Depoedu.com-Sabtu, 14 September 2024 sejumlah guru SMP Tarakanita 4 Jakarta tengah bersiap diri untuk menjalankan Hari Studi Guru atau yang lazim disebut dengan HSG. HSG yang jatuh di minggu kedua di setiap bulan.
Kegiatan ini diagendakan sebagai upaya untuk saling berbagi pengetahuan agar semua guru memiliki kompetensi yang memadai dalam pelayanan terhadap peserta didik.
Di ufuk Timur matahari terlihat memancarkan sinarnya, hangatnya terasa di kulit bak memberikan kekuatan baru bagi segenap insan pendidik di SMP Tarakanita 4 Jakarta untuk mengikuti rangkaian agenda HSG meski sekedar bertatap muka lewat layar kaca saja.
Di kesempatan HSG kali ini, Bapak Yunathan Ari yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berkenan menjadi salah satu nara sumber dengan materi utamanya tentang desain pembelajaran Pendidikan Karakter Tarakanita.
Pak Ari menyebut bahwa para guru utamanya yang tergabung di Sekolah Tarakanita memiliki tugas utama untuk membangun karakter peserta didik yaitu dengan membangun dasar baik pada seluruh peserta didik dan selanjutnya baru memberikan pengetahuan dan kompetensi.
Hal ini sejalan dengan EG 51: “Waktu itu kami mulai menerima anak-anak miskin, dengan maksud memberi dasar hidup yang baik dalam batin mereka, kami memberikan pelajaran agama Kristen, menjahit, berdoa, serta memberikan dorongan ke arah semangat hidup yang suci.”
Baca juga : Peserta Didik SMP Tarakanita 4, Semakin Mendekat pada Tuhan melalui Pertemuan BKSN 2024
Dikatakan bahwa karakter adalah kita dan kompetensi adalah apa yang kita lakukan. Jika seseorang memiliki karakter yang baik namun kompetensinya kurang, maka mereka akan membahayakan bagi sebuah usaha.
Sementara jika seseorang memiliki kompetensi yang tinggi namun karakternya buruk itu juga sama bahayanya. Oleh sebab itu, membangun karakter dan kompetensi hendaknya berjalan dengan seimbang.
Lebih lanjut, guna mencapai maksud tersebut guru dalam memberikan Pelajaran PKT perlu memahami beberapa yang berkenaan dengan komponen pendidikan karakter, teknik dan metode pembelajaran PKT serta evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran Pendidikan Karakter Tarakanita, serta kegiatan pembiasaan dalam pembelajaran Pendidikan Karakter Tarakanita tersebut.
Pada sesi berikutnya, Bapak Emanuel Kristiyanto mendapatkan kesempatan untuk memaparkan materi. Kali ini beliau memaparkan pengalamannya terkait dengan Gerakan Laudati Si.
Gerakan Laudato Si merupakan gerakan yang menginspirasi dan memobilisasi komunitas katholik untuk ikut merawat bumi sebagai rumah kita bersama dan mencapai iklim dan ekologi yang baik.
Gerakan Laudato Si ini muncul dari keprihatinan Paus dengan apa yang terjadi di bumi yang bertjuan utama untuk mendorong masyarakat dunia untuk terlibat dalam upaya menyelamatkan masa depan bumi.
Berbagai krisis ekologi, bumi, lingkungan yang mencerminkan ketidakseimbangan hubungan antara manusia dengan alam yang sudah yang menyebabkan terjadinya pemanasan global, kepunahan spesies tertentu, dan berbagai jenis polusi lingkungan adalah kondisi yang melatarbelakangi munculnya gerakan tersebut.
Berbicara tentang krisis ekologi, tentu tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor penyebabnya, yang antara lain dikarenakan meningkatnya populasi, meningkatnya usaha ekslpoitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan faktor pencemaran lingkungan.
Peningkatan populasi yang ditengarai dengan meningkatnya jumlah penduduk tentu membutuhkan banyak lahan sebagai sarana tempat tinggal, sarana hiburan, dan sarana pemenuhan kebutuhan ekonomi. Akibatnya lahan-lahan hijau, dan daerah-daerah resapan air pun beralih fungsi sebagai daerah hunian, sarana hiburan, dan pemenuhan ekonomi.
Eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan juga ditengarai menjadi penyebab utama krisis ekologi. Meningkatnya aktivitas penambangan liar sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup telah menyisakan kerusakan permukaan bumi, lubang-lubang bekas tambang menganga, hutan berubah fungsi dan menjadi gundul yang pada gilirannya akan membuat lingkungan menjadi rusak.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai dampak dari tumbuhnya industri dengan limbah yang berbahaya, yang apabila dibuang ke sungai tentu akan membahayakan habitat air. Kondisi ini akan semakin diperparah mana kala banyak warga di sekitar bantaran sungai yang dengan sengaja membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai.
“Lantas, bagaimana cara untuk mengatasi krisis yang terjadi tersebut?” Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh pembicara dintengah-tengah sesinya.
Baca juga : Murid Finlandia Mulai Tinggalkan Perangkat Digital dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Pak Emanuel, Kita semua sebagai umat beriman memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam menjaga dan merawat bumi melalui aksi nyata, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, melakukan penanaman pohon di lingkungan kita, dan memilah-memilih sampah.
Dalam konteks ini, kita sebagai guru di sekolah khatolik memiliki peran sebagai agen perubahan dalam membentuk karakter peserta didik. Ada beberapa hal yang dapat diupayakan, yaitu dengan memberikan pemahaman bahwa pendidikan spiritual ekologis itu penting, perlunya pendidikan iman tentang ciptaan Tuhan, dan perlunya pertobatan ekologis.
Melalui tiga hal tersebut diharapkan akan mampu memulihkan kembali relasi manusia dengan alam, memulihkan kembali kondisi ekologis, dan munculnya sikap berani mengakui kesalahan, kejahatan, dan kelalaian terhadap alam yang pad akhirnya mau melakukan aksi nyata untuk melindungi dan merawat bumi.
Di akhir sesinya, Pak Emanuel kembali menegaskan bahwa pendidikan dan spiritualalitas ekologi dirasa perlu diberikan di sekolah-sekolah dengan harapan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kita manusia punya asal bersama dengan semua makluk, dan harus membagi masa depan dengan mereka semua. Kesadaran ini dapat melahirkan gaya hidup dan budaya yang baru.
Dengan pendidikan spiritual ekologis peserta didik akan terbantu dalam memahami pentingnya menjaga lingkungan dan memberi pengetahuan tentang cara menjaga lingkungan yang baik.
Dan pada gilirannya peserta didik memiliki kesadaran untuk bersikap peduli terhadap lingkungan dan berani melakukan aksi nyata meski sederhasna, misalnya dengan membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan plastic dan stereo foam, mematikan lampu dan kran air jika tidak digunakan. Semoga!!!