Dugaan Penipuan Berkedok Program Doktor di Philippines Women’s University Berhasil Mengelabui 207 Calon Peserta

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Baru mereda pemberitaan mengenai dugaan kasus tindak pidana perdagangan orang dengan modus Program Magang Ferienjob di Jerman yang melibatkan 33 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia, kini muncul dugaan penipuan baru dengan korban ratusan orang. 

Pelakunya sebut saja BTC, diduga menipu 207 peminat program doktor dari Philippines Women’s University, Manila Filipina. Rata-rata para korban sudah menyetor uang sejumlah 30 juta rupiah untuk biaya pendaftaran mengikuti program doktor, dari universitas di Filipina tersebut. 

Salah satu korbannya Aloysius Bernanda Gunawan warga Kelurahan Jakamulya Bekasi seperti dilansir pada laman Radarbekasi.id, melaporkan kasus dugaan penipuan tersebut ke Polres Metro Bekasi Kota. Laporan tersebut tercatat dalam LP/B/647/IV/2024/SPKT tanggal 8 April 2024.

Kepada wartawan, Loys sapaan akrab dari Aloysius Bernanda Gunawan, menuturkan, ia pertama kali mengetahui tentang adanya program doktor tersebut melalui iklan di media sosial TikTok dan Facebook pada November 2023. Pada tayangan iklan tersebut ada nomor telepon. 

Karena Loys tertarik, ia kemudian mengontak nomor telepon tersebut. Ia kemudian dimasukkan ke dalam Whatsapp Group angkatan 4 yang programnya akan berlangsung. Dalam komunikasi di group tersebut, ia memperoleh informasi bahwa akan diadakan seminar di Hotel Santika Bekasi. Loys memutuskan untuk menghadiri seminar tersebut. 

Baca juga : Tiga Kontroversi Terbaru Di Bidang Pendidikan, Itu Cuma Hoax!

Pada seminar tersebut, hadir pembicara dari kampus Philippines Women’s University (PWU). Hadir pula alumni dari batch I, II dan III. Dalam seminar tersebut juga dilakukan penyerahan ijazah kepada alumni. Selepas menghadiri seminar tersebut, ia semakin tertarik pada program doktor dari PWU tersebut.

Selepas seminar tersebut, meskipun ia semakin tertarik namun, ia memutuskan mencari informasi tambahan tentang PWU terlebih dahulu. Ia kemudian mengecek kampusnya, mencari informasi tentang, apakah ijazahnya sudah diakui dan disetarakan di Indonesia atau belum. 

Dari pencarian tersebut, ia memperoleh  informasi bahwa, ijazah peserta batch, semuanya sudah disetarakan. Meskipun semakin yakin, hingga bulan Desember Loys masih belum mendaftar. Oleh karena itu, Loys dipindahkan ke batch V karena kuliah batch IV sudah akan dimulai. 

Pada awal Desember, Loys mulai didesak untuk melakukan pembayaran karena pada 1 Januari 2024, harga baru sudah mulai berlaku dengan harga normal 60 juta rupiah. Karena penasaran, ia mengecek harga melalui website penyelenggara, Ternyata di sana tercantum harga 86 – 90 juta rupiah per orang.

Meskipun tercantum harga 86 – 90 juta rupiah, oleh admin WAG Loys diiming-imingi beasiswa parsial sehingga ia bisa mengikuti program doktor tersebut hanya dengan membayar 30 juta rupiah saja. Karena ada uang, maka di pertengahan Desember 2023 ia memutuskan membayar sebanyak dua kali bayar yakni tanggal 14 dan 18. 

Baca juga : Ayo Bantu Pulihkan Bumi

Oleh penyelenggara,  hingga akhir Januari 2024, pendaftaran dengan kesempatan memperoleh beasiswa parsial masih berlaku, oleh karena itu banyak sekali peminat baru yang mendaftar. Pada pertengahan Februari, admin grup memberitahu bahwa penyelenggara mendapat teguran dari Filipina.

Selang beberapa hari kemudian Loys dihubungi kembali oleh admin grup yang mengabari bahwa Loys gagal didaftarkan,  dan pendaftaran dirinya dialihkan ke Kampus Asia University International (AUI) Malaysia. 

Mendengar informasi tersebut, Loys mulai merasa curiga. Ia dan peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia, mulai komplain. Ada pendaftar dari Aceh, Medan, bahkan ada yang dari Papua, Manado, dan Kalimantan.  

Terakhir, kata Loys,  BTC si pengelola program bilang, uang pendaftaran peserta telah ia gunakan untuk trading dan mengalami loss. Lalu pada bulan Maret yang lalu BTC juga mengaku siap dipenjara. Loys akhirnya memutuskan untuk lapor polisi

Loys dan para korban lainnya, berharap polisi dapat bertindak cepat atas laporan tindak pidana penipuan ini agar tidak jatuh korban lainnya. Mudah-mudahan masyarakat dapat belajar dari kasus ini agar tidak jatuh korban berikutnya di masa yang akan datang.        

Foto: Pioner Multiproduct

5 3 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments