihitung. Tahun ini Indonesia memasuki usia kalender atau usia kronologis yang ke-80 tahun. 

Sedangkan usia perkembangan mengacu pada tahapan-tahapan pertumbuhan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu yang dialami oleh sebuah bangsa sejak bangsa tersebut merdeka. Usia perkembangan menggambarkan arah pertumbuhan dan arah perubahan sebuah bangsa. 

Bangsa yang bertumbuh ke arah yang benar, menghasilkan perubahan dan kematangan, sehingga usia perkembangannya dapat sejalan dengan usia kronologisnya.  Sedangkan bangsa yang tidak bertumbuh, meskipun usia kronologisnya sudah menua, tetapi tidak memperlihatkan tanda kematangan sebagai bangsa. 

Singapura adalah contoh bangsa yang bertumbuh ke arah yang benar sehingga sejak usia ke-35 tahun Singapura sebagai negara bangsa, telah menunjukkan pertumbuhan menjadi negara maju dan makmur. Ini ditandai beberapa indikator seperti tingginya pendapatan perkapita, standar hidup warga yang baik, serta tingkat pendidikan warga yang tinggi. 

Indikator lain adalah pertumbuhan penduduk yang terkendali, tingkat pengangguran yang rendah, dan penguasaan teknologi yang maju. Selain itu memiliki infrastruktur yang baik, sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta stabilitas politik dan ekonomi yang kuat dan terkendali. 

Sedangkan Indonesia adalah contoh negara yang usia kronologisnya sudah menua tetapi belum memperlihatkan tanda-tanda kematangan sebagai negara bangsa. Ini kelihatan pada berbagai indikator mulai dari indikator ekonomi, maupun indikator non-ekonomi  seperti diuraikan berikut ini. 

Indikator ekonomi

Hingga sekarang, Indonesia memiliki pendapatan rata-rata perkapita masih rendah. Tahun 2024, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pendapatan perkapita Indonesia baru mencapai 78.62 juta rupiah, atau setara US$.4.960.33. Bandingkan dengan Singapura, tahun 2024 pendapatan perkapita mereka sudah mencapai US$ 90.689 perkapita. 

Ini menyebabkan daya beli masih rendah, sehingga tingkat kesejahteraan kita masih rendah pula. Indikator ekonomi yang lain, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil dan tidak berkelanjutan karena diversifikasi sektor ekonomi tidak berjalan. Ekonomi kita masih bergantung pada hasil eksploitasi sumber daya alam, yang dijual dalam bentuk bahan baku. 

Baca juga : Untuk Menjadi Negara Maju, Indonesia Harus Serius Kembangkan Sumber Daya Manusia dan Inovasi di Bidang Ini

Di sisi lain, industri manufaktur terutama untuk pengolahan sumber daya alam menjadi barang jadi, baru didorong serius pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.  Industri jasa dan teknologi tidak berjalan. Nampaknya kecenderungan ini masih akan terus muncul dalam jangka panjang, karena inovasi belum serius didorong oleh pemerintah.    

Selain itu, indikator lainnya adalah tingkat pengangguran masih tinggi. Per Maret 2025 angka pengangguran mencapai 4,76 persen atau 7,28 juta orang. Masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Data tahun 2024 menunjukkan masih ada 24.06 juta orang miskin di Indonesia dan cenderung terus bertambah. 

Indikator ekonomi lainnya adalah karena jauhnya keterjangkauan modal dan keterbatasan keahlian, pada umumnya masyarakat memilih bekerja pada orang lain, bukan menciptakan lapangan kerja atau menjadi pengusaha. Di Indonesia baru 3,6 persen dari total jumlah penduduk menjadi pengusaha.

Padahal harusnya untuk menjadi negara maju minimal diperlukan 10 persen pengusaha dari total jumlah penduduk. Singapura misalnya, dari 5,64 juta penduduk sudah 8,76 persen atau 507.600 warganya menjadi pengusaha. Mereka inilah yang ikut menjadi tiang penopang pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi negara maju.  

Indikator non ekonomi

Jika di ulang tahun kemerdekaan yang ke 80 Indonesia masih menjadi negara berkembang dilihat dari semua indikator ekonomi, maka pada indikator non ekonomi pun, kita menjumpai kondisi yang kurang lebih sama. 

Di bidang pendidikan dan kesehatan, sebagai dua bidang yang penting, fakta menunjukkan bahwa dua layanan ini belum dikelola dengan baik. Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa bidang pendidikan belum dikelola dengan baik misalnya dapat kita baca dari statistik angkatan kerja kita. 

Hingga kini angkatan kerja kita masih didominasi oleh lulusan SD yakni 35,88 persen. Angkatan kerja yang menamatkan SMP sebesar 21,41 persen. Sedangkan angkatan kerja lulusan SMA dan SMK, masing masing sebesar 20,61 persen dan 11,45 persen. Dan angkatan kerja  yang berpendidikan tinggi (D3-S3) sebesar 10,63 persen. 

Ini terjadi karena mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin masih memiliki hambatan untuk mengaksesnya. Padahal pemerintah kerap mengkampanyekan pendidikan gratis.  Selain itu, pungutan liar di bidang pendidikan masih menjadi momok yang mengganggu partisipasi pendidikan masyarakat. 

Baca juga : Antisipasi Ancaman Digital, Kemenko Polkam Dorong Peningkatan Kapasitas SDM Keamanan Siber

Di bidang kesehatan juga sama. Masyarakat masih mengalami hambatan untuk mengakses layanan kesehatan karena berbagai kendala. Di samping itu, hingga kini masa tunggu masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan lanjutan masih lama, karena terbatasnya tenaga profesional.  Meskipun demikian, pelayanan kesehatan gratis sudah mulai terealisasi. 

Kondisi ini menyebabkan indikator lain yang terkait, menjadi ikut rendah pula seperti indikator pembangunan manusia dan tingkat harapan hidup, ikut terpengaruh. Terkait indikator pembangunan manusia, hingga kini harapan hidup saat lahir sudah mulai membaik namun masih rawan. 

Selain itu, masa bersekolah masyarakat pada umumnya masih 9,22 tahun. Ini setara dengan lulusan SMP. Faktor berikut yang ikut dipengaruhi adalah standar hidup layak, karena rata-rata pengeluaran riil masih belum memenuhi standar hidup layak. Meskipun menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. 

Dua indikator non ekonomi lainnya adalah stabilitas politik-hukum  dan lingkungan hidup. Pada bidang politik dan hukum, kemajuan baru terlihat dalam hal penataan kelembagaan politik-hukum dan regulasi aturan terkait kedua lembaga tersebut.  Namun sistem politiknya sendiri belum stabil dan penegakan hukum yang kuat belum terwujud.

Kondisi ini menyebabkan belum tercipta iklim yang kondusif untuk pembangunan dan investasi. Dengan demikian pembangunan di berbagai bidang tidak sungguh berjalan, investasi yang menopang pertumbuhan ekonomi tidak terjadi. Padahal kesejahteraan masyarakat tumbuh dari sini. 

Aspek lingkungan hidup menjadi indikator non ekonomi lain, juga menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal dalam memelihara kelestarian lingkungannya. Oleh karena itu, kerusakan hutan, pencemaran laut oleh limbah industri dan sampah dan polusi udara terjadi di mana-mana yang kesemuanya mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. 

Semua indikator ini menunjukkan bahwa di usia ke 80 tahun, usia yang termasuk  tua, Indonesia masih tetap menjadi negara berkembang. Padahal, negara tetangga seperti Singapura yang sumber dayanya sangat terbatas, hanya membutuhkan waktu 35 tahun untuk menjadi negara maju. 

Di ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke 80, kita berharap, para pemimpin kita,  para wakil rakyat kita, punya waktu untuk merenung. Apapun hasil permenungan mereka, kita berharap ada kebaikan bersama yang mereka cita-citakan, ada arah baru yang mereka sasar untuk mewujudkan Indonesia baru yang lebih maju, lebih sejahtera dan makmur.

Sehingga sebagai negara-bangsa, Indonesia mulai bertumbuh ke arah yang benar, menghasilkan perubahan dan kematangan, agar usia perkembangan yang tertinggal dari usia kronologis selama ini, semakin mendekat. Dengan demikian Indonesia tidak hanya menua secara kronologis tetapi juga semakin matang, maju dan makmur. 

Selamat Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Merdeka!!!

Foto: Titik nol. id

5 3 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments